-->

Ritual Adat Jangan Dianggap Sepeleh

SAPA (TIMIKA) – Ritual Adat yang ditandai dengan prosesi Patah Panah di halaman Kantor Distrik Kwamki Narama pada Selasa (17/5), merupakan prosesi adat yang sangat serius dan tidak bisa dianggap remeh. Hal ini disampaikan oleh Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Mimika Elminus B Mom SE, di gedung DPRD, Rabu (18/5).

Dirinya menerangkan, bahwa dalam proses perdamaian antara dua kelompok yang bertikai, telah dilakukan dengan mengundang Roh leluhur atau Nenek Moyang dari kedua suku, kemudian memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Seekor anak Babi juga telah dipanah mati,  sebagai simbol kematian segala macam penyakit manusia, serta pertikaian yang menimbulkan pertumpahan darah dan hilangnya nyawa manusia.

“Prosesi adat itu bukan untuk main-main, karena  disaat itu kita mengundang semua roh leluhur atau nenek moyang, kemudian maknanya pun merupakan doa kepada Tuhan. Anak Babi juga suda dikorbankan untuk menjadi sarana pembuangan segala sial, penyakit, serta peperangan,” ujar Elminus.

Mengingat hal tersebut, melalui Salam Papua drinya meminta kepada semua yang terlibat dalam pertikaian,  untuk betul-betul taat dengan prosesi adat leluhur yang telah dilaksanakan dalam prosesi perdamaian pada hari selasa (17/5) di Kwamki Narama.

Keterlibatan Bupati Mimika Eltinus Omaleng, SE, Ketua DPRD Mimika, Elminus B Mom, SE, wakil Bupati Mimika Yohanis Bassang, SE., M.Si, Kasat Brimobda Polda Papua Kombes Pol M Fakhiri, Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Patridge Renwarin, Kapolres Mimika AKBP Yustanto Mujiharso serta kepala satuan lainnya dan tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda serta tokoh perempuan, boleh dianggap sebagai saksi manusiawi, tetapi prosesi adat harus dijunjung tinggi.

Ia menambahkan, bahwa manusia terlahir dan dibesarkan dari sebuah adat, dan adat tersebut juga merupakan sarana atau jembatan menuju yang satu yakni Tuhan. (Cr1)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel