Puskesmas Wania Tangani 32 Kasus Kusta
pada tanggal
Saturday, May 14, 2016
SAPA (TIMIKA) – Terhitung tahun lalu hingga sekarang jumlah komolatif penderita kusta sebanyak 32 kasus, ditangani Puskesmas Wania. Hal ini dikatakan Penanggung Jawab Prongram Kusta Puskesmas Wania, Masrini saat ditemui Salam Papua di ruang kerjanya, Jumat (13/5).
“Dari 32 kasus kusta yang kami tangani diantaranya, tahun lalu 18 kasus, sementara terhitung Januari 2016 sampai bulan April lalu sebanyak 14 kasus. Penyakit kusta ada sepuluh faktor yang menyebabkan,”kata Masrini.
Menurutnya, para penderita kasus kusta, ada yang rutin melakukan pengobatan rutin, sementara ada yang minum obat dan merasa baikan tidak lagi lanjut berobat. Karena putus berobat, pihak puskesmas selalu datangi ke rumah pasien untuk memberikan pelayanan.
“Proses pengobatan penyakit kusta, butuh waktu yang lama. Penyakit tersebut memang menular tetapi dengan yang lama. Jadi penyakit kusta itu ada dua yaitu, kusta basah dan kering. Yang kami tangani di Puskesmas Wania ini hampir bagian besar adalah kusta kering,”tutur Masrini.
Jelas ia, kalau untuk stok obat khusus penyakit kusta di Puskesmas Wania masih ada. Diharapkan saja, agar para penderita harus rutin melakukan pengobatan saja.
Pelaksana Tugas Harian Puskesmas Wania, Helmi.H Sahertian,SKM pada saat ditemui Salam Papua di ruang kerjanya, Jumat (13/5) mengatakan, kusta bakteri Mycobacterium dan penyakit tersebut prosesnya perkembang biakan dalam waktu sekitar 2-3 tahun.
“Kusta atau lepra merupakan, penyakit yang masih menjadi momok untuk masyarakat. Karena penyakit ini dapat menghilangkan beberapa anggota tubuh penderitanya. Namun, pada kenyataannya, bukan hanya anggota tubuh yang hilang, akan tetapi permasalahan melebar hingga pada masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional,”tutur Helmi.
Menurutnya, perlu ditegaskan juga bahwa, kusta bukan merupakan penyakit keturunan dan bahkan bukanlah merupakan suatu kutukan dari Tuhan.
“Melainkan kusta penyakit yang menyerang kulit disebabkan oleh, serangan bakteri Mycobacterium leprae. Penularan kusta sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun dijelaskan bahwa penularan di dalam rumah tangga dan hubungan dekat dengan penderita dalam jangka waktu yang lama akan lebih beresiko untuk tertular,”kata Helmi.
Lanjut ia, jadi penularan kusta melalui bakteri yang biasanya terdapat di sekret hidung dan berulang-ulang kontak dengan kulit yang keadaan terluka. Pada kasus anak-anak di bawah umur satu tahun, penularannya melalui plasenta juga. (Ervi Ruban)
“Dari 32 kasus kusta yang kami tangani diantaranya, tahun lalu 18 kasus, sementara terhitung Januari 2016 sampai bulan April lalu sebanyak 14 kasus. Penyakit kusta ada sepuluh faktor yang menyebabkan,”kata Masrini.
Menurutnya, para penderita kasus kusta, ada yang rutin melakukan pengobatan rutin, sementara ada yang minum obat dan merasa baikan tidak lagi lanjut berobat. Karena putus berobat, pihak puskesmas selalu datangi ke rumah pasien untuk memberikan pelayanan.
“Proses pengobatan penyakit kusta, butuh waktu yang lama. Penyakit tersebut memang menular tetapi dengan yang lama. Jadi penyakit kusta itu ada dua yaitu, kusta basah dan kering. Yang kami tangani di Puskesmas Wania ini hampir bagian besar adalah kusta kering,”tutur Masrini.
Jelas ia, kalau untuk stok obat khusus penyakit kusta di Puskesmas Wania masih ada. Diharapkan saja, agar para penderita harus rutin melakukan pengobatan saja.
Pelaksana Tugas Harian Puskesmas Wania, Helmi.H Sahertian,SKM pada saat ditemui Salam Papua di ruang kerjanya, Jumat (13/5) mengatakan, kusta bakteri Mycobacterium dan penyakit tersebut prosesnya perkembang biakan dalam waktu sekitar 2-3 tahun.
“Kusta atau lepra merupakan, penyakit yang masih menjadi momok untuk masyarakat. Karena penyakit ini dapat menghilangkan beberapa anggota tubuh penderitanya. Namun, pada kenyataannya, bukan hanya anggota tubuh yang hilang, akan tetapi permasalahan melebar hingga pada masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional,”tutur Helmi.
Menurutnya, perlu ditegaskan juga bahwa, kusta bukan merupakan penyakit keturunan dan bahkan bukanlah merupakan suatu kutukan dari Tuhan.
“Melainkan kusta penyakit yang menyerang kulit disebabkan oleh, serangan bakteri Mycobacterium leprae. Penularan kusta sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun dijelaskan bahwa penularan di dalam rumah tangga dan hubungan dekat dengan penderita dalam jangka waktu yang lama akan lebih beresiko untuk tertular,”kata Helmi.
Lanjut ia, jadi penularan kusta melalui bakteri yang biasanya terdapat di sekret hidung dan berulang-ulang kontak dengan kulit yang keadaan terluka. Pada kasus anak-anak di bawah umur satu tahun, penularannya melalui plasenta juga. (Ervi Ruban)