-->

Oditius Beanal Resmi Jabat Direktur Lemasa

SAPA (TIMIKA) – Oditius Beanal, B.Sc kini resmi menjabat sebagai Direktur Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (Lemasa) Periode 2016-2021 .

Oditius Beanal terpilih melalui rapat istimewa yang dihadiri  pendiri Lemasa Tom Beanal, Direktur Executive Lemasa Yohanis Kasamol dan sejumlah masyarakat Amungme, di gedung serba guna MPCC, Rabu (11/5).

Kepada wartawan, Oditius Beanal mengatakan, meski dalam proses pemilihan sempat terjadi kericuhan, namun baginya itu hal biasa. Karena semua itu bisa saja terjadi lantaran emosi sesaat, sehingga semuanya itu sudah dapat dikendalikan. Yang terpenting sekarang, kata Oditus bagaimana menjalankan semua program Lemasa sesuai dengan visi dan misi dari lembaga.

“Jadi, dalam suku Amungme biasanya ada ribut karena pasti emosi.  Dan setelah itu kami sadar karena kami ini orang dewasa.  Dan jika terjadi sesuatu yang tidak berkenan dengan orang lain, pasti ada penyesalan dari dalam diri. Jadi hal ini wajar saja,” kata Oditus.

Dikatakan Oditus, setelah terpilih ini, dirinya akan kembali menyeleksi karyawan Lemasa. Sehingga untuk Surat Keputusan (SK) yang sudah ada sebelumnya tidak akan berlaku.

“Terkait dengan SK karyawan Lemasa belum bisa dilaksanakan. Kami akan merekrut kembali orang-orang baru dengan yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan lembaga,” ujar Oditus.

Lanjut Oditus, dirinya akan mengudang semua tokoh-tokoh Amungme untuk membahas bersama agar Lemasa bisa ke arah yang lebih baik. Karena saat ini diakui Oditus, di dalam suku Amungme sedang terpecah, sehingga dengan adanya perpecahan tersebut membuat Lemasa menjadi lemah.

 “Kita akan sebarkan undangan kepada semua tokoh masyarakat. Dan kami memang sudah bertemu dan berdiskusi dengan apa yang diinginkan.  Kita tidak bisa kita terpecah dan bertindak sesuka hati, karena ada AD/ART yang mengatur,” tutur Oditus.

Oditius menjelaskan, kelembagaan Lemasa menjadi dilema apabila dikelola oleh pemuda yang notabenenya merupakan tokoh intelek, sebab bisa saja dapat membangun  atau untuk menghancurkan karena ada kepentingan di dalam menjalankan roda organisasi.

“Anak muda lebih mengarah ke intelek kita bisa bicara ke membangun dan menghacurkan karena ada kepentingan. Jadi, kami ada rumah adat atau disebut dengan Isouri, sehingga mereka yang harus datang duduk bicara,” kata Oditus.

Oditus menyebutkan, 100 hari kerja masa kepemimpinannya yang harus menjadi prioritas utama yaitu, permasalahan karyawan Lemasa.  Pasalnya, dirinya belum menerima dana Kemitraan dari PT Freeport Indonesia (PTFI), sehingga untuk membicarakan hal tersebut memang sedikit rumit.

 “Persoalan karyawan menjadi prioritas, dan kami belum dapat dana dari PTFI. Jadi untuk bicara hal itu sangat sulit, tapi kami akan membicarakan itu dengan PTFI dan LPMAK tentang sistem manajemen operasional,” ujar Oditius.

Selain itu menurut Oditus, dirinya melalui Lemasa juga akan melestarikan budaya Amungme di dalam koridor yang benar, sehingga budaya Amungme bisa dikenal secara luas.

Sementara itu, disinggung mengenai Kontrak Karya PTFI, Oditius mengatakan, dirinya mendukung penuh Kontra Karya tersebut. “Untuk Kontrak Karya PTFI, kami dukung karena kami mendapatkan bantuan dari PTFI. Tapi kami juga menginginkan semacam penghormatan dalam artian, PTFI harus menghargai sebagai pemilik hak ulayat seperti pemberian dana,” tutur Oditus. (Ricky Lodar)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel