Lokakarya Taman Lorentz Hasilkan 10 Kesepakatan
pada tanggal
Friday, May 13, 2016
SAPA (TIMIKA) – Mewakili Bupati Mimika Eltinus Omaleng, SE, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Ir. Ignatius Edi Santoso, M.Si pada Kamis (12/5) di Rimba Papua Hotel menutup secara resmi lokakarya kesepakatan kemitraan multi pihak untuk konservasi keanekaragaman hayati di dalam dan di luar kawasan Taman Nasional Lorentz.
Dari lokakarya tersebut menghasilkan 10 kesepakatan kemitraan multi pihak, sekaligus dilakukanya penandatangan MoU.
Dalam sambutanya Edy mengatakan, USAID Lestari adalah lembaga yang kredibel dan sangat berkomitmen melindungi satwa liar dan keanekaragaman hayati.
“Hutan kita yang semakin lama akan semakin rusak. Maka, dengan adanya koordinasi dengan pihak PTFI, sehingga menghasilkan 10 komitemen. Bagaimana kita bisa memberikan dukunga baik sumber daya manusia dan sumber dana,” kata Edy.
Edy mengharapkan, apa yang telah dihasilkan ini jagan hanya sebatas wacana, namun harus diikuti dengan tindakan langsung ke lapangan.
“Saya kira bukan lagi menjadi wacana, tetapi tindakan yang kita laksanakan. Sudah ada 10 kesepatakan yang kita bahas bersama ini bisa ditindaklanjuti. Mengapa di Jawa bisa sedangkan kita di Papua tidak bisa?”
Sementara Koordinator USAID Lestari Papua Benja Victor Mambai mengatakan, pada kesepatakan ini merupakan salah satu komitmen USAID Lestari untuk ikut berkontribusi dalam pelestarian keanekaragaman hayati terutama tumbuhan dan satwa.
“Ini juga sangat erat kaitannya dengan target dari tujuan USAID Lestari. Karena target kita adalah, memberikan kontribusi upaya peningkatan pengelolahan hutan yang lebih baik dan yang kita harapkan dapat menguranggi emisi CO 2 dan pelestarian keanekaragaman hayati. Kami sadar bahwa, untuk mewujudkan itu, USAID Lestari tidak bisa berdiri sendiri, sehingga lewat kerja sama yang sudah dibangun melalui multi stakholder, terutama berkaitan dengan upaya pelestarian keanekaragaman hayati,” kata Benja.
Lanjut Benja, nantinya ada beberapa kegiatan yang direncanakan pihaknya. Misalnya, pendataan satwa dan tumbuhan, terutama yang dilindungi dengan melakukan patroli bersama. Hal ini sesuai dengan salah satu poin dari 10 kesepakatan dengan multi stakholder.
“Kita melakukan patroli bersama. Kemudian kita melakukan investarisasi jenis burung, karena banyak satwa yang telah diperlihara, sehingga memang perlu adanya kerjsa sama dengan teknis terkait. Kita tidak bisa melarang mereka untuk pelihara satwa, sehingga bagaimana kita membuat orang bisa menikmati dialam. Untuk itu, program-program yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, dan jasa lingkungan diharapkan akan memberikan mamfaat kepada masyarakat. Seperti kegiatan-kegiatan pengembangan ekoturisme yang akan dilaksanakan tahun ini juga, maka kami akan melaksanakan standar operasional prosedur penangganan satwa,” jelas Benja. (Indri Yani Pariury)
Dari lokakarya tersebut menghasilkan 10 kesepakatan kemitraan multi pihak, sekaligus dilakukanya penandatangan MoU.
Dalam sambutanya Edy mengatakan, USAID Lestari adalah lembaga yang kredibel dan sangat berkomitmen melindungi satwa liar dan keanekaragaman hayati.
“Hutan kita yang semakin lama akan semakin rusak. Maka, dengan adanya koordinasi dengan pihak PTFI, sehingga menghasilkan 10 komitemen. Bagaimana kita bisa memberikan dukunga baik sumber daya manusia dan sumber dana,” kata Edy.
Edy mengharapkan, apa yang telah dihasilkan ini jagan hanya sebatas wacana, namun harus diikuti dengan tindakan langsung ke lapangan.
“Saya kira bukan lagi menjadi wacana, tetapi tindakan yang kita laksanakan. Sudah ada 10 kesepatakan yang kita bahas bersama ini bisa ditindaklanjuti. Mengapa di Jawa bisa sedangkan kita di Papua tidak bisa?”
Sementara Koordinator USAID Lestari Papua Benja Victor Mambai mengatakan, pada kesepatakan ini merupakan salah satu komitmen USAID Lestari untuk ikut berkontribusi dalam pelestarian keanekaragaman hayati terutama tumbuhan dan satwa.
“Ini juga sangat erat kaitannya dengan target dari tujuan USAID Lestari. Karena target kita adalah, memberikan kontribusi upaya peningkatan pengelolahan hutan yang lebih baik dan yang kita harapkan dapat menguranggi emisi CO 2 dan pelestarian keanekaragaman hayati. Kami sadar bahwa, untuk mewujudkan itu, USAID Lestari tidak bisa berdiri sendiri, sehingga lewat kerja sama yang sudah dibangun melalui multi stakholder, terutama berkaitan dengan upaya pelestarian keanekaragaman hayati,” kata Benja.
Lanjut Benja, nantinya ada beberapa kegiatan yang direncanakan pihaknya. Misalnya, pendataan satwa dan tumbuhan, terutama yang dilindungi dengan melakukan patroli bersama. Hal ini sesuai dengan salah satu poin dari 10 kesepakatan dengan multi stakholder.
“Kita melakukan patroli bersama. Kemudian kita melakukan investarisasi jenis burung, karena banyak satwa yang telah diperlihara, sehingga memang perlu adanya kerjsa sama dengan teknis terkait. Kita tidak bisa melarang mereka untuk pelihara satwa, sehingga bagaimana kita membuat orang bisa menikmati dialam. Untuk itu, program-program yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, dan jasa lingkungan diharapkan akan memberikan mamfaat kepada masyarakat. Seperti kegiatan-kegiatan pengembangan ekoturisme yang akan dilaksanakan tahun ini juga, maka kami akan melaksanakan standar operasional prosedur penangganan satwa,” jelas Benja. (Indri Yani Pariury)