Lulus UN Jujur Bukan Curang
pada tanggal
Monday, April 4, 2016

Sebagai contoh bila di satu sekolah, hasil UN dan hasil ujian sekolah (US) sama tinggi nilainya maka indeks prestasi sekolah itu tinggi. Bisa dikata kualitas dan proses pendidikan di sekolah tersebut bagus karena hasilnya mendekati atau sama. Sebaliknya bila berbeda, misalnya nilai US tinggi, sedang nilai UN rendah maka kejujuran sekolah tersebut perlu dipertanyakan.
Sejak tahun lalu nilai UN tidak menjadi penentu kelulusan, namun dengan pemetaan ini diharapkan bisa mengetahui perkembangan dunia pendidikan saat ini. Diharapkan pihak sekolah dan peserta ujian memiliki integritas dengan mempertahankan prinsip kejujuran.
Dari tahun ke tahun, permasalahan klasik terus terjadi karena banyak sekolah yang kurang mengutamakan mutu proses belajar mengajar, namun menginginkan seluruh siswanya lulus UN. Merasa malu bila banyak siswanya tidak lulus. Akibatnya saat ujian, banyak sekolah yang melakukan berbagai tindakan memalukan, seperti membocorkan jawaban, membiarkan siswa menyontek jawaban di hand phone saat ujian dan lain sebagainya agar hasil kelulusan disekolah mencapai 100 persen.
Ini sungguh sangat amat memilukan sekaligus memalukan dunia pendidikan tanah air. Mau dibawa ke mana pendidikan kita, bila praktek tipu dan curang masih mewarnai UN. Siswa yang lulus pun mau jadi apa? Apakah mereka akan lulus diterima juga di perguruan tinggi? Apakah mereka juga harus melakukan cara curang menyogok agar bisa diterima di perguruan tinggi?
Tahun ini, khusus di Kabupaten Mimika marilah memulai UN ini dengan mengutamakan kejujuran dan berani menerima resiko malu bila ada siswa yang tidak lulus. Adanya siswa yang tidak lulus menjadi motivasi bagi para guru agar lebih serius lagi mendidik siswanya menghadapi ujian di tahun berikutnya.
Harga diri sekolah dipertaruhkan dengan cara jujur dan professional, bukan dengan cara menipu, berlaku curang dan sebagainya. Adalah lebih mulia ada sejumlah siswa tidak lulus karena jujur dengan nilai ujian yang ada, dari pada lulus 100 persen tapi diwarnai tipu menipu dan kecurangan. Marilah lahirkan siswa yang lulus dengan rasa bangga dan percaya diri, bukan sebaliknya lulus tapi malu karena nilainya didongkrak oleh guru. (Redaksi)