-->

Lumpuhkan Santoso, Presiden Jokowi Apresiasi TNI Polri

SAPA (JAKARTA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi TNI/Polri atas keberhasilan dalam melumpuhkan kelompok teroris Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, Senin (18/7) sore, yang selama ini menjadi target pencarian.

Staf Khusus Presiden, Johan Budi, dalam pesan singkat yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan upaya TNI/Polri melumpuhkan kelompok Santoso layak untuk diapresiasi.

"Namun demikian Presiden meminta agar langkah dan upaya mengejar sisa-sisa gerombolan harus tetap dikejar," kata Johan.

Presiden, kata Johan, juga telah mengingatkan untuk tetap waspada terhadap potensi dan ancaman terorisme.

"Jangan sekali-kali kendur dan melemah sebaliknya kewaspadaan perlu ditingkatkan dan diperluas untuk menjaga bangsa dan negara dari aksi dan ancaman terorisme," kata Johan Budi.

Sementara Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung menyampaikan bahwa prestasi ini tentu cukup menggembirakan.

“Prestasi yang diraih oleh tim gabungan ini tentunya cukup menggembirakan. Dan mudah-mudahan, operasi di sana segera bisa diakhiri. Karena bagaimanapun operasi yang dalam jangka panjang, tentunya juga menimbulkan ketidaknyamanan warga. Sehingga dengan demikian, segera dipulihkan kehidupannya,” kata Pramono menjawab pertanyaan media, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (19/7).

Lebih lanjut, Seskab menambahkan masih akan dilakukan identifikasi DNA untuk memastikan bahwa kedua jenazah adalah benar Santoso dan Muchtar. Sementara pihaknya berharap tindakan radikalisme dan terorisme yang ada di Indonesia juga segera bisa ditekan.

“Jadi mudah-mudahan dengan demikian, persoalan penanganan terorisme ini juga akan makin terkoordinasi dengan baik, antara TNI, kemudian BNPT sendiri, kemudian  Polri dan penegak hukum lainnya,” pungkas Seskab.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengapresiasi kinerja operasi gabungan TNI-Polri Satuan Tugas (Satgas) Tinombala dalam membekuk jaringan kelompok bersenjata radikal Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.

"Saya ucapkan apresiasi dan bangga kepada Satgas Tinombala yang terdiri dari TNI dan Polri atas kinerjanya dalam membekuk kelompok Santoso," kata Panglima TNI di sela-sela Penganugerahan Tanda Kehormatan kepada Pangab Singapura Letjen Perry Lim, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa petang.

Sebelumnya, Menko Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan mengonfirmasi bahwa dua jenazah gembong teroris yang tertembak dalam penyergapan di Desa Tambarana, Poso, Senin (18/7) sore, yakni Santoso dan Mukhtar.

Meskipun diprediksi kekuatan kelompok sipil bersenjata tersebut melemah pascakematian Santoso, Luhut menegaskan bahwa Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala akan terus melakukan pengejaran terhadap 19 anggota kelompok mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso yang masih tersisa.

"Operasi pengejaran terus dilakukan karena sekarang tim (operasi Tinombala) malah diperbanyak (jumlahnya) untuk melakukan pengejaran," ujar Luhut.

Secara terpisah Kapolri Jenderal Tito Karnavian menjelaskan, dari sejumlah saksi awal yang ada di Bandara dan anggota yang mengenal yang bersangkutan, kira-kira 90 persen adalah Santoso. Sementara berdasar tato yang ada di belakang badan, kira-kira 70 persen adalah Muchtar.

Menurut Kapolri, jenazah telah berada Rumah Sakit Bhayangkara, Palu. dan dibersihkan lagi. Di rumah sakit, lanjut Tito, ada keluarga, kepala lingkungan dan tersangka lain yang ditahan di Polda Sulawesi Tengah dalam operasi Tinombala sebelumnya, yang akan diperlihatkan.

“Nanti, ya mungkin kira-kira 1-2 jam mendatang, kita akan mendapatkan lagi informasi. Konfirmasi ya tidaknya Santoso dari saksi-saksi ini,” tegas Tito.

Sementara  Kapolda Sulawesi Tengah Rudy Sufahriadi  menjelaskan kronologi operasi Tinombala, saat tim alfa 92 melakukan patroli di wilayah Tambarana.

“Ketika sedang berpatroli, ada lima orang bersenjata yang diduga DPO, dari jarak antara 30 sampai 20 meter mereka melihat, lalu mendekati. Ketika mencoba mendekati terjadi baku tembak. Dan disitulah tertembaknya dua DPO, laki-laki. Pertama, diduga Santoso karena ada tai lalat di antara alisnya. Yang kedua, ternyata setelah ada tim yang bersambung, tim yang penjemput, sudah dibawa ke pusat pesisir, diduga tersangka yang kedua adalah Basri,”jelas Rudy .

Meski Santoso sudah tertangkap, menurut Kapolri,  operasi tetap dijalankan terus, sampai  operasi-operasi untuk menetralisis ideologi pro radikal pro kekerasan yang ada di sana. (ant/setkab)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel