DPR RI Nilai Kematian Santoso Buktikan Konsistensi Indonesia
pada tanggal
Tuesday, July 19, 2016
SAPA (JAKARTA) - Ketua Komisi III DPR, Bambang Soesatyo mengatakan kematian pimpinan Mujahadin Indonesia Timur, Abu Wardah atau Santoso dalam operasi Tinombala membuktikan konsistensi Indonesia menghancurkan jaringan teroris di dalam negeri.
"Kepada komunitas internasional, kematian Santoso merupakan pesan sekaligus bukti tentang konsistensi Indonesia mengeliminasi jaringan teroris di dalam negeri," katanya di Jakarta, Selasa.
Bambang mengatakan, tewasnya Santoso dan Basri merupakan buah dari kerja keras duet Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian dan Wakil Kapolri Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai petinggi Polri yang baru dan kerja sama yang baik dengan TNI.
Dia memberikan pujian setinggi-tingginya kepada Satgas Tinombala gabungan TNI dan Kepolisian RI karena siang-malam prajurit TNI dan Polri memburu Santoso dan anggota MIT lainnya di medan berat di Pegunungan Biru di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah.
"Keberhasilan menyergap dan menewaskan Santoso mencerminkan kerja keras Polri dan TNI, karena perburuan Santoso dan kelompoknya sudah berlangsung sejak lama. Perburuan besar-besar dimulai dengan menerjunkan pasukan dalam Operasi Camar Maleo sejak 2015," ujarnya.
Politisi Partai Golkar itu menilai, tidak hanya satu kali, Operasi Camar Maleo bahkan berlangsung sampai operasi ke IV. Menurut dia, operasi perburuan itu dilanjutkan dengan mengganti sandi operasi menjadi Operasi Tinombala yang menggabung kekuatan prajurit TNI dan Polri.
"Tidak hanya mencerminkan kerja keras, semua proses dan tahapan itu menunjukkan konsistensi Indonesia dalam memerangi jarongan teroris di dalam negeri," katanya.
Bambang mengatakan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian sudah memastikan bahwa Operasi Tinombal akan dilanjutkan untuk menghancurkan para pengikut Santoso yang masih bersembunyi hutan.
Selain itu dia menilai, kematian Santoso setidaknya juga akan mengganjal rencana ISIS membangun basisnya di Asia Tenggara.
"Setelah menyatakan bergabung dengan ISIS, Santoso ingin menjadi kawasan hutan di Poso sebagai pusat latihan milisi bagi simpatisan ISIS," katanya.
Dia mengatakan, kematian Santoso dan Basri setidaknya akan menghambat upaya ISIS membangun basis kekuatannya di Asia Tenggara.
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi NasDem, Ahmad Sahroni, mengapresiasi hasil kerja aparat gabungan TNI-Polri (Satgas Tinombala) dalam mengejar anggota kelompok teroris Santoso di pedalaman hutan pegunungan Tambarana, Poso.
"Apresiasi yang dalam untuk Polri dan TNI dalam upaya memberantas jaringan teroris di Indonesia," kata Ahmad Sahroni, di Jakarta, Selasa.
Sahroni meminta, pemberantasan jaringan dan sel-sel teroris di Indonesia harus dilakukan dengan tidak pandang bulu. Siapa saja yang mencoba membuat aksi teror dengan maksud dan tujuan tertentu, harus disikat habis hingga ke akar-akarnya.
"Jangan pandang bulu habiskan semua yang masih tersisa. Sekarang saatnya mematikan semua sel sel yang masih tersisa," ujar Sahroni.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengapresiasi kinerja operasi gabungan TNI-Polri Satuan Tugas (Satgas) Tinombala dalam membekuk jaringan kelompok bersenjata radikal Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.
"Saya ucapkan apresiasi dan bangga kepada Satgas Tinombala yang terdiri dari TNI dan Polri atas kinerjanya dalam membekuk kelompok Santoso," kata Panglima TNI di sela-sela Penganugerahan Tanda Kehormatan kepada Pangab Singapura Letjen Perry Lim, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa petang.
Kinerja Kepala Penanggung Jawa Operasi Tinombala Brigjen Pol Rudi Sufahriadi yang sehari-hari sebagai Kapolda Sulteng dan Wakil Penanggung Jawab Operasi Tinombala Brigjen TNI Ilyas Alamsyah yang sehari-hari sebagai Wakil Asisten Pengamanan (Waaspam) Kasad sangat memuaskan karena berhasil membekuk jaringan kelompok radikal hingga menewaskan pimpinan kelompok radikal di Poso, Santoso saat baku tembak di Tambarana, Poso pada Senin (18/7).
"Kami berterima kasih kepada Polisi, TNI AD, Marinir TNI AL dan TNI Angkatan Udara atas kinerjanya. TNI AU juga dilibatkan dalam operasi ini, dengan mengerahkan drone yang selalu melihat pergerakan jaringan Santoso," kata Jenderal bintang empat ini.
Menurut dia, kerja sama yang dibangun oleh TNI-Polri merupakan keterpaduan kerja bertahap dengan kesabaran. Contohnya, tim yang berhasil menewaskan Santoso dan Mukhtar ini, yakni prajurit dari Batalyon Raider 515 Kostrad berangkat sejak 13 hari yang lalu.
"Coba anda bayangkan sembilan orang berangkat membutuhkan waktu tiga hari untuk menempuh jarak sekitar 11 kilometer ke tempat persembunyian Santoso, sementara untuk sampai ke titik penyergapan membutuhkan waktu selama delapan hari. Karena mereka bergerak malam hari dan mengendap-endap ke tempat-tempat yang sudah dicurigai dengan kampung istri Santoso," jelasnya.
Ia kembali menegaskan, bahwa keberhasilan operasi bukan hanya untuk tim Batalyon Raider 515 Kostrad, melainkan semua satgas Tinombala.
"Tetapi, pas yang dapat rezeki Raider 515 Kostrad. Ini keterpaduan tim satgas Tinombala. Saya bangga dengan tim yang pantang menyerah meski dalam situasi sangat sulit," kata Panglima TNI.
Setelah sekian lama melakukan pengejaran, dalam aksi baku tembak antara Satgas Tinombala dengan kelompok teroris di Pegunungan Tambarana, Poso, diduga menewaskan Pimpinan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso alias Abu Wardah.
Peristiwa baku tembak itu sendiri terjadi sekitar pukul 17.00 WITA. Awalnya, Tim Satgas Tinombala menemukan lima orang tak dikenal, yang terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan. Dua laki-laki terkena tembakan polisi, salah satunya diduga Santoso. Sementara tiga orang lainnya berhasil melarikan diri. (ant)
"Kepada komunitas internasional, kematian Santoso merupakan pesan sekaligus bukti tentang konsistensi Indonesia mengeliminasi jaringan teroris di dalam negeri," katanya di Jakarta, Selasa.
Bambang mengatakan, tewasnya Santoso dan Basri merupakan buah dari kerja keras duet Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian dan Wakil Kapolri Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai petinggi Polri yang baru dan kerja sama yang baik dengan TNI.
Dia memberikan pujian setinggi-tingginya kepada Satgas Tinombala gabungan TNI dan Kepolisian RI karena siang-malam prajurit TNI dan Polri memburu Santoso dan anggota MIT lainnya di medan berat di Pegunungan Biru di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah.
"Keberhasilan menyergap dan menewaskan Santoso mencerminkan kerja keras Polri dan TNI, karena perburuan Santoso dan kelompoknya sudah berlangsung sejak lama. Perburuan besar-besar dimulai dengan menerjunkan pasukan dalam Operasi Camar Maleo sejak 2015," ujarnya.
Politisi Partai Golkar itu menilai, tidak hanya satu kali, Operasi Camar Maleo bahkan berlangsung sampai operasi ke IV. Menurut dia, operasi perburuan itu dilanjutkan dengan mengganti sandi operasi menjadi Operasi Tinombala yang menggabung kekuatan prajurit TNI dan Polri.
"Tidak hanya mencerminkan kerja keras, semua proses dan tahapan itu menunjukkan konsistensi Indonesia dalam memerangi jarongan teroris di dalam negeri," katanya.
Bambang mengatakan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian sudah memastikan bahwa Operasi Tinombal akan dilanjutkan untuk menghancurkan para pengikut Santoso yang masih bersembunyi hutan.
Selain itu dia menilai, kematian Santoso setidaknya juga akan mengganjal rencana ISIS membangun basisnya di Asia Tenggara.
"Setelah menyatakan bergabung dengan ISIS, Santoso ingin menjadi kawasan hutan di Poso sebagai pusat latihan milisi bagi simpatisan ISIS," katanya.
Dia mengatakan, kematian Santoso dan Basri setidaknya akan menghambat upaya ISIS membangun basis kekuatannya di Asia Tenggara.
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi NasDem, Ahmad Sahroni, mengapresiasi hasil kerja aparat gabungan TNI-Polri (Satgas Tinombala) dalam mengejar anggota kelompok teroris Santoso di pedalaman hutan pegunungan Tambarana, Poso.
"Apresiasi yang dalam untuk Polri dan TNI dalam upaya memberantas jaringan teroris di Indonesia," kata Ahmad Sahroni, di Jakarta, Selasa.
Sahroni meminta, pemberantasan jaringan dan sel-sel teroris di Indonesia harus dilakukan dengan tidak pandang bulu. Siapa saja yang mencoba membuat aksi teror dengan maksud dan tujuan tertentu, harus disikat habis hingga ke akar-akarnya.
"Jangan pandang bulu habiskan semua yang masih tersisa. Sekarang saatnya mematikan semua sel sel yang masih tersisa," ujar Sahroni.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengapresiasi kinerja operasi gabungan TNI-Polri Satuan Tugas (Satgas) Tinombala dalam membekuk jaringan kelompok bersenjata radikal Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.
"Saya ucapkan apresiasi dan bangga kepada Satgas Tinombala yang terdiri dari TNI dan Polri atas kinerjanya dalam membekuk kelompok Santoso," kata Panglima TNI di sela-sela Penganugerahan Tanda Kehormatan kepada Pangab Singapura Letjen Perry Lim, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa petang.
Kinerja Kepala Penanggung Jawa Operasi Tinombala Brigjen Pol Rudi Sufahriadi yang sehari-hari sebagai Kapolda Sulteng dan Wakil Penanggung Jawab Operasi Tinombala Brigjen TNI Ilyas Alamsyah yang sehari-hari sebagai Wakil Asisten Pengamanan (Waaspam) Kasad sangat memuaskan karena berhasil membekuk jaringan kelompok radikal hingga menewaskan pimpinan kelompok radikal di Poso, Santoso saat baku tembak di Tambarana, Poso pada Senin (18/7).
"Kami berterima kasih kepada Polisi, TNI AD, Marinir TNI AL dan TNI Angkatan Udara atas kinerjanya. TNI AU juga dilibatkan dalam operasi ini, dengan mengerahkan drone yang selalu melihat pergerakan jaringan Santoso," kata Jenderal bintang empat ini.
Menurut dia, kerja sama yang dibangun oleh TNI-Polri merupakan keterpaduan kerja bertahap dengan kesabaran. Contohnya, tim yang berhasil menewaskan Santoso dan Mukhtar ini, yakni prajurit dari Batalyon Raider 515 Kostrad berangkat sejak 13 hari yang lalu.
"Coba anda bayangkan sembilan orang berangkat membutuhkan waktu tiga hari untuk menempuh jarak sekitar 11 kilometer ke tempat persembunyian Santoso, sementara untuk sampai ke titik penyergapan membutuhkan waktu selama delapan hari. Karena mereka bergerak malam hari dan mengendap-endap ke tempat-tempat yang sudah dicurigai dengan kampung istri Santoso," jelasnya.
Ia kembali menegaskan, bahwa keberhasilan operasi bukan hanya untuk tim Batalyon Raider 515 Kostrad, melainkan semua satgas Tinombala.
"Tetapi, pas yang dapat rezeki Raider 515 Kostrad. Ini keterpaduan tim satgas Tinombala. Saya bangga dengan tim yang pantang menyerah meski dalam situasi sangat sulit," kata Panglima TNI.
Setelah sekian lama melakukan pengejaran, dalam aksi baku tembak antara Satgas Tinombala dengan kelompok teroris di Pegunungan Tambarana, Poso, diduga menewaskan Pimpinan Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso alias Abu Wardah.
Peristiwa baku tembak itu sendiri terjadi sekitar pukul 17.00 WITA. Awalnya, Tim Satgas Tinombala menemukan lima orang tak dikenal, yang terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan. Dua laki-laki terkena tembakan polisi, salah satunya diduga Santoso. Sementara tiga orang lainnya berhasil melarikan diri. (ant)