70 Tahun Polri, Kapolres Mimika Minta Personilnya Jaga Kekuatan Mental
pada tanggal
Friday, July 1, 2016
AKBP H. Yustanto Mujiharso, SIK.,M.Si |
SAPA (TIMIKA) – Memasuki usia Kepolisian Republik Indonesia (Polri) ke 70 yang jatuh pada 1 Juli 2016, Kapolres Mimika AKBP H. Yustanto Mujiharso, SIK.,M.Si meminta anggotanya untuk tetap menjaga kekuatan mental dan meningkatkan spiritual.
“Untuk anggota-anggota Polres Mimika maupun Brimob, jadi dalam hari Bhayangkara ini saya berharap kekuatan mental dan spiritual tetap di tingkatkan dan dipertahankan,” kata Kapolres kepada Salam Papua via selulernya, Kamis (30/6) malam.
Kapolres Yustanto tidak menampik bahwa, anggota Polisi yang bertugas di Mimika tentunya akan menemukan berbagai dinamika persoalan yang terjadi di masyarakat. Namun sebagai abdi negara, kata Yustanto memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat sudah merupakan tugas pokok dari Kepolisian.
“Kalau kita bilang Polisi Mimika ini merupakan Polisi yang tingkat stresnya tinggi dan tingkat capeknya tinggi, karena begitu banya karakter masyarakat yang ada di sini secara hydrogen berkumpul dan menciptakan sebuah konflik,” ujar mantan Kapolres Biak.
Namun terkadang, lanjut Yustanto, meski pihaknya sudah melakukan tugas dengan baik, tetapi dampak dari resistensi tugas tidak memihak kepada pihaknya.
“Dampak resistensi tugas sekarang tidak memihak kepada kita. Ketika kita melaksanakan tugas dengan baik, tapi terkadang ada dampak resistensi dari masyarakat kepada kita yang terkadang merugikan kita sendiri,” terang Yustanto.
Yustanto menilai, jika situasi aman, masyarakat selalu melihat Polisi bagaikan hantu. Namun, ketika situasi tidak kondusif, maka masyarakat selalu bertanya dimana Polisi. Hal ini kata Yustanto, bukan hanya terjadi di Mimika saja, tapi juga terjadi di provinsi/kabupaten/kota lainnya. Bahkan hal ini juga terjadi di luar negeri.
“Pada saat situasi aman orang melihat polisi seperti melihat hantu, tapi pada saat situasi kritis atau misalnya ada kriminal disitu orang akan bertanya mana polisi. Bukan hanya disini, tapi begitu juga di luar negeri,” ucap Yustanto.
Yustanto menyebutkan, jumlah anggota Polres Mimika kini hanya sekitar 600 personil yang tersebar di setiap fungsi. Dengan jumlah tersebut tentunya tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang mencapai 300 ribu jiwa. Untuk itu, Yustanto mengharapkan kepada masyarakat agar turut berperan aktif dalam menjaga situasi dan keamanan, sebab Polisi tidak akan mampu untuk melindungi masyarakat dengan cepat dari berbagai dinamika persoalan yang ada.
“Jadi harapan kita dari pihak Kepolisian dan pihak masyarakat juga bisa meningkatkan keamanan. Polisi kita disini cuma 600 orang, kemudian itu sudah terbagi diseluruh wilayah yang ada di Timika. Ada yang pelayanan, ada yang dilapangan dan lain-lain. Kemudian tidak akan bisa mampu melindungi masyarakat yang begitu banyak dan dengan daerah yang cukup luas. Apabila masyarakat atau elemen lainnya tidak bisa membantu menjaga keamanan, otomatis nanti akan muncul situasi-situasi yang tidak enak seperti konflik misalnya. Kita tidak akan bisa mengamankan seluruhnya, tapi selagi kita mampu untuk mengamankan kita akan mengamankan. Kita sudah sampaikan keanggota kita untuk melaksanakan tugas pokok masing-masing yang selama kamu bisa lakukan. Nah harapan kita untuk masyarakat agar bisa juga begitu,” terang Yustanto.
Menurut Yustanto, sebagai masyarakat yang baik, sebaiknya jika ada suatu masalah agar dapat segera menyampaikan kepada pihak Kepolisian, bukan membuat satu gerakan sendiri yang dapat menimbulkan satu konflik.
Dengan menghubungi pihak Kepolisian, lanjut Yustanto, maka Polisi siap menyelesaikan masalah tersebut. Namun tentunya juga, dalam menyelesaikan suatu masalah yang melibatkan massa, tentu harus didukung oleh ketua dari kelompok massa tersebut.
“Saat ini di Timika sudah mulai terbentuk kristal-kristal yang mengkuatirkan sedikit-sedikit menggunakan massa, ini sangat rawan sekali. Ketika ada suatu masalah infokan secepatnya ke Polisi, kemudian membantu pihak kepolisian untuk mengungkap suatu masalah yang terjadi, bukan malah menekan. Selama ini terjadi seperti begitu. Begitu ada masalah yang disuruh mengusut masalah harus cepat, tapi mereka tidak mau membantu. Kalau memang masyarakat itu baik, ketika ada suatu tindakan maka bantu polisi. Ketika sudah mendapat informasi sesegara mungkin menginfokan ke Polisi, nanti Polisi yang menangkap. Bukan malah menekan dan koar-koar saja, nah ini terbukti bahwa ada provokator disitu,” jelas Yustanto.
Untuk itu, Yustanto meminta kedepannya jika ada suatu masalah terhadap satu kelompok, sebaiknya duduk bersama dengan kepala dingin untuk bersama-sama mencari solusi. Sebab Yustanto menegaskan bahwa, aturan saat ini sudah sangat jelas, jika ada suatu konflik yang terjadi akan ditindak tegas.
“Hal ini tidak boleh terjadi lagi setiap ada masalah. Mari kita berkumpul, kita cari solusi terbaiknya untuk masyarakat bisa membantu kita menyelesaikan masalah ini, bukan diserahkan kepada Polisi semua malah tidak membantu. Kedepan jika ada aksi-aksi seperti itu lagi otomatis nanti tokoh-tokohnya yang kita suruh bertanggung jawab,” tegas mantan Kaden B Brimob Polda Papua.
Semantara itu, di hari jadi Polri ke 70, Yustanto berharap personilnya untuk senantiasa menjaga kesehatan, mentalitas dan tetap dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta tidak melakukan tindakan yang mencoreng institusi Kepolisian.
“Untuk angota-anggota kita di lapangan untuk tetap menjaga kesehatan, jaga mentalitas, harus tetap dekat kepada Tuhan. Kemudian jika ada tindakan yang bisa memalukan organisasi jangan dilakukan,” tutup Yustanto.(Irsul)