Dua Pelajar SDI 1 Terlambat Ujian Karena Perang
pada tanggal
Wednesday, May 18, 2016
![]() |
Dua Pelajar SDI 1 Terlambat Ujian Karena Perang |
SAPA (TIMIKA) - Dua orang siswa SD Inpres Kwamki 1 Wildan Magai dan Andreas Magai yang bertempat tinggal di kubu atas Distrik Kwamki Narama harus mengalami keterlambatan saat akan mengikuti ujian hari pertama, Rabu (17/5)
Hal ini disebabkan karena kedua siswa tersebut merasa takut untuk pergi ke sekolah karena harus melintasi jalan utama di tempat terjadinya perpecahan antara kedua kubu, sehingga mereka harus diantar oleh mobil patroli dari Polsek Miru yang saat itu tengah berjaga di Kwamki Narama
Ditemui Salam Papua (17/5), Kepala SD Inpres Kwamki 1 Gaspar Rewapatara, S.Pd mengatakan, semenjak terjadi peperangan, siswa-siswi diliburkan sementara karena mengingat kondisi tidak aman.
Gaspar juga menyampaikan bahwa, ia harus mengimbau satu per satu siswa kelas 6 yang akan melaksanakan ujian nasional ini agar semua dapat hadir. Ia merasa lega karena dari pihak kepolisian cukup tanggap dan merespon baik ketika ada siswa yang membutuhkan perlindungan saat akan berangkat ujian.
Ujian Nasional ini diikuti oleh 39 siswa-siswi kelas 6 yang rata-rata bertempat tinggal di antara tempat konflik yang terjadi sejak (11/5) lalu.
“Perang ini memiliki dampak besar bagi anak-anak yang mau ujian karena hari dimana seharusnya kami mempersiapkan mereka untuk ujian terpaksa harus ditiadakan karena mereka tidak bisa ke sekolah,” ujar Gaspar. (CR2)
Hal ini disebabkan karena kedua siswa tersebut merasa takut untuk pergi ke sekolah karena harus melintasi jalan utama di tempat terjadinya perpecahan antara kedua kubu, sehingga mereka harus diantar oleh mobil patroli dari Polsek Miru yang saat itu tengah berjaga di Kwamki Narama
Ditemui Salam Papua (17/5), Kepala SD Inpres Kwamki 1 Gaspar Rewapatara, S.Pd mengatakan, semenjak terjadi peperangan, siswa-siswi diliburkan sementara karena mengingat kondisi tidak aman.
Gaspar juga menyampaikan bahwa, ia harus mengimbau satu per satu siswa kelas 6 yang akan melaksanakan ujian nasional ini agar semua dapat hadir. Ia merasa lega karena dari pihak kepolisian cukup tanggap dan merespon baik ketika ada siswa yang membutuhkan perlindungan saat akan berangkat ujian.
Ujian Nasional ini diikuti oleh 39 siswa-siswi kelas 6 yang rata-rata bertempat tinggal di antara tempat konflik yang terjadi sejak (11/5) lalu.
“Perang ini memiliki dampak besar bagi anak-anak yang mau ujian karena hari dimana seharusnya kami mempersiapkan mereka untuk ujian terpaksa harus ditiadakan karena mereka tidak bisa ke sekolah,” ujar Gaspar. (CR2)