-->

Yakobus Takimai

Pejuang Pekerja Ekspektatif 

DIPLOMASI dan Harmonisasi menjadi kunci dalam kesuksesan yang harus terus dikerjakan untuk memperjuangkan kebutuhan kesejahteraan dan harmonisasi pekerja, secara khusus dalam lingkungan organisasi serikat pekerja kimia energy dan pertambangan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Pengurus Unit Kerja PT Kuala Pelabuhan Indonesia (SP KEP SPSI PUK PT KPI). Penjelasan ekpektatif (penuh optimism untuk menggapai harapan-harapannya-red) itu dilontarkan spontan dari mulut salah satu pentolan organisasi pekerja yang cukup dikenal kegigihannya memperjuangkan kebutuhan sesama pekerja di perusahaan PT KPI, dimana dirinya hidup dan bekerja sejak tahun 1992 silam.

Yakobus Takimai, itulah sosok pria kelahiran Modio Kabupaten Paniai, 7 Juni 1969 (47 tahun) silam yang sejak tahun 2013 didaulat memimpin hampir 6000 pekerja dalam perusahaan PT KPI itu yang hendak dikenal.

”Ada banyak hal yang sudah saya upayakan bersama rekan-rekan pekerja dalam masa periode kepemimpinan sejak 2013-2016 ini, tetapi itu baru awal dari rangakain perjuangan yang masih harus kita laksanakan terus. Masiha da banyak terobosan karena bagi saya, pelayanan bagi sesame pekerja melalui organisasi SPSI ini adalah segalanya. Tanpa upaya mensejahterakan dan menciptakan harmonisasi dalam perusahaan yang konsisten dan berkelanjutan maka sesungguhnya kehadiran organisasi SPSI ini adalah sia-sia,” ucap pria bertubuh gempal ini santai dan akrab saat bersama Direksi SKH SALAM PAPUA, Rabu (6/4).

Figur pemimpin organisasi serikat pekerja yang sejak tahun 1992, bekerja sebagai salah satu pekerja kontrak melalui PT Inamco Varia Jasa dengan perjalanan mencapai 15 kali kontrak (sekali kontrak berlaku selama enam bulan-red) hingga akhirnya berhasil mencapai status sebagai salah satu pekerja permanen di PT KPI. Menjadikan pria asal Paniai yang beristerikan wanita asal Bugis – Sulawesi Selatan, Ratna ini memang sarat pengalaman. Tak heran, jika sejauh kiprahnya dalam organisasi SPSI sebagai anggota sejak awalnya, semua pengala,an professional dan organisasi itu akhirnya mendorongnya mencapai kepercayaan untuk memimpin SPSI SP KEP PUK PT KPI.

“Kami memang melihat kalau sejauh menjalankan tanggungjawab sebagai Ketua SPSI SP KEP dalam lingkungan PUK PT KPI ini, Pa Takimai sangat memberikan keberhasilan demi keberhasilan. Salah satu yang paling tegas kami nikmati saat ini adalah bagaimana perjuangan mencapai status dari pekerja kontraktor hingga kini menjadi pekerja privatisasi dalam perusahaan yang kita cintai Privatisasi PT KPI ini,” tutur salah satu rekan organisasinya yang juga sekretaris bidang kesejahteraan anggota yang meranggap sebagai juru bicara Takimai selaku ketua SPSI SP KEP PUK PT KPI, Hamzar.

Namun, pengakuan membanggakan itupun disederhanakan Takimai dengan ekpektasinya yang terkesan merendah.

“Saya ini pekerja dan pengurus organisasi pekerja, sudah menjadi tugas saya untuk membawa setiap aspirasi pekerja, meski saya paham kalau sejauh ini tidak semua aspirasi yang berhasil bisa dijawab. Tetapi, ini bukanlah suatu proses membalikkan telapak tangan. Perjuangan melalui organisasi pekerja adalah pelayanan bagi sesame rekan pekerja dan apapun alasannya, perjuangan ini barulah awal dari rangakain perjuangan yang masih panjang. Saya masih punya banyak tugas untuk apa yang saya idamkan bagi pekerja kita di PT KPI sendiri ke depannya bahkan bagi pekerja dalam lingkungan PT Freeport Indonesia secara umum di sector KEP di Kabupaten ini. Saya pikir perjuangan ini harus terus saya jalankan bersama rekan-rekan, dan tidak ada kata terlambat dan tidak ada juga kata pesimis dalam benak saya dan semua rekan-rekan. Jadi masih ada banyak hal yang harus diperjuangkan meski sudah bisa dinikmati beberapa hal dari hasil perjuangan bersama kita,” tekan Takimai dalam nada optimis.

Memiliki seorang putra, Boston Takimai (9) sepertinya semakin mendorong Yakobus Takimai yang mengakui mengawali kerjanya sebagai pekerja kontrak pada bidang Regear di PAD-11 (sebelumnya), dirinya kemudian berhasil dipromosikan pindah ke Cargo Dog di Portsite, hingga akhirnya ke bagian Operator.

“Puji Tuhan karena dedikasi dan sebagainya, saya beberapa tahun terakhir dipercaya untuk mendapatkan posisi Forman (Supervisor) dan kini Genfor (General Foreman), tetapi saya pikir saya juga harus tetap ikut berjuang di organisasi pekerja ini. Akhirnya mulai tahun 20013  silam, saya dipercaya untuk memimin PUK PT KPI ini untuk masa periode 2013 – 2015. Kini kami siap melaksanakan kegiatan Musyawarah Unit kerja (Musnik) sebagai tradisi organisasi dan sepertinya saya pun harus mengikuti alur aspirasi yang berkembang untuk kembali mendaftarkan diri sebagai salah satu kandidat pimpinan untuk periode berikutnya di tahun 2016-2019 mendatang,” cerita Takimai menambahkan.

Bicara soal status pekerja kontraktor dan privatisasi yang sudah disampaikan rekannya, Takimai mengajak segenap pekerja untuk terus memaknai status privatisasi ini dalam kinerjanya sebagai pekerja juga. Alasannya, selama kepengurusan di PUK PT KPI sebelumnya, memang tidak ada itu kata privatisasi hingga kepengurusan didalam kepemimpinannya semua hal itu bisa diwujudkan bersama. Mengapa itu penting dimaknai, karena pengaruhnya sudah jelas sekali kalau sebagai pekerja di perusahaan privatisasi maka apa saja yang diperoleh pekerja dalam perusahaan induk atau di PT Freeport Indonesia maka itu juga sama diperoleh oleh perusahaan privatisasi.

“Ruang yang sudah diberikan perusahaan ini tentunya harus diimbasi dengan proses kinerja yang berkualiat dan konsisten. Untuk saat ini, dengan kesepakatan bersama pihak manajemen yang sudah terjadi sebelumnya itu, memang patut dibanggakan oleh kita sebagai pekerja di PT KPI. Bahkan hasil kesepakatan itu pun sudah masuk dalam PKB (perjanjian kerja bersama) kami di PT KPI ,” tandas Takimai.

Tak hanya itu, karena kesempatan kepercayaan dalam masa kepemimpinannya pun dimaknai Takimai dengan melengkapi sejumlah kebutuhan organisasi. Pengadaan kantor sekretariat SPSI SP KEP PUK PT KPI, yang dalam kepengurusan sebelumnya juga belum sempat ada sudah diupayakan dan sudah ada hingga hampir tiga tahun ini dimanfaatkan bersama. Sekaligus dengan sejumlah asset-asset didalamnya, bahkan tidak ketinggalan juga kendaraan bagi operasional pengurus bagi kebutuhan organisasi.

“Satu unit kendaraan Kijang Inova sudah kami miliki juga dan ini semua merupakan asset organisasi yang penting diadakan bagi kelancaran perjuangan bersama ke depannya, dan saya berharap semuanya ini bisa berguna demi menjalankan roda organisasi,” kata Takimai.

Disinggung soal pengalamannya memimpin SPSI SP KEP PUK PT KPI, Takimai mengakui adalah kendala internal dan ekternal yang dihadapi bersama. Secara internal, memang diakuinya ada banyak rekan-rekan pekerja yang karena perkembangan sudah tidak lagi sepaham dan berada dalam organisasi lain. Namun upaya menjaga dan memlihara hubungan komunikasi demi kinerja, solidaritas dan kerjasama itu terus harus dilakukannya karena baginya, organisasi apapun boleh ada untuk pekerja tetapi tugas utamanya juga sama membawa aspirasi pekerja dan yang lebih penting lagi adalah, apakah berhasil atau tidak itu dilakukan. Sedangkan secara eksternal, masih banyak aspirasi yang selama ini terus diperjuangkan dan beberapa diantaranya masih harus terus diperjuangkan bersama.

“Kami optimis tetap jalan, agar dalam proses ke depannya kami akan terus melakukan konsolidasi dan diplomasi intensif kepada manajemen demi memperjuangkan aspirasi pekerja. Mengapa diplomasi, karena menurut saya diplomasi harus menjadi kekuatan tawar yang wajib dikedepankan demi mencapai setiap harapan atau ekspektasi kita. Kita sebelumnya terus kawal kasus bigosan, bahkan accident di High-land (Dataran tinggi di Tembagapura-red) juga kami kawal sampai ke Jakarta. Bahkan hingga pernah kami datangkan Tim Arbitrase, sampai akhirnya beberapa pekerja yang dirumahkan sudah berhasil dikembalikan bekerja secara normal. Tak hanya itu, kita juga sempat mendapatkan penghargaan atau apresiasi dari DPP karena berkontribusi memberikan bantuan dana bagi DPP dan penghargaan itu kami terima dalam acara Rakernas SPSI SP KEP di Palembang bulan Maret 2016 kemarin,” aku Takimai tenang.

Menghadapi tantangan penting dan mendesak ke depannya, Takimai mengingatkan, suka atau tidak setiap pekerja akan menghadapi apa yang dipahami sebagai tantangan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang sudah dimulai sejak  Januari 2016 lalu.  Bagi Takimai, apapun alasannya proses perjuangan mencapai harapan dan mengantisipasi kendala memang harus diperkuat melalui upaya mengedepankan harmonisasi dan diplomasi. Sekecil apapun masalahnya, upaya diplomasi harus dibangun sebab organisasi pekerja atau bahkan pekerja dan perusahaan itu adalah mitera kerja, yang tentu saja saling membutuhkan.

“Menjaga dan memlihara kekuatan inilah yang sulit dan inilah cara untuk menghadapi MEA itu. Inilah cara untuk mencapai harapan dalam menghadapi MEA itu. Secara teknis tentu saja ada banyak ide produktif yang bisa kita perjuangkan bersama ke depannya. Masalahnya kita siap bersama terus atau belum,” tantang Takimai mengakhiri perbincangannya bersama dapur Redaksi SKH SALAM PAPUA.(Samuel Wanda)


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel