-->

Freeport Harus Terbuka, Kematian Ikan Tunggu Hasil Laboratorium

Wakil Bupati (Wabup) Mimika, Yohanis Bassang saat mengunjungi lokasi penemuan ikan mati
SAPA (TIMIKA)  - Untuk mengetahui secara jelas penyebab kematian ribuan ikan sarden di Sungai Yamaima, Jumat (15/4) kemarin, Wakil Bupati (Wabup) Mimika, Yohanis Bassang,SE,MSi dan Komisi A DPRD Mimika langsung melakukan kunjungan ke lokasi kematian ikan-ikan tersebut. Wabup Bassang meminta PT Freeport Indonesia (PTFI) harus terbuka menyampaikan penyebab kematian ribuan ikan ini berdasarkan hasil uji laboratorium.

Berdasarkan pemantauan Salam Papua di lapangan, ribuan ikan sarden yang mati sudah tidak ada dilokasi, yang sempat dimuat di beberapa media lokal dan media sosial. Yang ada hanya sisa-sisa ikan berupa tulang-tulang. Informasi yang didapat, bahwa ikan-ikan tersebut mengalami pembusukan dan pengeringan. Ini karena, kejadian kematian ribuan ikan sarden ini sudah berlangsung selama kurang lebih satu minggu.

Selain itu, di sekitar area tempat ikan-ikan itu mati, tepatnya di sepanjang Sungai Yamaima, didapatkan ratusan burung camar terbang mengelilingi muara sungai tersebut. Burung camar yang terbang ini merupakan pemangsa dari ikan-ikan sarden. Dan terbukti banyak ikan-ikan sarden yang menjadi santapan dari burung-burung camar.

Staff  Departemen Lingkungan PTFI, Romen Rifian dalam penjelasannya kepada Wakil Bupati mengatakan, ikan sarden ini makanannya plankton. Dan pada saat terjadi arus bawah dan atas, ikan-ikan sarden bergeser mengikuti arus air, sehingga ribuan ikan pun mengikuti plankton ke lokasi Sungai Yamaima ini. Namun karena ikan tersebut dalam jumlah yang besar, dan kondisi perairan yang cukup dangkal maka sangat berpengaruh terhadap kehidupan habitat di dalamnya, khususnya kandungan oksigen (O2).

“Plankton dan ikan ini sama-sama membutuhkan O2, sehingga keduanya rebutan O2 di daerah yang tidak begitu dalam dan luas. Yang akhirnya menyebabkan banyak ikan mati,” kata Romen.

Selain itu, kata dia, ikan sarden ini kalau mati akan mengeluarkan minyak. Sehingga kalau yang mati ini ribuan, maka minyak-minyak ini akan menutupi kandungan O2 di dalam air. Dimana lemak ikan sarden kurang lebih 10 persen.

“ Karena minyak ikan ini menutupi air, maka akan mempengaruhi O2 dalam air. Sehingga menyebabkan kematian massal, khususnya ikan-ikan sarden. Dan akan memicu ikan lain yang juga membutuhkan O2, seperti ikan pari dan gabus,”katanya.

Ia menambahkan, kasus yang sama terjadi juga pada 2015 lalu. Namun area kejadiannya di depan muara Sungai Tipuka. Dan di 2016 ini terjadi hal yang sama, tetapi lokasinya lebih ke dalam. Dan dari kondisi ini, pihaknya sudah mengambil sampel ikan dan air untuk diteliti di laboratorium.

 “ Dimungkinkan dengan pola arus air yang sama, maka di tahun depan akan terjadi hal yang sama,”katanya.

Sementara Wakil Bupati Mimika, Yohanes Bassang,SE,MSi mengatakan, dari penjelasan pihak PTFI, bahwa kematian ribuan ikan sarden ini bukan karena limbah tailing. Dimana ikan ini hidupnya dilautan di kedalaman 100 - 200 meter. Pada saat migrasi ditempat yang lebih dangkal, ikan ini menemukan masalah dalam hal beradaptasi dengan lingkungannya. Sehingga membuat ikan-ikan ini banyak yang mati.

"Jadi kematian ikan ini bukan karena limbah, tapi evolusi alam yang membuat kondisi seperti ini,”katanya.

Menurut Wabup Bassang, walaupun demikian, harus diperkuat dengan uji laboratorium terhadap ikan dan air yang ada. Dan PTFI sudah mengambil sampel ikan dan air untuk diteliti di laboratorium. Sementara dari Pemkab Mimika juga akan melakukan hal yang sama. Sehingga akan dilihat apakah ada perbedaan terhadap hasil laboratorium ini. Kalau hasilnya sama, yakni karena kekurangan O2, maka kematian ikan ini bukan disebabkan karena limbah. Tetapi kalau ada perbedaan, maka harus diteliti lagi.

“ Saya berharap PTFI terbuka terhadap hasil dari uji lab nanti. Sehingga kalau kematian ikan-ikan tersebut karena limbah harus disampaikan terus terang. Kalau PTFI tidak terbuka dan sportif, maka akan menjadi masalah. Tapi dengan keterbukaan, PTFI bisa mengantisipasi kalaupun itu masalahnya adalah dari limbah,”terangnya.

Kata Bassang, dari kondisi ini, maka pihaknya mengajak kepada semua masyarakat, untuk berpikir positif dahulu sampai menunggu hasil laboratorium. Apapun hasilnya akan kita dengarkan sama-sama, sehingga akan lebih diketahui lebih jelas.

“ Saya tidak membela siapa-siapa, tapi lebih melihat kepada penyebab dari ribuan atau jutaan ikan itu mati. Mudah-mudahan ada perbaikan dan solusi untuk permasalahan ini. Sehingga pihaknya meminta agar tidak ada saling menghujat satu sama lain," ungkapnya.

Independen Perlu Uji Lab
Selain Wakil Bupati beserta dinas terkait yang turun ke tempat kematian ikan sarden tersebut. Anggota Komisi A DPRD Mimika yang dipimpin oleh Ketua Komisi A DPRD Mimika, Saleh Alhamid juga ikut turun melakukan pemantauan langsung. Dimana dari hasil kunjungan tersebut, DPRD minta agar ada uji laboratorium secara independen.

Ketua Komisi A DPRD Mimika, Saleh Alhamid  mengatakan, dari penjelasan yang disampaikan pihaknya sudah mengerti dan memahami. Namun perlu diperkuat dengan adanya uji laboratorium terhadap kandungan ikan dan air yang ada di daerah ini. Sehingga bisa memastikan, bahwa kematian ikan tersebut benar karena fenomena alam dan kekurangan O2 atau yang lainnya.

“ Perlu dilakukan penelitian di laboratorium,”kata Saleh.

Kata dia, penelitian di laboratorium tidak hanya dilakukan oleh PTFI, namun juga Pemkab Mimika dan tim independen. Ini dilakukan sebagai pembanding dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh PTFI dan Pemda. “ Perlu ada pembanding, agar hasil uji laboratorium tersebut, betul-betul valid dan tidak ada keberpihakan satu dengan yang lain,”ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga meminta kepada PTFI untuk lebih terbuka dengan masalah yang ada. Karena dari peristiwa ini, informasi yang berkembang dimasyarakat simpang siur. Ia pun mencontohkan, ada orang yang diberi minyak angin merasa enak ada yang mabuk. Dalam arti, ada masyarakat yang disampaikan bahwa ini karena fenomena alam, pastinya ada yang menerima ada yang tidak. Karenanya perlu analisa dan penelitian, untuk menetralisir kasus ini.

“ Kami juga butuh presentasi dari PTFI tentang kondisi ini, sehingga semua akan lebih jelas,”kata Saleh.

Sementara Anggota DPRD Komisi B DPRD Mimika, Antonius Kemong mengatakan, hampir seluruh pantai di Mimika terkena tailing. Dan dari kejadian ini, masyarakat akan turun ke lapangan. Namun dirinya menyampaikan untuk tahan dulu, karena DPRD akan turun langsung ke lapangan, untuk mengetahui secara langsung kondisi yang ada.

“ Dari peristiwa ini, saya sangat menyesalkan terhadap PTFI yang tidak menyampaikan kondisi ini sebenarnya bagaimana. Sehingga muncul berbagai wacana dan opini di masyarakat, karena ketidaktahuan hal tersebut. Oleh itu, perlu adanya peryataan resmi dari PTFI, agar tidak ada salah tafsir terhadap kondisi yang ada saat ini,”ungkapnya.

Sedangkan Robert Wropea, Anggota Komisi A dan tokoh masyarakat Kamoro mengatakan, kondisi ini baru terjadi. Karena biasanya kejadian ini terjadi di pesisir, dan ikan tersebut terjebak di lokasi saat pasang. Namun ini terjadi dimuara.

Lanjutnya, dari kasus ini, pihaknya menyayangkan adanya pembiaran terhadap kasus ini. “ saya berharap kedepan kalau ada kasus yang sama, harus ada tindakan dari pemerintah dan ptfi untuk menanggapi hal ini. Dan kami dari Lemasko juga akan melakukan hal yang sama, untuk melakukan penelitian terhadap kasus ini,”katanya.

Sementara Anggota Komisi A DPRD Mimika, Septinus Ohee menyampaikan, bahwa memang benar banyak ikan yang mati. Tapi tidak bisa dituduh, bahwa ikan yang mati karena limbah. Oleh itu butuh penyelidikan dari semua pihak, dan dibandingkan dengan fenomena ikan yang mati. Karena bukan hanya di Mimika, tapi juga di daerah lain.

“ Kami minta masyarakat menahan diri untuk tidak berpikir penyebabnya ini apa dan apa. Karena saat ini sedang dilakukan pengambilan sampel untuk dibawa ke lab.

Hal yang sama disampaikan Anggota Komisi A DPRD Mimika George Deda, walaupun persoalan ini persoalan alam. Dan ini terlihat, bahwa disamping lokasi yang terdapat ikan mati masih ada kehidupan ikan-ikan yang lain. Bahkan masih banyak masyarakat yang menjaring ikan yang sama di lokasi yang tidak jauh dari tempat kejadian. Walaupun demikian, ini tidak bisa hanya sebatas teori ataupun pengalaman-pengalaman. Namun harus dibuktikan dengan penelitian dan uji di laboratorium.

“ Perlu ada uji laboratorium, untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi pada kematian ikan-ikan ini,”katanya.

Lanjutnya, persoalan ini sudah sampai dimana-mana. Apalagi persoalan PTFI yang sedang bermasalah. Sehingga untuk segera ada tanggapan baik secara ilmiah dan yang lainnya. Ini bertujuan untuk memperjelas kondisi yang ada. Karenanya dari DPRD meminta agar ada independen dalam pengujian laboratorium tersebut.

“ Perlu ada penelitian dari pihak independen untuk melakukan menguji hal yang sama. Sehingga bisa disinkronkan dan ditemukan hasilnya”ungkapnya.

Lemasko Tunggu Hasil Lab

Untuk memberikan pemahaman terhadap kondisi dan kejadian matinya ribuan sampai jutaan ikan sarden di Sungai Yamaima. PTFI melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat dari Suku Kamoro. Dalam hal ini Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamoro (Lemasko). Dari pertemuan tersebut, pihak Lemasko akan menunggu hasil laboratorium yang dilakukan oleh PTFI.

Wakil Ketua I Lemasko, Gery Okuare mengatakan, dalam pertemuan ini pihaknya sudah mendapatkan presentasi dari PTFI. Dimana dalam presentasi tersebut, PTFI menjelaskan, bahwa kematian ribuan ikan tersebut karena fenomena alam. Walaupun demikian, pihaknya meminta kepada PTFI adanya pembuktian yang ilmiah, yakni dengan pengujian laboratorium.

Lanjutnya, kenapa perlu ada penelitian laboratorium, karena  selain ikan sarden ada juga ikan-ikan lain yang mati. Selain itu, Lemasko juga meminta agar PTFI lebih terbuka dalam memaparkan penyebab fenomena ini.

 “Saya minta, pengujian laboratorium yang dilakukan oleh PTFI harus ada keterlibatan pemerintah daerah sebagai tuan rumah. Selain itu harus dipaparkan ulang dan dibuktikan. Dan kami dari Lemasko menunggu hasil  laboratorium, karena ini demi kebaikan masyarakat dan PTFI,”kata Gery.(Muji/ Saldi Hermanto)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel