Ribuan Umat Katolik di Timika Mengikuti Misa Kamis Putih
pada tanggal
Friday, March 25, 2016
Suasana penghormatan Sakramen Maha Kudus di Katedral Tiga Raja Timika / SAPA MARIA |
SAPA (TIMIKA) – Ribuan umat Katolik pada Kamis (24/3) sore hingga malam hari memadati Gereja Katedral Tiga Raja Timika untuk mengikuti misa Kamis Putih yang berlangsung dua kali. Misa Kamis Putih di pimpin Pastor Yasintus Bere, Pr yang berasal dari Keuskupan Denpasar, Bali.
Dalam khotbahnya Pastor menyampaikan, sebagai orang beriman kita kembali mengenang malam perjamuan terakhir, dimana Yesus menunjukkan kasih yang tuntas terhadap para murid, terhadap kita orang beriman. Dengan menyerahkan tubuh dan darahnya sendiri untuk dimakan, dan dengan melakukan perbuatan seorang hamba yaitu membasuh kaki para muridnya. Inilah monumen kasih yang diwariskan oleh Yesus bagi kita umat beriman. Namun kasih dari Yesus ini dinodai oleh sebuah kiamat yaitu, dari Yudas sendiri yang tidak mengasihi Yesus sampai tuntas.
“Saudara terkasih, beranikah kita mengasihi sesama seperti Yesus sampai akhir, sampai tuntas. Beranikah kita merendahkan diri untuk menjadi pelayanan bagi sesama. Beranikah kita untuk membasuh kaki satu sama lain, sebagaimana yang ditunjukan oleh Yesus pada kita saat ini,” ungkap Pastor Yasintus.
Lanjut Pastor, dalam perayaan Kamis Putih yang setiap tahun dirayakan, ketika itu akan selalu mengingat dan mengenang dua peristiwa yang selalu di ulang. Peristiwa pertama adalah penyerahan diri Yesus secara total yang dilambangkan dengan roti dan anggur, untuk dimakan dan diminum. Dalam perjamuan malam terakhir Yesus mengatakan secara terus terang, inilah Tubuhku dan inilah Darahku, ambillah dan makanlah, ambillah dan minumlah. Karena itu pada malam ini juga kita mengenang peristiwa lahirnya ekaristi kudus yang setiap hari kita rayakan, kita kenangkan sebagaimana yang dikatakan oleh Yesus pada malam perjamuan terakhir Lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku.
“Karena itu kita harus merayakannya setiap hari. Pesan yang perlu direnungkan dalam peristiwa pertama Yesus menyerahkan diri secara total kepada para muridnya, kepada kita semua,” kata Pastor Yasintus.
Pesan pertama yang harus direnungkan, kata Pastor adalah kita harus selalu rindu untuk makan dan minum tubuh dan darah Yesus. Kita harus selalu lapar dan haus untuk makan dan minum tubuh dan darah Yesus. Itu berarti kita selalu rindu merayakan ekaristi kudus. Kalau boleh setiap hari, tapi kalau tidak paling kurang hari minggu dan hari raya harus punya waktu untuk Tuhan.
“Banyak orang hanya Katolik Napas artinya itu Katolik Natal, Paskah. Natal dan Paskah Gereja penuh setelah itu mulai sepi,” tambah Pastor.
Pesan kedua, lanjut Pastor adalah, kita harus rela berbagi dan memberi yang terbaik seperti Yesus pada malam perjamuan terakhir. Kita juga harus saling memberi dan beri yang terbaik, jangan yang sisa. Peristiwa kedua yang selalu ulangi di malam Kamis Putih adalah pembasuhan kaki kepada 12 Rasul. Arti pembasuhan kaki adalah, Dia mengajarkan kepada para Rasul bahwa Yesus mau menunjukan teladan yang mendalam tentang pelayanan yang penuh kerendahan hati.
Tidak segampang ini seorang pemimpin bisa merendahkan diri dan membasuh kaki. Juga Yesus mau memperlihatkan bahwa perayaan Paskah yang dibuka secara meriah pada malam ini adalah Perayaan kasih Yesus yang di tunjukan secara total penuh kerendahan hati. Yesus mengajarkan kepada kita semua untuk merendahkan diri dan mau menjadi seorang Hamba.
Tindakan Yesus membasuh kaki para murid merupakan satu ajakan yaitu perlunya sikap saling melayani,menghargai satu sama lain tanpa merasa direndahkan, tanpa merasa hina. Tindakan ini penting untuk direnungkan karena sekian sering, kita tidak mau merendahkan diri menjadi seorang hamba, sulit untuk menundukkan dan membasuh kaki orang lain. Meminta maaf saja susah apalagi harus merendahkan diri tidak gampang.
“Pada malam ini perlu kita sadari bahwa kebesaran seseorang tidak terletak kepada kekuasaan, jabatannya, pangkatnya, kewibawaan, tetapi terletak pada bagaimana perhatiannya, kerendahan hatinya, pelayanannya terhadap orang kecil dan rendah,”tambah Pastor Yasintus.
Peristiwa Kamis Putih Pastor, mengajak kita semua untuk melakukan dua hal sederhana tetapi sulit untuk dilakukan. Yang pertama harus berani memberantas virus arogansi jabatan, arogansi kekuasaan, status diri. Kedua harus berani saling membasuh kaki yang adalah simbol saling melayani sebagaimana yang telah di tunjukan oleh Yesus sang guru kita. (Maria Welerubun)
Dalam khotbahnya Pastor menyampaikan, sebagai orang beriman kita kembali mengenang malam perjamuan terakhir, dimana Yesus menunjukkan kasih yang tuntas terhadap para murid, terhadap kita orang beriman. Dengan menyerahkan tubuh dan darahnya sendiri untuk dimakan, dan dengan melakukan perbuatan seorang hamba yaitu membasuh kaki para muridnya. Inilah monumen kasih yang diwariskan oleh Yesus bagi kita umat beriman. Namun kasih dari Yesus ini dinodai oleh sebuah kiamat yaitu, dari Yudas sendiri yang tidak mengasihi Yesus sampai tuntas.
“Saudara terkasih, beranikah kita mengasihi sesama seperti Yesus sampai akhir, sampai tuntas. Beranikah kita merendahkan diri untuk menjadi pelayanan bagi sesama. Beranikah kita untuk membasuh kaki satu sama lain, sebagaimana yang ditunjukan oleh Yesus pada kita saat ini,” ungkap Pastor Yasintus.
Lanjut Pastor, dalam perayaan Kamis Putih yang setiap tahun dirayakan, ketika itu akan selalu mengingat dan mengenang dua peristiwa yang selalu di ulang. Peristiwa pertama adalah penyerahan diri Yesus secara total yang dilambangkan dengan roti dan anggur, untuk dimakan dan diminum. Dalam perjamuan malam terakhir Yesus mengatakan secara terus terang, inilah Tubuhku dan inilah Darahku, ambillah dan makanlah, ambillah dan minumlah. Karena itu pada malam ini juga kita mengenang peristiwa lahirnya ekaristi kudus yang setiap hari kita rayakan, kita kenangkan sebagaimana yang dikatakan oleh Yesus pada malam perjamuan terakhir Lakukanlah ini untuk mengenangkan Aku.
“Karena itu kita harus merayakannya setiap hari. Pesan yang perlu direnungkan dalam peristiwa pertama Yesus menyerahkan diri secara total kepada para muridnya, kepada kita semua,” kata Pastor Yasintus.
Pesan pertama yang harus direnungkan, kata Pastor adalah kita harus selalu rindu untuk makan dan minum tubuh dan darah Yesus. Kita harus selalu lapar dan haus untuk makan dan minum tubuh dan darah Yesus. Itu berarti kita selalu rindu merayakan ekaristi kudus. Kalau boleh setiap hari, tapi kalau tidak paling kurang hari minggu dan hari raya harus punya waktu untuk Tuhan.
“Banyak orang hanya Katolik Napas artinya itu Katolik Natal, Paskah. Natal dan Paskah Gereja penuh setelah itu mulai sepi,” tambah Pastor.
Pesan kedua, lanjut Pastor adalah, kita harus rela berbagi dan memberi yang terbaik seperti Yesus pada malam perjamuan terakhir. Kita juga harus saling memberi dan beri yang terbaik, jangan yang sisa. Peristiwa kedua yang selalu ulangi di malam Kamis Putih adalah pembasuhan kaki kepada 12 Rasul. Arti pembasuhan kaki adalah, Dia mengajarkan kepada para Rasul bahwa Yesus mau menunjukan teladan yang mendalam tentang pelayanan yang penuh kerendahan hati.
Tidak segampang ini seorang pemimpin bisa merendahkan diri dan membasuh kaki. Juga Yesus mau memperlihatkan bahwa perayaan Paskah yang dibuka secara meriah pada malam ini adalah Perayaan kasih Yesus yang di tunjukan secara total penuh kerendahan hati. Yesus mengajarkan kepada kita semua untuk merendahkan diri dan mau menjadi seorang Hamba.
Tindakan Yesus membasuh kaki para murid merupakan satu ajakan yaitu perlunya sikap saling melayani,menghargai satu sama lain tanpa merasa direndahkan, tanpa merasa hina. Tindakan ini penting untuk direnungkan karena sekian sering, kita tidak mau merendahkan diri menjadi seorang hamba, sulit untuk menundukkan dan membasuh kaki orang lain. Meminta maaf saja susah apalagi harus merendahkan diri tidak gampang.
“Pada malam ini perlu kita sadari bahwa kebesaran seseorang tidak terletak kepada kekuasaan, jabatannya, pangkatnya, kewibawaan, tetapi terletak pada bagaimana perhatiannya, kerendahan hatinya, pelayanannya terhadap orang kecil dan rendah,”tambah Pastor Yasintus.
Peristiwa Kamis Putih Pastor, mengajak kita semua untuk melakukan dua hal sederhana tetapi sulit untuk dilakukan. Yang pertama harus berani memberantas virus arogansi jabatan, arogansi kekuasaan, status diri. Kedua harus berani saling membasuh kaki yang adalah simbol saling melayani sebagaimana yang telah di tunjukan oleh Yesus sang guru kita. (Maria Welerubun)