Jangan Marah
pada tanggal
Friday, March 11, 2016

Ketika kita merenungkan tuntunan-tuntunan Islam dari sisi keindahan akhlak dan adab, maka kita akan menemukan suatu ajaran yang luar biasa istimewanya. Dalam Shahih al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ada seseorang yang datang meminta wasiat kepada Rasulullah SAW. Ia berkata, “Berilah aku nasehat?” Rasulullah SAW bersabda,“Jangan marah!”
Marah itu memiliki dampak buruk yang banyak bagi manusia. Ekspresi wajah yang buruk. Perbuatan yang jelek. Dan ucapan yang kotor. Yang semuanya akan disesali oleh pelakunya. Karena ketika dia marah, ia merasa tengah hilang kesadaran, seperti orang gila. Oleh karena itu, ada seseorang yang mengatakan bahwa marah itu bagian awalnya gila dan akhirnya menyesal.
Marah itu adalah gejolak darah di jantung, yang mengakibatkan bertambah cepatnya detak jantung, sehingga menjadikan kerja organ tubuh tidak berjalan normal dan mengakibatkan penyakit. Ketika marah bertambah kualitasnya, maka manusia tidak mampu lagi mengontrol dirinya. Oleh itu, terjadilah permusuhan dan saling benci. Islam mengajarkan manusia untuk mengontrol diri mereka di saat marah.
Para ulama menjelaskan, hal ini mengandung dua hal yang sangat penting, Pertama: mendidik seorang muslim dengan akhlak mulia dan adab yang baik. Seorang muslim diajarkan bersabar, bersikpa tenang, tidak grasa-grusu, jauh dari ketergesa-gesaan, dll. Kedua: jika seseorang marah, hendaknya ia tetap tidak kehilangan kontrol diri. Janganlah ia tumpahkan amarahnya dalam perkataan dan perbuatan. Tetap kontrolah diri, baik ucapan maupun perbuatan. Atau tahan diri untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu.
Saat amarah itu terjadi jangan lupa ucapkan ta’awudz (a’udzubillah minasy syaithonir rajim). Ini kalimat yang tepat pada kondisi ini, bukan istighfar seperti yang banyak tersebar saat ini. Karena setan akan semakin cepat masuk ke dalam diri seseorang yang sedang marah. Karena itu seseorang mudah mengucapkan dan melakukan perbuatan yang buruk.
Nabi Muhammad SAW memberikan dua tips sebagai bimbingan bagi umatnya agar mampu mengendalikan amarah. Pertama: “Apabila kalian sedang marah, maka diamlah”. Tidak berkata-kata. Karena jika dia mengucapkan sesuatu di saat marah, ia akan mengucapkan klimat yang tidak baik akibatnya.
Di saat marah, seseorang cenderung mengucapkan kalimat yang buruk. Mencela, menghina, atau bahkan melaknat. Kadang saat sedang marah, seseorang bisa melaknat dirinya sendiri dan anaknya. Dan lebih buruk dari itu semua, mereka mencela agama Allah. Setelah amaranya reda, ia akan menyesali apa yang telah ia ucapkan dan lakukan. Oleh itu, jangan mengucapkan sepatah kata pun. Supaya kita tidak menyesali apa yang kita ucapkan.
Kedua: berkaitan dengan perbuatan.“Jika salah seorang dari kalian marah saat berdiri, hendaknya ia duduk, kalau belum pergi amarahnya, hendaknya ia berbaring.”
Apabila seseorang sedang merasakan amarah besar akan menguasai dirinya, maka apabila ia sedang berdiri, hendaknya ia duduk. Apabila ia belum reda juga dalam kondisi duduk, maka hendaknya berabring.
Ketika kita merenungi dua arah yang istimewa, yakni bimbingan lisan dan perbuatan, dengan izin Allah kita akan terjauh dari dampak buruk marah. Kita akan jauh dari mengatakan dan melakukan sesuatu yang membuat kita menyesal. Dan menguasai diri tatkala marah adalah sifat maskulin yang sebenarnya.
“Bukanlah orang yang kuat itu adalah orang yang suka bertindak dengan kekerasan, akan tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). (redaksi)