P2TP2A Dampingi Bocah Korban Pemerkosaan
pada tanggal
Monday, February 22, 2016
SAPA (TIMIKA) - Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Mimika, mendampingi bocah perempuan berumur 11 tahun yang menjadi korban pemerkosaan oleh ayah tirinya sendiri.
“ Kami sudah ketemu dengan korban dan akan melakukan pendampingan sampai benar-benar pulih. Dan kami berencana akan membawa korban dan ibunya untuk tinggal di rumah aman kami,” tutur Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BPPPAKB) Mimika, Alice Irene Wanma kepada Salam Papua usai rapat pembentukan panitia HUT Mimika di Kantor Pusat Pemerintahan, Jumat (19/2) lalu.
Tambahnya, kenapa pihaknya meminta agar korban dan orang tuanya tinggal di rumah aman P2TP2A. ini karena lingkungan tempat tinggal bisa menambah kondisi trauma yang dialami korban. Selain itu, korban hingga saat ini masih diam dan belum ingin berkata apa-apa. Walaupun demikian pihaknya terus melakukan pendekatan kepada korban, dengan cara mengatakan kepadanya jangan takut, karena semua orang akan melindunginya
“Secara bertahap, P2TP2A akan memberikan bimbingan dan pendampingan kepada korban, hingga benar-benar pulih. Ini dilakukan anak yang mengalami hal seperti ini, memerlukan waktu yang cukup lama untuk pemulihan,” jelas Alice.
Lanjut dia, sudah ada beberapa psikiater yang datang, tetapi tidak bisa langsung diterima begitu saja. Oleh itu, harus dikoordinasi terlebih dahulu dengan pimpinan daerah. Karena selama ini hanya memakai dokter dari RSMM, cuma masa kontraknya sudah habis.
“ Kedepan, P2TP2A harus memiliki psikolog sendiri, agar dapat membimbing atas trauma yang dialami korban,” ungkapnya. (Ervi Ruban)
“ Kami sudah ketemu dengan korban dan akan melakukan pendampingan sampai benar-benar pulih. Dan kami berencana akan membawa korban dan ibunya untuk tinggal di rumah aman kami,” tutur Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BPPPAKB) Mimika, Alice Irene Wanma kepada Salam Papua usai rapat pembentukan panitia HUT Mimika di Kantor Pusat Pemerintahan, Jumat (19/2) lalu.
Tambahnya, kenapa pihaknya meminta agar korban dan orang tuanya tinggal di rumah aman P2TP2A. ini karena lingkungan tempat tinggal bisa menambah kondisi trauma yang dialami korban. Selain itu, korban hingga saat ini masih diam dan belum ingin berkata apa-apa. Walaupun demikian pihaknya terus melakukan pendekatan kepada korban, dengan cara mengatakan kepadanya jangan takut, karena semua orang akan melindunginya
“Secara bertahap, P2TP2A akan memberikan bimbingan dan pendampingan kepada korban, hingga benar-benar pulih. Ini dilakukan anak yang mengalami hal seperti ini, memerlukan waktu yang cukup lama untuk pemulihan,” jelas Alice.
Lanjut dia, sudah ada beberapa psikiater yang datang, tetapi tidak bisa langsung diterima begitu saja. Oleh itu, harus dikoordinasi terlebih dahulu dengan pimpinan daerah. Karena selama ini hanya memakai dokter dari RSMM, cuma masa kontraknya sudah habis.
“ Kedepan, P2TP2A harus memiliki psikolog sendiri, agar dapat membimbing atas trauma yang dialami korban,” ungkapnya. (Ervi Ruban)