Miskin Gizi di Tanah Kaya
pada tanggal
Monday, January 25, 2016

PERSOALAN gizi di Papua, telah membumi seantero nusantara. Pemerintah berkilah sudah melakukan penanganan serius namun fakta yang ada, Tanah Papua yang kaya ini masih miskin gizi (baca : gizi buruk).
Menurut data pemerintah pusat, tiga provinsi yang mengalami kekurangan kalori dan protein terbanyak adalah Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua dan Lampung. Demikian hasil Studi Diet Total yang digelar Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan 2014.
Rilis itu dipublikasikan bersama dengan 173 hasil penelitian lainnya selama tahun 2014. Survei dilakukan Balitbangkes terhadap 46.238 rumah tangga di 497 kabupaten/kota di 33 provinsi di seluruh Indonesia.
Di Papua, kasus kurang gizi ditemukan di sejumlah kabupaten. Khusus di Papua, masalah kurang gizi memang tidak mudah diatasi karena banyak faktor penyebab.Salah satunya masih rendahnya pengetahuan dan upaya untuk menjaga hidup sehat. Masalah gizi buruk di Papua juga belum bisa diintervensi, karena berkaitan langsung dengan status ekonomi masyarakat. Selama ekonomi masyarakat tidak menunjukan peningkatan yang lebih baik, maka secara otomatis masalah gizi buruk itu akan berjalan linear dengan status tersebut. Karena penyebab utama masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah faktor ekonomi, maka masalah ekonomi masyarakat harus benar-benar diperhatikan oleh Pemkab, terutama instansi terkait.
Penanganan kasus gizi buruk, bukan perkara mudah. Tingginya persoalan ini di Papua sejalan dengan angka kematian bayi yang meningkat drastis. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Papua, angka kematian bayi (AKB) pada 2007 adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup. Angka itu meningkat jadi 115 per 1.000 kelahiran hidup pada 2013.
Memperingati Hari Gizi Nasional tanggal 25 Januari 2016, semua Pemkab di Papua melalui dinas terkait harus serius memperhatikan masalah gizi pada anak-anak di Papua. Berbagai penyuluhan tentang kesehatan, juga gizi dalam keluarga harus terus dilakukan untuk menyadarkan para orangtua agar memperhatikan makanan yang diberikan kepada anak-anaknya. Khusus untuk anak-anak, orangtua tidak boleh mementingkan ‘anak kenyang’ tapi juga anak sehat dengan pertumbuhan badan normal.
Instansi pemerintah dan para orangtua di Papua harus benar-benar serius memperhatikan gizi keluarga. Momentum Hari Gizi Nasional harus semakin member semangat kepada semua pihak untuk memperbaiki dan meningkatkan gizi anak-anak di Papua. Patut dicamkan, jika persoalan gizi buruk tidak ditangani secara serius, sudah pasti, Papua tidak akan memiliki generasi penerus yang berkualitas. Bila hal ini terjadi, maka mau jadi apa Papua ke depan? (Redaksi)