Kemenangan perwakilan TNI AD dalam perlombaan Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) beberapa waktu lalu membuat bangga Indonesia. Kemenangan telak atas Australia, Amerika, dan sejumlah negara Eropa ini pun berimbas pada bisnis penjualan senjata produksi PT Pindad tersebut.
“Ini bukan kemenangan pertama untuk Indonesia. Indonesia sudah menang (lomba menembak) delapan-sembilan tahunan. Kemenangan ini memang berimbas pada penjualan senjata dan lisensi,” ujar Direktur Utama PT Pindad Sylmi Karim kepada wartawan di Bandung, Kamis (4/6).
Sylmi menyampaikan, hingga saat ini ada lima negara yang tertarik pada senjata Senapan Serbu (SS2) yang digunakan petembak TNI AD tersebut. Dari lima negara tersebut, tiga negara memperlihatkan keseriusan dan akan menandatangani MoU.
“Negara-negara tersebut berasal dari Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Mereka memang pasar kami,” tutur Sylmi.
Mengenai detail negara yang tertarik pada senjata SS 2, Sylmi enggan menjawab. Ia sengaja merahasiakan nama negara karena khawatir ada yang menjegal sehingga transaksi batal.
“Baru menang saja senjata dibongkar. Kami enggak mau sebutkan, nanti di-kilik-kilik, enggak jadi. Kalau pembeli tidak mau disebutkan, kami akan diam-diam saja,” imbuhnya.
Selain itu, pihaknya harus menghargai pembeli. Jika pembeli tidak ingin namanya disebut, maka pihaknya tidak akan memublikasikannya. Sebab, penjualan alat pertahanan berbeda dengan produk lainnya. Ada sejumlah negara yang tidak berkenan disebutkan namanya demi masalah keamanan dan lainnya.
“Kemenangan ini sebagai bukti sudah saatnya memberikan kepercayaan tinggi kepada produk Indonesia. Kemenangan ini memperlihatkan kemampuan Indonesia bersaing dalam lomba. Kalau ini bisa diwujudkan dalam pengadaan produk pertahanan dan keamanan akan lebih indah lagi,” imbuhnya.
Misalnya, TNI ataupun Polri menggunakan semua produk dalam negeri dan memesan senjata dari Pindad. Bahkan, ke depan, Indonesia berpotensi bersaing dengan produsen luar negeri dalam pengadaan alat pertahanan.
“Jika selama ini anak-anak ditanya soal senjata tahunya M16, kita juga ingin di luar negeri anak-anak tahunya SS2,” kata dia.
Seperti diketahui, dalam perlombaan AASAM, tim TNI AD mengalahkan Australia, Amerika, dan sejumlah negara Eropa dengan mengantongi 30 medali emas dari 50 medali yang diperebutkan.
Karena perbedaan perolehan medali yang begitu mencolok, panitia Australia hendak membongkar senjata buatan Pindad tersebut. Sikap panitia Australia ini mendapat perlawanan dari pihak TNI AD. Mereka menyatakan, jika panitia lomba hendak membongkar senjata TNI AD, maka panitia harus membongkar senjata semua peserta.
"Jadi mereka ini penasaran, curiga apakah SS2 yang digunakan dalam kejuaraan di Australia itu sudah dimodifikasi atau bagaimana," kata Silmy.
Silmy mendapatkan informasi itu dari laporan tim Pindad yang tergabung dalam kontingen pada kejuaraan menembak yang diselenggarakan di Victoria, Australia pada pertengahan Mei itu.
"Mereka curiga karena kami mendapatkan kemenangan besar. Lebih dari 50 persen kami menangi," kata Silmy.
Adapun tim dari Pindad ikut dilibatkan dalam kontingen lomba tembak itu lantaran ingin menguji produk buatan perusahaan pelat merah tersebut. Dengan pemantauan langsung di lapangan, kata Silmy, Pindad bisa langsung melakukan evaluasi.
"Kita kan perlu ada masukan juga. Kita perlu pembuktian juga kan seperti apa," kata Silmy.
Menurut Silmy, tidak ada komponen khusus di dalam senapan SS2 V4 yang digunakan prajurit TNI AD dalam lomba itu. Begitu juga dengan pistol G2 produksi Pindad yang dipakai di kompetisi tersebut. Semuanya sesuai ketentuan.
Silmy mengatakan senapan SS2 merupakan jenis senjata untuk keperluan militer. Dalam perlombaan itu, tidak ada perubahan setingan apapun pada spesifikasi senjata.
"Semuanya sesuai. Yang jelas untuk memenangkan kejuaraan seperti itu ada tiga komponen kunci, penembak yang bagus, senjata yang bagus dan juga peluru yang bagus," kata Silmy.
Silmy juga mengatakan untuk keluar sebagai pemenang diperlukan perpaduan senjata yang bagus dan penembak yang mahir.
"Itu satu paket. Tidak bisa hanya membicarakan senjatanya. Untuk menjadi juara seperti kemarin di Australia itu diperlukan penembak yang bagus yang mahir, dan juga senjata yang bagus," ujar Silmy.
Selain senjata dan kemampuan prajurit, ada hal ketiga yang tak kalah penting. "Yang ketiga adalah peluru yang bagus," ujar Silmy.
Silmy menggarisbawahi, TNI AD sudah delapan kali beruntun memenangi AASAM. Di delapan kesempatan itu, TNI AD selalu menggunakan senjata Pindad.
"Tapi yang di 2015 kemarin ini paling banyak. Lebih dari 50 persen medali kita yang dapat," kata Silmy.
Pihak TNI AD mengatakan kompetisi menembak itu berjalan sangat ketat. Mental prajurit diuji oleh tim lain.
"Kita hasilnya luar biasa. Sepanjang pertandingan upaya menjatuhkan mental tim kita dilakukan secara luar biasa oleh mereka," kata Kadispen TNI AD Brigjen Wuryanto. [Kompas]
0 komentar:
Posting Komentar