Aparat Tingkatkan Pengamanan Kwamki Narama
pada tanggal
Saturday, June 4, 2016
Polisi saat menghimbau salah satu kelompok di Kwamki Narama untuk tidak berperang |
SAPA (TIMIKA) – Kepolisian Resort (Polres) Mimika meningkatkan pengamanan personil kepolisian untuk mengamankan Kwamki Narama pasca tewasnya salah satu warga dari kubu atas Korinus Kulla pada Kamis (2/6) malam. Salah satunya, dari Satuan Brimob Yon A dan Gegana Polda Papua.
Wakil Komandan Batalyon Brimob Polda Papua Kompol Muhammad Alli, S.IK yang ditemui Salam Papua seusai apel di halaman Gedung Eme Neme Yauware, Jumat (3/6) mengatakan, pihaknya kembali bersiaga pasca tewasnya seorang warga agar situasi tetap kondusif.
”Kami kembali siaga setelah kejadian semalam agar situasi dapat diredam mengingat waktu yang lalu kita sudah melakukan perdamaian,” kata Alli.
Alli menjelaskan bahwa, pasukan yang diturunkan dari sebanyak satu pleton dan dari Gegana sebanyak satu pleton.
“Dengan melakukan antisipasi ini diharapkan dapat meredam konflik lanjutan dari permasalahan ini. Disamping itu, pengamanan dari pihak kepolisian ditambahkan menjadi 350 personil dan akan mungkin ditambah jika memang memerlukan bantuan yang lebih banyak,” jelas Alli.
Sementara itu, aparat Kepolisian melakukan penyisiran dan mengimbau kepada kedua belah pihak untuk tidak saling serang. Patroli ini dipimpin langsung oleh Kepala Bagian Operasional Polres Mimika Kompol I Nyoman Punia, S.IK.
“Kami mengimbau kepada warga kedua kubu agar menyudahi peperangan. Kalau mau baku balas sampai kapan baru selesai. Ada beberapa sudah kita amankan jika membawa senjata tajam langsung kita sita,” kata Nyoman.
Pada patroli siang hari, aparat melakukan penyisiran di Jalan Freeport Lama karena adanya informasi yang tidak jelas dari beberapa masyarakat kubu atas, sehingga 3 unit mobil patroli menyusuri daerah tanggul dan lokasi pendulangan.
Sekembalinya dari mengecek informasi yang dimaksud, terlihat warga dari kubu bawah berkumpul di dekat Pol Sub Kwamki Narama dan membuat isu-isu yang membuat panas keadaan, sehingga petugas Kepolisian harus memberikan tembakan peringatan dan membubarkan masyarakat dari kubu bawah.
“Kami akan bertindak tegas sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh ke dua belah pihak. Jika ada yang membuat keadaan menjadi tidak kondusif, maka kami akan langsung memberi peringatan,” tambah Nyoman.
Terkait dengan kematian Korinus Kulla, Nyoman menjelaskan pihaknya akan menerapkan hukum yang berlaku, karena tim identifikasi telah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), dan begitu bukti cukup kita akan tangkap.
Sementara itu, Ketua DPRD Mimika Elminus B Mom, mengatakan, untuk menghentikan konflik di Kwamki Narama, waimum atau kepala perang dari masing-masing kubu yang bertikai, harus segera ditangkap. Selama belum ditangkap, maka konflik di Kwamki Narama akan terus bergulir dan sulit dihentikan, bahkan di indikasikan akan meluas.
“Kalau pimpinan atau komando masih ada, maka mereka akan terus perang. Tapi kalau komandonya ditangkap, maka dengan sendirinya mereka akan berhenti perang. Jadi waimum atau kepala perang ini harus ditangkap,” kata Elminus saat diwawancarai di depan kantor distrik Kwamki Narama, Jumat (3/6).
Menurut Elminus, pihaknya sendiri selaku wakil rakyat siap membuat surat untuk disampaikan secara resmi kepada kepada pemerintah, dalam hal ini Bupati Mimika, tujuannya untuk mendorong pemerintah agar mengambil langkah konkrit bersama-sama dengan aparat keamanan untuk segera menuntaskan konflik perang adat di Kwamki Narama.
“Kami siap membuat surat ke bupati, karena masalah ini sudah semakin gawat dan harus serius untuk ditangani, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Saya sebagai pimpinan siap bertanggung jawab jika polisi bertindak tegas. Ini akan terus meluas jika kita diam saja,” tegasnya.
Terkait sejumlah prosesi adat yang sudah dilakukan dan salah satunya prosesi patah panah, sudah difasilitasi pemerintah bersama dengan aparat. Hal-hal tersebut telah didukung, namun hingga saat ini konflik masih saja terjadi bahkan bisa meluas. Oleh karena itu sudah saatnya juga aparat Kepolisian mengambil langkah tegas, namun sebelumnya perlu dilakukan terlebih dahulu rapat koordinasi mengenai langkah tegas yang akan dilakukan itu.
“Kita tidak lagi proses adat, karena pemerintah sudah mendukung langkah-langkah keamanan. Rapat koordinasi harus segera dilaksanakan dan tugas kepolisian harus benar-benar dijalankan. Termasuk Atimus, itu ditangkap juga, supaya bisa meredam suasana yang lain. Perdamaian sudah dibuat jadi tidak ada negosiasi lagi. Pemerintah juga tidak akan biarkan kepolisian kerja sendiri,” terangnya.(Cr2/Saldi Hermanto)