Siswa SDI Sempan Barat Masih Trauma
pada tanggal
Tuesday, May 31, 2016
SAPA (TIMIKA) – Saat ini SD Inpres Sempan Barat, yang berada di Jalan Sam Ratulangi, Kelurahan Inauga, Distrik Mimika Baru pada Senin (30/5) kemarin menggelar ujian semester genap yang diikuti sebanyak 732 siswa dari kelas I-V. Walaupun demikian, sisa dari konflik antara dua kelompok yang terjadi beberapa waktu lalu masih menyisakan duka kepada para siswa.
Kepala SDI Sempan Barat Kornelia Emakeparo,S.Pd saat ditemui Salam Papua di ruang kerjanya, Senin (30/5) mengatakan, memang sekarang anak-anak sudah ujian. Tetapi dari kejadian beberapa waktu lalu, pihaknya meminta kepada orang tua murid, agar selama pelaksanaan ujian kenaikan kelas terus menemani anak dengan mengantar dan menunggu sampai selesai ujian.
“ Banyak anak yang masih trauma dengan kejadian kemarin. Ini terjadi, karena lingkungan sekolah berada di daerah konflik,”katanya.
Ia menambahkan, konflik yang terjadi akhir-akhir ini, mengganggu semua aktifitas, khususnya pendidikan. Ini karena anak tidak tenang untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dan ujian.
Lanjut Kornelia kegiatan belajar mengajar seringkali terganggu akibat konflik di sekitar sekolah. Karenanya, pihaknya meminta kepada semua pihak untuk menahan diri. Agar keamanan kota ini tetap kondusif.
“ Saya tidak bisa pastikan keadaan mental anak, apalagi mereka merasakan sendiri konflik disekitarnya. Jadi pikirkan pendidikan anak-anak kita,” tambah Kornelia.
Sementara untuk pelaksanaan ujian, kata dia, mulai hari ini (kemarin,red) dan memang sesuai jadual pertama dimulainya ujian semester kenaikan kelas. Dimana sekolah ini memiliki siswa sebanyak 836 orang. Namun karena siswa kelas VI yang berjumlah sebanyak 103 orang, sudah mengikuti ujian sekolah (US). Maka total siswa dari kelas I-V yang ikut ujian kenaikan kelas sebanyak 732 orang.
“Kalau tidak ada halangan ujian akan berlangsung selama satu minggu. Sementara jumlah mata pelajaran ada sembilan mata pelajaran, sehingga satu hari ada yang dua mata pelajaran, ada hari yang satu mata pelajaran,”katanya.
Kata dia, sebelum pelaksanaan ujian semester kenaikan kelas, sekolah melaksanakan kegiatan pengayaan disekolah. Dimana pengayaan tersebut yang harusnya berjalan satu minggu. Tetapi karena adanya konflik beberapa hari lalu, sehingga pengayaan hanya berlangsung dua hari. Selanjutnya, siswa dan guru diliburkan karena keamanan lebih penting.
“ Kami lebih memilih keselamatan daripada memaksakan diri untuk pelaksanaan pembelakjaran,”ujarnya.
Kornelia menambahkan, dari kondisi tersebut hari pertama semua siswa masuk, walaupun orang tua menunggu di halaman dan luar pagar sekolah. Ada beberapa anak yang terlihat masih trauma tetapi aktif dalam pelaksanaan ujian. Pesan kepada orang tua tidak usah tinggalkan anak sendiri, lebih baik mengantar dan menunggu sampai selesai ujian semester tetap lihat keadaan.
“Kejadian kemarin membuat sebagian anak trauma, akhirnya hari pertama orang tua antar dan tunggu sampai selesai ujian. Ini menunjukan ada kesadaran dari orang tua mengantar anak dan menunggu anak sampai pulang sekolah. Hari ini semua siswa masuk dan sangat disyukuri,” tambah Kornelia. (Maria Welerubun)