KDRT Berujung Maut, Seorang Istri Diduga Tewas Ditangan Suaminya
pada tanggal
Wednesday, May 11, 2016
SAPA (TIMIKA) – Seorang suami seharusnya melindungi istri dengan segenap jiwa raganya. Tapi, Jusak Abraham Tudus (34), warga Jalan Pepaya, Irigasi, gang Citra justru diduga tega merenggut nyawa istrinya Inggrid Tidayoh (32) alias Nini.
Peristiwa tragis ini tejadi di rumah korban pada Minggu (8/5). Menurut keterangan saksi Modesta Sarfunin (56) yang merupakan pengasuh anak korban. Awalnya sekitar pukul 10.00 WIT, korban mendatangi rumahnya yang bersebelahan. Kedatangan korban, untuk meminta saksi ke rumahnya agar menggantikan pakaian anaknya karena akan dibawa berobat ke dokter.
“Nini suruh saya ganti bajunya ade (anak korban-red) mau bawa ke dokter, karena dari tadi malam ade sakit, jadi mau bawa berobat,” ujar saksi.
Lanjut saksi, sesampainya dirumah korban, sambil mengganti pakaian anak korban, saksi kemudian menyuruh korban untuk segera mandi. Usai mandi, korban kemudian masuk kedalam kamar.
Suami korban yang saat itu berada didalam rumah, meminta telepon genggam milik korban. Korban yang sedang merapikan rambut didepan kaca rias, menolak untuk memberikan telepon genggamnya. Seraya korban mengatakan bahwa tidak mau memberikan telepon genggam karena sudah lebih dari satu telepon genggam milik korban yang dirusak sang suami.
“Dia minta handphone, Nini bilang tidak mau, karena sudah berapa handphonenya Nini yang dia kasih rusak, kasih patah-patah dengan kartunya,” terang saksi.
Karena tidak diberikan telepon genggam, sang suami akhirnya kembali duduk pada suatu tempat didalam rumah yang berdekatan dengan kamar. Sesaat kemudian, sang suami kembali bertanya kepada korban yang sedang mengganti pakaian hendak kemana, korban menjawab hendak pergi ke dokter untuk membawa anaknya berobat. Entah kecurigaan apa dari jawaban korban, akhirnya terjadi percekcokan. Saksi kebetulan masih berada didalam kamar dan menggati pakaian anak korban, kemudian disuruh oleh suami korban untuk keluar dari rumah. Saksi akhirnya keluar dari rumah dan menunggu korban dirumahnya.
“Dia suruh saya keluar, kemudian selesai ganti ade baju lalu saya keluar tunggu Nini,” ujarnya.
Dari penjelasan saksi, antara korban dengan pelaku sudah sering terlibat pertengkaran didalam rumah tangganya, sehingga ketika saksi mendengar teriakan histeris korban dari dalam rumah, saksi hanya mengira bahwa korban telah dipukul oleh suaminya.
“Saya bilang sama anak-anak, itu pasti Nini sudah dipukul, karena dengar suara Nini berteriak keras berapa kali, saya tahunya pasti Nini sudah dipukul sama dia,” paparnya.
Selang beberapa saat kemudian, pelaku dengan menggunakan sepeda motornya vario putih pergi meninggalkan rumahnya. Bahkan saat dijalan suami korban yang berpapasan dengan saksi sempat menyapa saksi lalu menancap gas sepeda motornya.
“Dia tegur saya, tapi tidak dia tidak palingkan dia punya muka menuju saya, langsung tancap gas pergi,” kata saksi.
Selang beberapa saat kemudian, saksi bersama anak-anak korban yang saat itu baru pulang dari ibadah hari Minggu. Pasalnya anak korban kalau sedang mengetahui orang tua bertengkar, merasa takut untuk kerumah, akhirnya anak-anak korban menungu dirumah saksi sambil menunggu pertengkaran orang tua mereka berakhir. Saat itu juga saksi menyuruh anak korban untuk menelepon orang tua dari korban (Oma dari anak-anak korban-red).
Saat Oma sudah berada di rumah saksi, kemudian mereka bersama-sama mendatangi rumah korban. Saat hendak masuk kedalam rumah ternyata pintu ruang tamu dikunci dari luar oleh suami korban sebelum meninggalkan rumah.
Saksi dan Oma kemudian memanggil nama korban, namun tidak ada jawaban. Dengan terpaksa salah satu kerabat korban masuk melalui jendela untuk membuka pintu dari dalam. Saat itu juga sang kerabat sudah menemukan korban dalam keadaan terlentang dilantai kamar tertutup dengan selimut, namun sang kerabat enggan membuka selimut tersebut.
Saat saksi bersama oma serta anak-anak korban masuk kedalam rumah, barulah secara bersama-sama mengetahui korban telah meninggal dunia akibat sayatan benda tajam pada bagian leher dan tangisan histeris pun mulai terdengar.
Akhirnya kejadian tersebut langsung dilaporkan ke Polsek Mimika Baru (Miru) dan sejumlah petugas Polsek Miru bersama kendaraan patroli menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Terhadap kasus ini, ditangani langsung oleh penyidik dari Polres Mimika, dan melakukan olah TKP saat itu juga. Setelah melakukan oleh TKP, jasad korban langsung dievakuasi menggunakan mobil ambulance menuju kamar jenazah RSUD Mimika untuk di visume. Sedangkan hasil visum luar yang sudah dilakukan tim medis RSUD Mimika, terdapat tiga sayatan benda tajam pada bagian leher koban yang diduga menyebabkan korban meninggal dunia.
“Korban mengalami luka sayat pada leher bagian depan, leher bagian kiri dan kanan,” kata Humas RSUD Mimika, Luky Mahakena via pesan singkat.
Sementara itu kepala satuan Reskrim Polres Mimika, AKP Galih Wardani, S.Ik, saat dikonfirmasi Salam Papua terkait kejadian ini, mengatakan, kasus tersebut ditangani penyidik Polres Mimika.
“Jadi untuk informasi dan dugaan sementara, itu dilakukan oleh suaminya,” kata Galih saat dihubungi via telepon, Minggu sore. (Saldi Hermanto)
Peristiwa tragis ini tejadi di rumah korban pada Minggu (8/5). Menurut keterangan saksi Modesta Sarfunin (56) yang merupakan pengasuh anak korban. Awalnya sekitar pukul 10.00 WIT, korban mendatangi rumahnya yang bersebelahan. Kedatangan korban, untuk meminta saksi ke rumahnya agar menggantikan pakaian anaknya karena akan dibawa berobat ke dokter.
“Nini suruh saya ganti bajunya ade (anak korban-red) mau bawa ke dokter, karena dari tadi malam ade sakit, jadi mau bawa berobat,” ujar saksi.
Lanjut saksi, sesampainya dirumah korban, sambil mengganti pakaian anak korban, saksi kemudian menyuruh korban untuk segera mandi. Usai mandi, korban kemudian masuk kedalam kamar.
Suami korban yang saat itu berada didalam rumah, meminta telepon genggam milik korban. Korban yang sedang merapikan rambut didepan kaca rias, menolak untuk memberikan telepon genggamnya. Seraya korban mengatakan bahwa tidak mau memberikan telepon genggam karena sudah lebih dari satu telepon genggam milik korban yang dirusak sang suami.
“Dia minta handphone, Nini bilang tidak mau, karena sudah berapa handphonenya Nini yang dia kasih rusak, kasih patah-patah dengan kartunya,” terang saksi.
Karena tidak diberikan telepon genggam, sang suami akhirnya kembali duduk pada suatu tempat didalam rumah yang berdekatan dengan kamar. Sesaat kemudian, sang suami kembali bertanya kepada korban yang sedang mengganti pakaian hendak kemana, korban menjawab hendak pergi ke dokter untuk membawa anaknya berobat. Entah kecurigaan apa dari jawaban korban, akhirnya terjadi percekcokan. Saksi kebetulan masih berada didalam kamar dan menggati pakaian anak korban, kemudian disuruh oleh suami korban untuk keluar dari rumah. Saksi akhirnya keluar dari rumah dan menunggu korban dirumahnya.
“Dia suruh saya keluar, kemudian selesai ganti ade baju lalu saya keluar tunggu Nini,” ujarnya.
Dari penjelasan saksi, antara korban dengan pelaku sudah sering terlibat pertengkaran didalam rumah tangganya, sehingga ketika saksi mendengar teriakan histeris korban dari dalam rumah, saksi hanya mengira bahwa korban telah dipukul oleh suaminya.
“Saya bilang sama anak-anak, itu pasti Nini sudah dipukul, karena dengar suara Nini berteriak keras berapa kali, saya tahunya pasti Nini sudah dipukul sama dia,” paparnya.
Selang beberapa saat kemudian, pelaku dengan menggunakan sepeda motornya vario putih pergi meninggalkan rumahnya. Bahkan saat dijalan suami korban yang berpapasan dengan saksi sempat menyapa saksi lalu menancap gas sepeda motornya.
“Dia tegur saya, tapi tidak dia tidak palingkan dia punya muka menuju saya, langsung tancap gas pergi,” kata saksi.
Selang beberapa saat kemudian, saksi bersama anak-anak korban yang saat itu baru pulang dari ibadah hari Minggu. Pasalnya anak korban kalau sedang mengetahui orang tua bertengkar, merasa takut untuk kerumah, akhirnya anak-anak korban menungu dirumah saksi sambil menunggu pertengkaran orang tua mereka berakhir. Saat itu juga saksi menyuruh anak korban untuk menelepon orang tua dari korban (Oma dari anak-anak korban-red).
Saat Oma sudah berada di rumah saksi, kemudian mereka bersama-sama mendatangi rumah korban. Saat hendak masuk kedalam rumah ternyata pintu ruang tamu dikunci dari luar oleh suami korban sebelum meninggalkan rumah.
Saksi dan Oma kemudian memanggil nama korban, namun tidak ada jawaban. Dengan terpaksa salah satu kerabat korban masuk melalui jendela untuk membuka pintu dari dalam. Saat itu juga sang kerabat sudah menemukan korban dalam keadaan terlentang dilantai kamar tertutup dengan selimut, namun sang kerabat enggan membuka selimut tersebut.
Saat saksi bersama oma serta anak-anak korban masuk kedalam rumah, barulah secara bersama-sama mengetahui korban telah meninggal dunia akibat sayatan benda tajam pada bagian leher dan tangisan histeris pun mulai terdengar.
Akhirnya kejadian tersebut langsung dilaporkan ke Polsek Mimika Baru (Miru) dan sejumlah petugas Polsek Miru bersama kendaraan patroli menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Terhadap kasus ini, ditangani langsung oleh penyidik dari Polres Mimika, dan melakukan olah TKP saat itu juga. Setelah melakukan oleh TKP, jasad korban langsung dievakuasi menggunakan mobil ambulance menuju kamar jenazah RSUD Mimika untuk di visume. Sedangkan hasil visum luar yang sudah dilakukan tim medis RSUD Mimika, terdapat tiga sayatan benda tajam pada bagian leher koban yang diduga menyebabkan korban meninggal dunia.
“Korban mengalami luka sayat pada leher bagian depan, leher bagian kiri dan kanan,” kata Humas RSUD Mimika, Luky Mahakena via pesan singkat.
Sementara itu kepala satuan Reskrim Polres Mimika, AKP Galih Wardani, S.Ik, saat dikonfirmasi Salam Papua terkait kejadian ini, mengatakan, kasus tersebut ditangani penyidik Polres Mimika.
“Jadi untuk informasi dan dugaan sementara, itu dilakukan oleh suaminya,” kata Galih saat dihubungi via telepon, Minggu sore. (Saldi Hermanto)