PTFI Gelar Lomba 3R Menyambut Hari Bumi Sedunia
pada tanggal
Tuesday, April 12, 2016
SAPA (TIMIKA) – Dalam rangka memperingati Hari Bumi 2016 yang jatuh pada 22 April nanti, PT Freeport Indonesia (PTFI) melalui Departemen Lingkungan Hidup menggelar lomba Reuse, Reduce, dan Recycle (3R) selama kurang lebih satu minggu dandiikuti 21 sekolah, mulai tingkat SD dan SMP.
Dalam perlombaan 3R ada empat kategori yang dilombakan, yakni kategori umum, keanekaragaman hayati, pemanasan global, dan pengolahan sampah. Dari empat kategori ini peserta lomba diberikan kebebasan untuk memilih kategori yang diinginkan atau diminati.
Koordinator Edukasi dan Program Rutin Departemen Lingkungan PTFI, Diana Dayme kepada Salam Papua mengatakan, lomba 3R di 2016 ini diikuti 12 SMP dan 9 SD. Kategori lomba nya sendiri terdiri dari kategori umum, pengolahan sampah, keanekaragaman hayati, dan pemanasan global.
“ Lomba ini merupakan lomba rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya. Dimana dalam perlombaan ini, diperebutkan piala bergilir dari Departemen lingkungan PTFI. Dalam sekolah-sekolah diminta untuk lebih kreatif dalam membuat 3R tersebut. Apakah itu digunakan untuk alat peraga, pembelajaran ataupun hiasan,” katanya.
Penilaian untuk kategori umum, kriterianya adalah soal kebersihan sekolah dan pemanfaatan ruang terbuka, kebijakan sekolah, pemanfaatan material sampah sebagai alat peraga. Termasuk penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar dan lain-lain.
Kategori pengelolaan sampah kriteria yang dinilai adalah kebijakan sekolah, pengelolaan sampah, hasil pengelolaan sampah dan hasil 3R. Sedangkan kategori keanekaragaman hayati kriterianya meliputi kebijakan sekolah, budidaya tanaman, apotik hidup dan mascot tanaman, dan pendataan tanaman. Sementara untuk kategori pemanasan global yang dinilai adalah soal kebersihan dan kerapihan, kebijakan sekolah, penghematan energy dan sign (tanda-tanda-red) lingkungan, dan sarana sekolah.
Dari kategori dan kriteria yang ada itu, masing-masing sekolah menunjukkan keratifitasnya dalam pengelolaan 3R dan pemanfaatan ruang hijau terbuka. Ini terbukti, seperti di SD Inpres Timika II, SD Yosua, SD Inpres Kwamki II, SD Yapis 2 Baiturahman, dan SDI Permata Papua. Beberapa sekolah itu, berbagai macam benda atau barang yang dihasilkan seperti bunga, bola dunia, busana, dan yang lainnya. Semua barang yang dihasilkan terbuat dari barang-barang yang bekas atau tidak terpakai lagi.
Lanjutnya, empat kategori yang diperlombakan merupakan kategori baru. Namun, dari semua kategori yang ada, banyak sekolah lebih memilih kategori umum. Ini dikarenakan, di kategori umum memang diperebutkan tiga juara. Diantaranya juara 1, 2, dan 3. Sementara untuk kategori lainnya, hanya juara satu saja.
“ Dari empat kategori yang dilombakan, banyak sekolah yang memilih ketegori umum,” ujarnya.
Ia menambahkan, dengan lomba ini diharapkan, sekolah lebih berkreasi dalam pengelolaan sampah. Sekaligus pengurangan sampah-sampah yang dihasilkan, serta menggunakan bahan yang sudah tidak terpakai menjadi bahan ajar.
“Dengan lomba ini diharapkan sekolah lebih termotivasi dalam berkreasi mengelola limbah yang ada. Sehingga sampah yang dihasilkan bisa berkurang,” ungkapnya.
Penilai dari BLH Kabupaten Mimika, Welmina Maniagasi menambahkan, tujuan dari kegiatan ini untuk membuat para siswa dan guru bekerjasama dalam kebersihan sekolah, menggunakan sampah untuk dimanfaatkan alat peraga bagi sekolah. Kerajinan tangan siswa ini harus berbahan sampah, tidak fokus pada pembelian saja. Selain itu, bahan ketrampilan ini dari bekas jajan siswa yang dibuang pada tempat sampah yang sudah ditentukan.
“ Sekolah sebagai peserta lomba ini menunjukan, banyak sekali hasil karya yang bagus dan ini semua berkat kerjasama siswa, guru. Termasuk juga orang tua murid yang mendukung kegiatan anak disekolah,” terangnya.
Sementara Kepala SD Inpres Kwamki II Timika, Paulina Agapa,S.Ag kepada Salam Papua di sekolah mengatakan, kerajinan yang ditampilkan siswa adalah hasil kerja siswa yang sudah dikerjakan selama ini. Kegiatan membuat kerajinan dengan mendaur ulang sampah di sekolah ini sudah berjalan sejak tahun 2013. Hasil ini sudah ada selama ini, hanya saja barangnya disimpan di rumah guru karena beberapa kali hilang didalam kelas. Kerajinan siswa yang membuat berbagai macam alat peraga, semuanya berbahan dasar daur ulang sampah dari sampah plastik, kertas, botol, sedotan, dan sampah organik lainnya.
Ia menambahkan, siswa yang mengerjakan adalah perwakilan siswa dari kelas dua, tiga, empat, lima, dan enam. Untuk kelas enam menghasilkan karya pelajaran IPS seperti membuat globe, peta dari bahan daur ulang sampah. Kelas lima membuat alat peraga mata pelajaran matematika, kelas dua dan tiga membuat alat peraga pelajaran bahasa inggris, dan kelas empat mendaur ulang sampah plastik.
“Harapannya apa yang dinilai ini bisa mendapatkan hasil yang baik. Kami juga butuh dukungan dari semua pihak, supaya ke depan kami tingkatkan ketrampilan usaha anak-anak dan guru juga orang tua yang sangat mendukung kegiatan ini,” ungkap Paulina. (Maria Welerubun)
Dalam perlombaan 3R ada empat kategori yang dilombakan, yakni kategori umum, keanekaragaman hayati, pemanasan global, dan pengolahan sampah. Dari empat kategori ini peserta lomba diberikan kebebasan untuk memilih kategori yang diinginkan atau diminati.
Koordinator Edukasi dan Program Rutin Departemen Lingkungan PTFI, Diana Dayme kepada Salam Papua mengatakan, lomba 3R di 2016 ini diikuti 12 SMP dan 9 SD. Kategori lomba nya sendiri terdiri dari kategori umum, pengolahan sampah, keanekaragaman hayati, dan pemanasan global.
“ Lomba ini merupakan lomba rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya. Dimana dalam perlombaan ini, diperebutkan piala bergilir dari Departemen lingkungan PTFI. Dalam sekolah-sekolah diminta untuk lebih kreatif dalam membuat 3R tersebut. Apakah itu digunakan untuk alat peraga, pembelajaran ataupun hiasan,” katanya.
Penilaian untuk kategori umum, kriterianya adalah soal kebersihan sekolah dan pemanfaatan ruang terbuka, kebijakan sekolah, pemanfaatan material sampah sebagai alat peraga. Termasuk penggunaan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar dan lain-lain.
Kategori pengelolaan sampah kriteria yang dinilai adalah kebijakan sekolah, pengelolaan sampah, hasil pengelolaan sampah dan hasil 3R. Sedangkan kategori keanekaragaman hayati kriterianya meliputi kebijakan sekolah, budidaya tanaman, apotik hidup dan mascot tanaman, dan pendataan tanaman. Sementara untuk kategori pemanasan global yang dinilai adalah soal kebersihan dan kerapihan, kebijakan sekolah, penghematan energy dan sign (tanda-tanda-red) lingkungan, dan sarana sekolah.
Dari kategori dan kriteria yang ada itu, masing-masing sekolah menunjukkan keratifitasnya dalam pengelolaan 3R dan pemanfaatan ruang hijau terbuka. Ini terbukti, seperti di SD Inpres Timika II, SD Yosua, SD Inpres Kwamki II, SD Yapis 2 Baiturahman, dan SDI Permata Papua. Beberapa sekolah itu, berbagai macam benda atau barang yang dihasilkan seperti bunga, bola dunia, busana, dan yang lainnya. Semua barang yang dihasilkan terbuat dari barang-barang yang bekas atau tidak terpakai lagi.
Lanjutnya, empat kategori yang diperlombakan merupakan kategori baru. Namun, dari semua kategori yang ada, banyak sekolah lebih memilih kategori umum. Ini dikarenakan, di kategori umum memang diperebutkan tiga juara. Diantaranya juara 1, 2, dan 3. Sementara untuk kategori lainnya, hanya juara satu saja.
“ Dari empat kategori yang dilombakan, banyak sekolah yang memilih ketegori umum,” ujarnya.
Ia menambahkan, dengan lomba ini diharapkan, sekolah lebih berkreasi dalam pengelolaan sampah. Sekaligus pengurangan sampah-sampah yang dihasilkan, serta menggunakan bahan yang sudah tidak terpakai menjadi bahan ajar.
“Dengan lomba ini diharapkan sekolah lebih termotivasi dalam berkreasi mengelola limbah yang ada. Sehingga sampah yang dihasilkan bisa berkurang,” ungkapnya.
Penilai dari BLH Kabupaten Mimika, Welmina Maniagasi menambahkan, tujuan dari kegiatan ini untuk membuat para siswa dan guru bekerjasama dalam kebersihan sekolah, menggunakan sampah untuk dimanfaatkan alat peraga bagi sekolah. Kerajinan tangan siswa ini harus berbahan sampah, tidak fokus pada pembelian saja. Selain itu, bahan ketrampilan ini dari bekas jajan siswa yang dibuang pada tempat sampah yang sudah ditentukan.
“ Sekolah sebagai peserta lomba ini menunjukan, banyak sekali hasil karya yang bagus dan ini semua berkat kerjasama siswa, guru. Termasuk juga orang tua murid yang mendukung kegiatan anak disekolah,” terangnya.
Sementara Kepala SD Inpres Kwamki II Timika, Paulina Agapa,S.Ag kepada Salam Papua di sekolah mengatakan, kerajinan yang ditampilkan siswa adalah hasil kerja siswa yang sudah dikerjakan selama ini. Kegiatan membuat kerajinan dengan mendaur ulang sampah di sekolah ini sudah berjalan sejak tahun 2013. Hasil ini sudah ada selama ini, hanya saja barangnya disimpan di rumah guru karena beberapa kali hilang didalam kelas. Kerajinan siswa yang membuat berbagai macam alat peraga, semuanya berbahan dasar daur ulang sampah dari sampah plastik, kertas, botol, sedotan, dan sampah organik lainnya.
Ia menambahkan, siswa yang mengerjakan adalah perwakilan siswa dari kelas dua, tiga, empat, lima, dan enam. Untuk kelas enam menghasilkan karya pelajaran IPS seperti membuat globe, peta dari bahan daur ulang sampah. Kelas lima membuat alat peraga mata pelajaran matematika, kelas dua dan tiga membuat alat peraga pelajaran bahasa inggris, dan kelas empat mendaur ulang sampah plastik.
“Harapannya apa yang dinilai ini bisa mendapatkan hasil yang baik. Kami juga butuh dukungan dari semua pihak, supaya ke depan kami tingkatkan ketrampilan usaha anak-anak dan guru juga orang tua yang sangat mendukung kegiatan ini,” ungkap Paulina. (Maria Welerubun)