Presdir PTFI Harus Mengerti Sistem Manajemen
pada tanggal
Monday, April 18, 2016
SAPA (TIMIKA) – Tokoh masyarakat (Tomas) Papua Silas Natkime mengatakan, seorang Presiden Direktur (Presdir) PT Freeport Indonesia (PTFI) yang nantinya terpilih harus bisa mengerti sistem manajemen, dan harus bisa memprioritaskan masyarakat Papua.
Silas merupakan seorang tomas asli Amungme yang juga merupakan manajeman senior di PTFI mengatakan, Presdir PTFI yang terpilih nantinya harus merupakan orang-orang yang telah mengabdi lama di PT Freeport dan telah mengerti aturan-aturan di Freeport. Sehingga dengan begitu, Presdir terpilih telah siap untuk memimpin PT Freeport untuk masa mendatang.
“Saya merupakan manajemen senior Papua, saya ini sudah kerja lama di Freeport ini, sudah 34 tahun, saya tahu jejak awal jaman Bethel, sampai dengan hari ini saya tahu aturan-aturan perusahaan, tidak gampang mengangkat presiden direktur,” kata Silas, Kamis (14/4).
Menurutnya, banyak karyawan yang dikatakan pintar karena telah menyelesaikan pendidikan S1 hingga doctor, namun belum mengerti aturan dan budaya di PTFI, sehingga harus mengangkat orang asli Papua yang telah bekerja lama di Papua dan memiliki pendidikan, supaya kedepannya masyarakat Papua bisa diprioritaskan dan bisa bersaing dengan masyarakat lain.
“Banyak orang yang merasa dia pintar karena dia jadi doctor, S2, S1 dan sebagainya, inilah yang akan hancur dan tidak bisa maju, tapi kalau wajib dari perusahaan orang-orang yang sudah lama bekerja di Freeport dan orang seperti itu yang tahu aturan, dan orang itu yang harus diangkat,” terang Silas.
Lanjut Silas, mengurus manajemen tidaklah mudah, sehingga perlunya seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengatur manajemen serta merangkul semua lapisan karyawan yang bekerja di FI, sehingga tidak terjadi seperti kejadian beberapa tahun lalu yang sempat membuat PTFI mengalami sedikit permasalahan.
“Banyak orang sekolah tetapi untuk mengatur perusahaan dia tidak bisa, karena ada planning dan pekerjaan apa saja itu dan dia sangat buta karena dia tidak tahu apa-apa,” jelas Silas.
Sementara itu disinggung mengenai berapa orang yang mencalonkan diri sebagai Presdir PTFI, Silas mengatakan, ada enam orang namun semua itu harus didasari pada lama bekerja dan telah mengerti selak beluk dari PTFI. Dalam artian telah mengerti budaya setempat, sehingga dengan kriteria tersebut diyakininya pemilihan tersebut bisa mendapatkan seorang Presdir PTFI yang baik.
“Ada sekitar enam orang yang sudah mencalonkan diri sebagai Presdir PT Freeport, tapi semua itu harus dikembalikan kepada aturan Perusahaan, dan nanti pemilik perusahaan yang menentukan, mau angkat orang Papua seperti apa, apa dia mampu atau tidak, yang terpenting itu kontribusi dan sudah tahu pengalaman hidup dengan perusahaan yang mengerti aturan dan budaya industri,” tutur Silas.
Selain itu dengan terpilihnya orang Papua yang menduduki kursi nomor 1 di PTFI, nantinya bisa memprioritaskan masyarakat asli Papua terutama yang memiliki hak ulayat dari pertambangan PTFI. Pasalnya sejauh ini kepemimpinan di luar orang asli Papua, masyarakat Papua belum mendapatkan kesejahteraan. Dengan orang asli Papua yang memimpin, masyarakat semakin diuntungkan untuk berkarya di negeri sendiri.
“Disamping itu orang yang naik nanti bisa memprioritaskan masyarakat Papua dan mengangkat hak-hak masyarakat Papua, karena sejauh ini orang lain yang pimpin masyarakat asli Papua kurang diperhatikan sehingga tidak mengungtungkan masyarakat Papua,” kata Silas. (Ricky Lodar).
Silas merupakan seorang tomas asli Amungme yang juga merupakan manajeman senior di PTFI mengatakan, Presdir PTFI yang terpilih nantinya harus merupakan orang-orang yang telah mengabdi lama di PT Freeport dan telah mengerti aturan-aturan di Freeport. Sehingga dengan begitu, Presdir terpilih telah siap untuk memimpin PT Freeport untuk masa mendatang.
“Saya merupakan manajemen senior Papua, saya ini sudah kerja lama di Freeport ini, sudah 34 tahun, saya tahu jejak awal jaman Bethel, sampai dengan hari ini saya tahu aturan-aturan perusahaan, tidak gampang mengangkat presiden direktur,” kata Silas, Kamis (14/4).
Menurutnya, banyak karyawan yang dikatakan pintar karena telah menyelesaikan pendidikan S1 hingga doctor, namun belum mengerti aturan dan budaya di PTFI, sehingga harus mengangkat orang asli Papua yang telah bekerja lama di Papua dan memiliki pendidikan, supaya kedepannya masyarakat Papua bisa diprioritaskan dan bisa bersaing dengan masyarakat lain.
“Banyak orang yang merasa dia pintar karena dia jadi doctor, S2, S1 dan sebagainya, inilah yang akan hancur dan tidak bisa maju, tapi kalau wajib dari perusahaan orang-orang yang sudah lama bekerja di Freeport dan orang seperti itu yang tahu aturan, dan orang itu yang harus diangkat,” terang Silas.
Lanjut Silas, mengurus manajemen tidaklah mudah, sehingga perlunya seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengatur manajemen serta merangkul semua lapisan karyawan yang bekerja di FI, sehingga tidak terjadi seperti kejadian beberapa tahun lalu yang sempat membuat PTFI mengalami sedikit permasalahan.
“Banyak orang sekolah tetapi untuk mengatur perusahaan dia tidak bisa, karena ada planning dan pekerjaan apa saja itu dan dia sangat buta karena dia tidak tahu apa-apa,” jelas Silas.
Sementara itu disinggung mengenai berapa orang yang mencalonkan diri sebagai Presdir PTFI, Silas mengatakan, ada enam orang namun semua itu harus didasari pada lama bekerja dan telah mengerti selak beluk dari PTFI. Dalam artian telah mengerti budaya setempat, sehingga dengan kriteria tersebut diyakininya pemilihan tersebut bisa mendapatkan seorang Presdir PTFI yang baik.
“Ada sekitar enam orang yang sudah mencalonkan diri sebagai Presdir PT Freeport, tapi semua itu harus dikembalikan kepada aturan Perusahaan, dan nanti pemilik perusahaan yang menentukan, mau angkat orang Papua seperti apa, apa dia mampu atau tidak, yang terpenting itu kontribusi dan sudah tahu pengalaman hidup dengan perusahaan yang mengerti aturan dan budaya industri,” tutur Silas.
Selain itu dengan terpilihnya orang Papua yang menduduki kursi nomor 1 di PTFI, nantinya bisa memprioritaskan masyarakat asli Papua terutama yang memiliki hak ulayat dari pertambangan PTFI. Pasalnya sejauh ini kepemimpinan di luar orang asli Papua, masyarakat Papua belum mendapatkan kesejahteraan. Dengan orang asli Papua yang memimpin, masyarakat semakin diuntungkan untuk berkarya di negeri sendiri.
“Disamping itu orang yang naik nanti bisa memprioritaskan masyarakat Papua dan mengangkat hak-hak masyarakat Papua, karena sejauh ini orang lain yang pimpin masyarakat asli Papua kurang diperhatikan sehingga tidak mengungtungkan masyarakat Papua,” kata Silas. (Ricky Lodar).