Polri Diadu Domba dengan Muhammadiyah
pada tanggal
Thursday, April 7, 2016

Di Markas Besar Polri, Jakarta, Anton menunjukkan selebaran yang berisikan ajakan tersebut. Di dalamnya disertakan juga gambar lambang Muhammadiyah.
"Ini hoax,” kata Anton, Kamis (7/4).
Kepolisian, kata dia, telah mengonfirmasi ajakan tersebut kepada Muhammadiyah. Hal ini kemudian dibantah oleh organisasi Islam yang didirikan oleh Ahmad Dahlan pada 1912.
"Provokasi teroris ini sangat luar biasa dan di dalam ini saya sudah menemukan ada cerita-cerita yang ingin menunggangi Muhammadiyah dan ada upaya-upaya ingin mengadu domba antara Polri, khususnya Densus, dengan Muhammadiyah," kata Anton.
Dia juga menegaskan, Polri tidak pernah menuduh Muhammadiyah sebagai kelompok pro teroris. Sebelumnya, Selasa (5/4), Anton memang mengatakan kelompok yang mendukung Siyono adalah kelompok Pro teroris, tapi itu tidak ditujukan kepada Muhammadiyah.
"Saya tahu Muhammadiyah kumpulan besar umat Islam bersama Nadlatul Ulama mendirikan negara Republik Indonesia," kata Anton.
Seperti diberitakan sebelumnya, Anton mengatakan pihaknya menyesalkan banyak pihak mempertanyakan soal santunan Polri untuk Suratmi, istri Siyono.
Menurut Anton, santunan seperti itu biasa dilakukan oleh Polri, bahkan untuk terduga teroris yang meninggal dalam baku tembak sekalipun. Dia juga mempertanyakan sikap Suratmi yang belakangan justru menolak santunan tersebut. (Cnn)
"Kalau tidak menerima itu tidak apa-apa tapi kenapa tidak dari awal, kenapa awalnya diterima dulu, kenapa baru setelah ada golongan-golongan tertentu pro teroris (baru menolak)," kata Anton.
Anton sampai dua kali menyebutkan frasa "golongan pro teroris" di hadapan wartawan dalam konferensi pers. Namun ketika ditanya apakah yang dia maksud dengan "golongan pro teroris" adalah PP Muhammadiyah, Komnas HAM, KontraS, atau LSM yang belakangan mengadvokasi Siyono, Anton tidak menjawab tegas.
"Siapa saja yang sudah tahu SY (Siyono) adalah teroris dan masih mendukung. Kan banyak, masyarakat bisa menilai," ujarnya.