Bertha Affar
pada tanggal
Thursday, April 21, 2016
Tunjukkan Ketegaran Wanita Papua

“Saat bekerja, kita harus komitmen dan disiplin. Sebab dengan ketika teguh dalam hal itu, kita dapat selesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Tidak takut pada tantangan, tetapi malah suka karena dapat mengatasi tantangan itu dengan baik,” ujarnya kepada Salam Papua, saat ditemui beberapa waktu lalu.
Anak ketiga dari Philipus Affar, Tokoh Masyarakat Suku Tobati ini menyatakan bahwa komitmen menjadi kunci utama dalam menyelesaikan tiap tugas dan menaklukkan tiap kendala dan masalah. Sebab dalam lingkungan keluarga, dirinya sudah diajarkan untuk pantang menyerah dan memiliki impian yang tinggi.
“Kita harus tunjukkan kemampuan diri kita, sejak dari sekolah dasar saya belajar untuk berprestasi dan mendapatkan peringkat yang baik. Pada umur delapan tahun, Ayah saya meninggal dan hanya mama sendiri yang membiayai kehidupan kami bersaudara. Hal itu yang menempa mental saya untuk dapat bertahan dan terus maju dan tidak mencari alas an untuk berhenti bersekolah,” kisah Bertha.
Mentalitas untuk maju lewat pendidikan itulah yang menempa dirinya hingga menjadi salah satu wanita papua yang berada dalam kursi pimpinan di bank milik rakyat Papua ini.
“Saya tidak mau menjadi perempuan yang cengeng, sebab sebagai satu-satunya perempuan dari sembilan bersaudara dalam keluarga, saya harus menunjukkan kepada saudara-saudara saya sebagai nilai lebih dalam keluarga. Itu akan menjadi motivasi, semangat dan juga kebanggan untuk mereka,” ujar dia.
Ia katakan bahwa usia bukan penentu seseorang menjadi kuat dan tegar. Sebab yang utama adalah kemampuan untuk menyelesaikan tiap persoalan, meski seringkali persoalan itu terasa berat untuk diangkat dan disingkirkan. Prinsi harus menyelesaikan pekerjaan dengan baik tanpa ada cacat cela, harus terus dibudayakan sehingga impian yang diharapkan dapat tercapai.
“Usia muda membuat kita sering melawan dan tidak mengikuti tata pekerjaan. Hal itu juga saya alami, namun bukan berarti saya biarkan saja. Tapi harus merubah rapor merah itu dengan membuktikan bahwa kita ingin bekerja lebih dan selesaikan pekerjaan dengan baik dan nilai sempurna. TIdak pernah takut untuk memenuhi target yang diberikan pimpinan,” tutur dia.
Wanita yang baru saja melepaskan jabatan Kepala Bank Papua Cabang Timika pada 15 April lalu ini menyadari bahwa peranannya sebagai pimpinan, harus memberikan contoh yang baru dan segar. Sehingga totalitas pekerjaan yang baik dapat ditularkan kepada rekan , baik para pimpinan, sejawat maupun bawahan.
“Keberhasilan ini saya dapat bukan karena dari kemampuan pribadi, tetapi dari orang-orang di sekeliling saya , para pegawai dan masyarakat yang ada di kabupaten ini, baik itu pengusaha, pejabat dan semua stakeholder yang ada dikabupaten ini sangat membantu saya,” jelas Bertha.
Ia akui masih banyak cita-cita yang ingin diraih dan itu semua hanya dapat terlaksana atas dukungan semua orang yang dikasihinya. Sembari menegaskan bahwa pendidikan sebagai modal utama untuk mencapai semua impian itu.
“Pendidikan menjadi motivasi utama untuk berhasil dan sukses dalam karir. Sebab ketika kita menuntut ilmu, banyak sekali hal yang ingin kita capai, karena kualitas diri kita dapat ditunjukkan lewat cita-cita yang ingin kita raih itu,” kata dia.
Ibu satu anak yang masuk di Bank Papua pada 15 Januari 1996 ini juga menyadari bahwa dalam totalitas bekerja juga memiliki akibatnya yaitu pengorbanan terutama dalam komunikasi dalam keluarga.
“Dalam hal ini keluarga yang menjadi korban akibat dari pengabdian untuk mencapai impian itu. Meski anak saya mengeluh karena totalitas dalam bekerja, namun dia paham. Suami saya juga adalah suami yang memahami kondisi saya, sehingga ia terus mendukung saya dan kepercayaan itu yang saya tunjukkan,” ungkap Bertha. (Albert Batlayeri)