-->

Tentukan Tiket, Dishub Panggil Pihak Maskapai

SAPA (JAYAPURA) – Belum genap seminggu menjabat sebagai Sekertaris Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Papua yang baru, Djuli Mambaya akan  membuat terobosan baru, dengan memanggil pihak maskapai penerbangan dan otoritas bandara, guna menyamakan presepsi serta menentukan harga ambang batas atas dan bawah tiket pesawat.

Rencana pertemuan ini berangkat dari keinginan mantan Kepala Dinas Perhubungan Tolikara itu, untuk menyediakan penjualan tiket penerbangan murah dan mudah dijangkau oleh masyarakat.

“Saya akan memanggil semua maskapai penerbangan dan otoritas bandara yang ada di Papua. Kita mau satukan pemahaman. Oleh karena itu, kami akan bertemu langsung guna menanyakan dan menentukan harga ambang atas dan bawah. Supaya kedepan masyarakat bisa menikmat penerbangan dengan murah,” katanya kepada wartawan, Sabtu (12/3) di Jayapura.

Kata Djuli hal ini karena didasari maskapai penerbangan perintis yang melayani rute antar kabupaten khususnya di wilayah pedalaman, dimana sangat disadari olehnya angkutan itu dinilai sangat berbeda tetapi harga tiketnya mahal.

“Makanya kita mau bertemu dengan mereka (maskapai perintis) serta menuntut supaya ada penyesuaian harga. Tentunya akan disesuaikan dengan jenis pesawat yang ada. Supaya baik untuk biaya carter dan tiket perorangan di Papua bisa dijual dengan harga sewajarnya,” kata dia.

Nantinya bila tidak ada halangan pertemuan bersama pihak maskapai penerbangan dan otoritas bandara akan digelar pada bulan Maret ini, sehingga kebijakan harga batas atas dan bawah sudah dapat diterbitkan secepatnya.

Dengan mengambil langkah cepat ini nantinya masyarakat sudah dapat mulai menikmati layanan harga jual tiket murah.

“Sebab harga jual tiket di Indonesia bagian barat dan bagian timur terjadi kesenjangan yang sangat tinggi. Makanya kita ingin supaya ada kesamaan harga sehingga ada keadilan di negeri ini,” harapnya.

Dishub Papua untuk tahun 2016 ini juga menyasar peningkatan pembangunan bandara perintis yang telah dimulai oleh pihak misionaris. Peningkatan bandara akan lebih diprioritaskan pada pengaspalan landasan lapangan terbang.

“Tentunya kita akan melibatkan rekanan atau pihak ketiga dengan tanpa melakukan studi lagi. Kenapa tak perlu ada studi lagi, sebab lapangan terbang sudah tinggal dilakukan pengaspalan untuk menghemat biaya, tenaga dan waktu,”tandasnya.

Sebelum Asisten bidang Perekonomian da Kesejahteraan Rakyat – Sekda Papua, Elia I Loupatty mengatakan saat ini terdapat sekitar 400 lebih lapangan terbang perintis di hampir seluruh daerah terutama di wilayah pedalaman Papua.

Rata- rata lapangan terbang perintis itu dibangun oleh para missionaries seperti AMA dan MAF. (maria fabiola)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel