Taman Baca Namae di SD YPPK Tipuka, Hilangkan Jenuh
pada tanggal
Tuesday, March 15, 2016
SAPA (TIMIKA) – SD YPPK Tipuka terhitung sudah sebulan membuka taman baca di lingkungan sekolah. Taman Baca Namae ini benar-benar menjadi penyemangat siswa untuk ke sekolah karena selain belajar di dalam kelas, siswa dan guru bisa berdiskusi di taman baca yang berbentuk Honai.
Kepala SD YPPK Tipuka Krisantus Saklil,S.Pd saat ditemui Salam Papua di sekolah, Sabtu (12/3) mengatakan nama taman baca ini diangkat dari bahasa Kamoro yaitu Namae yang artinya senang.
“Semoga dengan kata senang ini bisa juga dirasakan oleh anak-anak agar senang membaca dan tingkatkan minat membaca. Tujuan dibukanya taman baca Namae ini adalah untuk menarik minat baca anak dan untuk membuat suasana yang baru diluar kelas,” tutur dia.
Taman baca ini digunakan setelah kegiatan belajar mengajar berakhir, sehingga siswa dan guru bisa bercanda dan belajar kembali di taman baca yang berbentuk honai. Dengan adanya taman baca ini anak bisa memperkaya ilmu dengan rajin membaca, sehingga taman ini bukan saja hiasan dilingkungan sekolah tapi ada manfaat yang positif bagi anak-anak.
“Ide untuk membuka taman baca ini datang dari salah satu pegawai Dinas Pendidikan yaitu Bapak Igantius Batmomolin. Setelah beliau memberikan usulan ini, saya langsung tangkap dan besoknya langsung mengajak guru-guru untuk secara swadaya membuat taman baca ini. Meskipun dengan keterbatasan buku-buku tetapi antusias anak sangat tinggi untuk menggunakan taman baca sebagai tempat belajar selain didalam kelas,” ungkap Krisantus.
Lanjut Krisantus selain menjadi taman baca, honai ini juga dimanfaatkan untuk tempat diskusi siswa dan guru. Alasan lain membuat taman baca adalah anak-anak disini kalau dilihat cepat bosan dan jenuh jika berada didalam kelas. Karena itu untuk mengurangi bahkan menghilangkan kejenuhan mereka, selain ruang kelas taman baca ini juga digunakan untuk pembelajaran. Sehingga anak-anak tetap semangat dalam mengikuti pembelajaran disekolah.
“Taman baca ini baru satu bulan berjalan, dan program ini adalah inisiatif guru, dan antusias anak sangat tinggi dan setelah adanya taman baca mereka sangat senang,” tambah Krisantus.
Dia menambahkan jumlah honai yang dibuat menjadi taman baca ada lima honai. Selain itu ada satu honai yang cukup besar, dan ini disebut honai multi fungsi yang mana selain untuk belajar juga menjadi ruang rapat guru. Bahan bacaan yang dipakai siswa dari buku-buku lama yang penting siswa membaca karena disini belum ada perpustakaan.
“Harapannya Dispendabud bisa membantu anak-anak di kampung ini dengan adanya pengadaan buku atau lainnya,” ujar dia. (Maria Welerubun)
Kepala SD YPPK Tipuka Krisantus Saklil,S.Pd saat ditemui Salam Papua di sekolah, Sabtu (12/3) mengatakan nama taman baca ini diangkat dari bahasa Kamoro yaitu Namae yang artinya senang.
“Semoga dengan kata senang ini bisa juga dirasakan oleh anak-anak agar senang membaca dan tingkatkan minat membaca. Tujuan dibukanya taman baca Namae ini adalah untuk menarik minat baca anak dan untuk membuat suasana yang baru diluar kelas,” tutur dia.
Baca Juga
Taman baca ini digunakan setelah kegiatan belajar mengajar berakhir, sehingga siswa dan guru bisa bercanda dan belajar kembali di taman baca yang berbentuk honai. Dengan adanya taman baca ini anak bisa memperkaya ilmu dengan rajin membaca, sehingga taman ini bukan saja hiasan dilingkungan sekolah tapi ada manfaat yang positif bagi anak-anak.
“Ide untuk membuka taman baca ini datang dari salah satu pegawai Dinas Pendidikan yaitu Bapak Igantius Batmomolin. Setelah beliau memberikan usulan ini, saya langsung tangkap dan besoknya langsung mengajak guru-guru untuk secara swadaya membuat taman baca ini. Meskipun dengan keterbatasan buku-buku tetapi antusias anak sangat tinggi untuk menggunakan taman baca sebagai tempat belajar selain didalam kelas,” ungkap Krisantus.
Lanjut Krisantus selain menjadi taman baca, honai ini juga dimanfaatkan untuk tempat diskusi siswa dan guru. Alasan lain membuat taman baca adalah anak-anak disini kalau dilihat cepat bosan dan jenuh jika berada didalam kelas. Karena itu untuk mengurangi bahkan menghilangkan kejenuhan mereka, selain ruang kelas taman baca ini juga digunakan untuk pembelajaran. Sehingga anak-anak tetap semangat dalam mengikuti pembelajaran disekolah.
“Taman baca ini baru satu bulan berjalan, dan program ini adalah inisiatif guru, dan antusias anak sangat tinggi dan setelah adanya taman baca mereka sangat senang,” tambah Krisantus.
Dia menambahkan jumlah honai yang dibuat menjadi taman baca ada lima honai. Selain itu ada satu honai yang cukup besar, dan ini disebut honai multi fungsi yang mana selain untuk belajar juga menjadi ruang rapat guru. Bahan bacaan yang dipakai siswa dari buku-buku lama yang penting siswa membaca karena disini belum ada perpustakaan.
“Harapannya Dispendabud bisa membantu anak-anak di kampung ini dengan adanya pengadaan buku atau lainnya,” ujar dia. (Maria Welerubun)