Bayi Baru Lahir Bisa Tertolong dari HIV
pada tanggal
Monday, March 14, 2016
SAPA (MERAUKE) – Ketua Pokja Pusat Kesehatan Reproduksi (PKR) RSUD Merauke, dr. Inge Selvia mengungkapkan bayi yang dilahirkan dari seorang ibu dengan positif Human Immunodeficiency Virus - Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV - AIDS), dapat diselamatkan dari bahaya virus tersebut.
“Ibu hamil yang positif HIV setelah melahirkan, bayinya bisa diselamatkan. Jadi bisa positif, tapi juga bisa negatif. Ya sekitar 50% anak lahir itu bisa terhindar dari HIV, artinya negatif. Tapi itu banyak faktor,” terang Inge, Sabtu (12/3).
Faktor utama untuk menyelematkan bayi lahir dari bahaya HIV, demikian Inge, seorang ibu hamil harus melakukan pemeriksaan dini kehamilan, rutin kontrol, dan rutin minum obat antiretroviral (ARV) untuk menekan pertumbuhan virus.
“Kalau makin muda umur kehamilannya makin cepat diobati, berarti kemungkinan penularan kepada anak makin rendah. Dan juga tergantung dari ketaatan si ibu minum obat ARV,” ujarnya.
Menurutnya, tak semua penyakit dalam tubuh ibu secara otomatis tertular kepada bayinya. Jika seorang ibu hamil taat minum obat ARV dan taat melakukan Voluntary Conseling Test (VCT), maka kemungkinan besar bayinya selamat dari virus tersebut.
Ia mengimbau agar ibu-ibu hamil rutin melakukan tes VCT di Pokja PKR RSUD Merauke guna mengetahui kondisi kesehatannya. Bagi ibu hamil dengan positif HIV, disarankan untuk lebih rutin kontrol kehamilannya di Pokja PKR.
“Tertularnya HIV juga tergantung pada stadium virus dalam tubuh ibu. Kalau ditemukan virus sudah stadium 4, kemungkinan besar sudah tertular kepada bayinya. Keberhasilan mencegahnya pun sangat kecil,” ungkapnya.
Ia menambahkan, seorang bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang positif HIV sangat rentan tertular virus tersebut.
“Secara teori ibunya hiv positif, kemungkinan penularan kepada anaknya itu tergantung dari jumlah virusnya, tergantung dari stadium saat si ibu ditemukan, tergantung dari juga umur kehamilan. Makanya harus diperiksakan sejak dini,” pungkasnya.
Seraya menambahkan, rata-rata kasus ibu hamil positif HIV/AIDS dalam tiap bulan, 8-10 orang pada tahun 2015 lalu. (emanuel)
“Ibu hamil yang positif HIV setelah melahirkan, bayinya bisa diselamatkan. Jadi bisa positif, tapi juga bisa negatif. Ya sekitar 50% anak lahir itu bisa terhindar dari HIV, artinya negatif. Tapi itu banyak faktor,” terang Inge, Sabtu (12/3).
Faktor utama untuk menyelematkan bayi lahir dari bahaya HIV, demikian Inge, seorang ibu hamil harus melakukan pemeriksaan dini kehamilan, rutin kontrol, dan rutin minum obat antiretroviral (ARV) untuk menekan pertumbuhan virus.
“Kalau makin muda umur kehamilannya makin cepat diobati, berarti kemungkinan penularan kepada anak makin rendah. Dan juga tergantung dari ketaatan si ibu minum obat ARV,” ujarnya.
Menurutnya, tak semua penyakit dalam tubuh ibu secara otomatis tertular kepada bayinya. Jika seorang ibu hamil taat minum obat ARV dan taat melakukan Voluntary Conseling Test (VCT), maka kemungkinan besar bayinya selamat dari virus tersebut.
Ia mengimbau agar ibu-ibu hamil rutin melakukan tes VCT di Pokja PKR RSUD Merauke guna mengetahui kondisi kesehatannya. Bagi ibu hamil dengan positif HIV, disarankan untuk lebih rutin kontrol kehamilannya di Pokja PKR.
“Tertularnya HIV juga tergantung pada stadium virus dalam tubuh ibu. Kalau ditemukan virus sudah stadium 4, kemungkinan besar sudah tertular kepada bayinya. Keberhasilan mencegahnya pun sangat kecil,” ungkapnya.
Ia menambahkan, seorang bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang positif HIV sangat rentan tertular virus tersebut.
“Secara teori ibunya hiv positif, kemungkinan penularan kepada anaknya itu tergantung dari jumlah virusnya, tergantung dari stadium saat si ibu ditemukan, tergantung dari juga umur kehamilan. Makanya harus diperiksakan sejak dini,” pungkasnya.
Seraya menambahkan, rata-rata kasus ibu hamil positif HIV/AIDS dalam tiap bulan, 8-10 orang pada tahun 2015 lalu. (emanuel)