Ada Apa Dibalik Kursi Freeport 1?
pada tanggal
Friday, March 11, 2016
Tidak Perlu Ambisius dan Ribut Kejar Jabatan
SAPA (TIMIKA) – Kursi Freeport 1 (baca= Presiden Direktur) yang ditinggalkan Syamsuddin Maroef pada Januari 2016 lalu hingga saat ini masih kosong. Sejumlah nama orang asli Papua menyatakan siap mengisi jabatan Presdir tersebut. Akibatnya seperti terjadi perang opini untuk terpilih mengisi kursi panas tersebut. Hal ini menimbulkan pertanyaan, ada apa di balik Kursi Freeport 1?
Menyikapi kondisi ini, salah satu calon kuat Presdir PT Freeport Indonesia (PTFI), Silas Natkime kepada Salam Papua, Kamis (10/3) mengatakan, siapa pun, baik itu orang asli Papua atau non Papua, wajar bila memiliki keinginan untuk menjadi orang nomor 1 di Freeport. Namun hal itu tidak lahir dari sikap ambisius dan ingin merebut posisi itu dengan berbagai cara yang tidak benar.
Menurut Silas, kursi Freeport1 tidak harus dikejar-kejar karena bila hal itu yang ada dalam diri seseorang yang ingin menduduki Freeport 1, maka Freeport akan hancur dan masyarakat Papua yang susah. Orang yang memiliki ambisius sudah pasti lebih mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, tidak peduli dengan kepentingan perusahaan dan masyarakat.
“Kami banyak dengar perkembangan dukungan orang putra daerah ingin jadi pemimpin di Freeport. Informasi itu sudah ke mana-mana, sudah panas. Sejumlah orang menyatakan siap menjadi Presdir Freeport, tapi itu lahir dari ambisi pribadi. Kursi Freeport satu merupakan target yang dikejar-kejar. Orang-orang itu menganggap diri ahli dan professional memimpin Freeport, pada hal tidak tahu apa-apa dan belum berbuat apa-apa untuk Freeport, mereka hanya kejar-kejar jabatan dan cari uang saja,” tegas Silas.
Sebagai putra asli Amungme dan pemilik hak ulayat yang sudah 34 tahun bekerja di Freeport mulai dari karyawan biasa, mulai dari nol hingga jabatan Vice President, Silas mengatakan jabatan saat ini yang diperolehnya bukan karena dirinya hebat, tapi karena kerja keras, semangat yang tinggi, loyalitas dan keberpihakannya yang nyata kepada perusahaan selama ini. Karena itu dirinya menyatakan siap dan mampu memimpin Freeport. Keinginan itu bukan lahir dari rasa ambisius dan kejar jabatan. Keinginan itu muncul murni dari dalam diri untuk menjalankan komitmen para orang tua dulu yang ingin agar Freeport ada dan beroperasi di Papua.
“Saya tidak berambisi untuk jadi pemimpin di Freeport, tapi saya siap untuk memimpin Freeport, kalau nomor satu Tuhan memilih saya, nomor dua kalau diinginkan pemerintah, nomor tiga kalau disetujui perusahaan dan nomor empat kalau didukung oleh masyarakat. Saya sebagai anak asli dan pemilik hak ulayat, saya punya keinginan itu bukan karena ambisi dan ingin mengejar jabatan tersebut. Saya tidak berambisi untuk jabatan itu. Saya siap memimpin Freeport karena saya ingin menjalankan kesepakatan dan komitmen para orangtua dulu dengan Freeport, yaitu Freeport tetap ada dan beroperasi di Papua. Saya ingin Freeport membangun Papua. Saya ingin melalui Freeport, masyarakat Papua bisa hidup maju dan sejahtera,” ujar Silas.
Sebagai tokoh adat dan pemilik hak ulayat, Silas mengatakan dirinya ingin menjadi pemimpin dan ingin melakukan yang terbaik bagi Tanah ini dan semua warga yang saat ini berada di Mimika.
“Karena itu saya tetap berada bersama perusahaan, menjadi bagian dari perusahaan untuk membangun daerah ini,” kata Silas.
Silas menegaskan, bila dirinya dipercaya memimpin Freeport, maka dirinya menjamin Freeport akan tetap ada dan beroperasi di Papua, Freeport akan melaksanakan harapan-harapan dari pemerintahan Presiden Jokowi, yakni Freeport harus membangun Papua. Ke depan Freeport tidak hanya membangun Mimika, tapi juga membangun Indonesia, membangun Papua, agar terjadi kemajuan yang merata di Papua. Dengan demikian, semua warga Indonesia, termasuk Papua, tidak berbondong-bondong datang ke Timika untuk mencari pekerjaan, tapi tetap berada di daerahnya dan membangun daerahnya masing-masing.
“Saya inginkan Freeport ke depan beroperasi secara normal, tanpa ada hambatan apa pun, termasuk bebas dari intervensi politik bisnis untuk kepentingan dan keuntungan pihak tertentu. Tidak boleh ada lagi kasus Papa Minta Saham. Saya inginkan Freeport terbebas dari semua itu, agar pemerintah untung, Freeport untung dan rakyat juga untung,” jelas Silas.
Menanggapi adanya orang tertentu yang ingin mencalonkan diri sebagai Presdir Freeport, Silas mengatakan Tuhan, pemerintah, perusahaan dan masyarakat tentu akan memilih yang terbaik bagi Freeport dan Papua.
“Banyak orang mencalonkan diri menjadi orang nomor satu di Freeport. Namun saya ingin tegaskan, siapa yang mempunyai hati yang bersih, siapa yang benar-benar mencintai perusahaan, siapa yang mencintai rakyat, dia yang layak memimpin Freeport. Tapi kalau hanya ingin cari posisi penting dan jabatan, maka orang itu tidak akan membawa kebaikan bagi perusahaan. Kecuali kami sebagai anak asli, pemilik hak ulayat, bagaimana pun, apa pun, kami tetap akan menjaga perusahaan dan berbuat yang terbaik bagi pemerintah, kemajuan perusahaan dan masyarakat,” kata Silas.
Walau dirinya sudah siap untuk memimpin Freeport, Silas tetap terbuka bila Tuhan, pemerintah, perusahaan dan masyarakat mempercayakan posisi Presdir kepada orang lain. Dirinya tetap mendukung pemimpin baru tersebut untuk berbuat dan menghasilkan yang terbaik bagi pemerintah, perusahaan dan masyarakat.
Silas menambahkan anak-anak gunung sudah memiliki banyak kemajuan dan siap menjadi pemimpin di bidang mana pun, termasuk di Freeport. Sebagai contoh, Lukas Enembe saat ini menjadi Gubernur Papua. Tidak hanya itu, Bupati Mimika saat ini dipegang oleh Eltinus Omaleng, salah satu putra asli terbaik Amungme, yang juga pemilik hak ulayat lokasi pertambangan PT Freeport.
“Semua harus dukung kepemimpinan Bupati Eltinus, karena dia orang tegas dan kokoh pendirian membangun daerah ini, membangun masyarakat Mimika. Kita butuh sosok pemimpin yang berani dan tegas, itu ciri dari pemimpin yang membangun, yang menginginkan perubahan dan kemajuan bagi masyarakatnya. Bupati Eltinus di pemerintahan dan saya di perusahaan, kami dua akan komit membangun masyarakat dan daerah ini menjadi lebih maju dan sejahtera,” ujar Silas. (yol)