-->

Yoel de Fretes

Melepaskan Pangkat Perwira  Untuk Layani Tuhan

MENGENAL sosok seorang Prajurit yang memilih melepaskan seragam prajurit TNI demi mengabdikan diri untuk melayani Tuhan.

Yoel de Fretes, merupakan mantan Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang saat ini telah dikenal sebagai seorang Pendeta Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKI). Mengawali pendidikannya yang lulus dari SMK Negeri 1 Ambon. Yoel diangkat menjadi seorang prajurit TNI melalui pendidikan di pada Tahun 1998 di Rindam , Ambon  dan kemudian Yoel ditempatkan di Yonif 752 Sorong pada tahun 1990.

Perjalanan dalam pelayanan dimulai Yoel pada tahun 1996 yang diangkat oleh Majelis Jemaat Oikumene Yonif 752 di Kota  Sorong menjadi Penatua hingga tahun 2007. Namun sebelumnya, pada tahun 2000, atas ijin pimpinan, Ayah dua orang anak ini menempuh study di Universitas Kristen Indonesia Papua di Kota Sorong dan wisuda pada tahun 2006.

Setelah mendapat gelar S.Th, Yoel meminta kepada Komandan Batalyon 752 Sorong untuk dipindahtugaskan ke Kota Timika, tepatnya di Satuan Brigif IJK. Yoel langsung terlibat dalam pelayanan sebagai majelis jemaat di GKI Kornelius Brigif dari tahun 2007 sampai tahun 2013.  Sebelumnya, pada tahun 2008, Komandan Brigif mengajukan Yoel menjadi Vikaris di GKI Tanah Papua.

Pada Tahun 2012, Pria kelahiran Ambon 6 Juni 1968 ini,  dipanggil untuk mengikuti pembekalan  vikaris di  GKI Puspenka Sentani dan pada tahun 2013 Surat Keputusan (SK) Vikaris dikeluarkan oleh Sinode Papua dan berdasarkan SK tersebut,  Yoel ditempatkan di GKI Klasis Mimika, sehingga Klasis Mimika menempatnya di GKI Jemaat Lahay Roi SP 1.

Setelah menjadi seorang Vikaris, membuat Ayah dua orang anak ini harus meluangkan banyak waktu untuk melakukan pelayanan dalam Jemaat dengan waktu yang tidak menentu. Sehingga membuat pelayanannya sering bertabrakan dengan tugas kedinasannya sebagai seorang prajurit TNI.

Yoel sempat menjadi tahanan Polisi Militer (POM), karena diketahui tidak  hadir menjalankan tugasnya sebagai Prajurit selama 30 hari lamanya pada menurut Yoel saat itu Ia telah mengajukan permintaan untuk pensiun dini, namun bagi Yoel hal itu sudah menjadi resiko. ketika Ia memilih untuk menyerahkan kehidupannya untuk melayani Tuhan.

Setelah dikeluarkan dari  tahanan POM, Yoel diharuskan mengikuti masa sidang Mahkamah Militer di Kota Jayapura,  namun Yoel menolak mengikuti masa sidAng, karena  nantinya hal tersebut akan mengganggu pelayanannya.

Sehingga,  Yoel lebih memilih untuk diberhentikan secara  tidak terhormat  dengan tidak menerima upah pensiunan sepeserpun, demi kegiatan pelayanan yang telah dipercayakan Tuhan kepadanya.

Yoel sangat berterima kasih kepada keluarganya yang senantiasa mendukung keputusannya, karena baginya berkat itu telah Tuhan sediakan apalagi apa yang telah dilakukan itu hanya untuk melayani Tuhan.

 Satu hal yang menjadi kebanggan dalam diri Yoel bahwa pada tanggal 20 September, Ia dipanggil untuk mengikuti pembelakan di Pulau Mansinam Kota Manokwari selama dua minggu, hingga tangga 5 Oktober Yoel langsung di kukuhkan menjadi seorang Pendeta GKI di Tanah Papua. Hal yang sama dikatakan Yoel, jika Ia masih menggunakan seragam prajurit TNI, pada tanggal yang sama Ia mendapat kenaikan pangkat menjadi Sersan Kepala, namun baginya semuanya telah direncanakan oleh Tuhan.

Menurut Yoel, dirinya tidak pernah berpikir untuk menanggalkan seragam prajurit, namun hal tersebut sudah menjadi panggilan Tuhan kepadanya.
Namun pada waktu kecil, Yoel memang bercita-cita menjadi seorang Pendeta,  namun keadaan ekonomi keluarga yang tidak mendukung sehingga orang Tua Yoel tidak mampu membiayai Yoel untuk melanjutkan kuliah Teologia.

 Yoel meyakini bahwa apa yang menjadi keputusannya ini merupakan panggilan Tuhan kepadanya dan berkomitmen untuk melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh dan dengan sukacita serta berpegang teguh pada Kebenaran Firman Tuhan.

Demikian juga dengan Pdt. D Sikoway yang merupakan mentor Yoel mengatakan bahwa Yoel merupakan pria yang sangat dikagumi atas keputusannya dengan meninggalkan dunia kemiliteran dan mau hidup sebagai hamba Tuhan. Ia berharap Yoel dapat bertanggung jawab dalam panggilan dan selalu bertekun dalam pelayanan serta menghadapi semua tantangan hidup dengan senyuman kasih.  (Ronald Katiop)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel