Petani Perbatasan RI-PNG Sulit Bibit Ikan
pada tanggal
Tuesday, February 2, 2016
SAPA (JAYAPURA) - Para petani Koya Timur, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, yang berlokasi diperbatasan RI-Papua Nugini (PNG) kini mengalami kesulitan memperoleh bibit ikan.
Paryoto dan Djairan, petani yang tergabung dalam "kelompok Mina Padi" yang berlokasi di jalan Durian, Koya Timur, kepada Antara, Minggu (31/1) mengakui, sulitnya mendapatkan bibit ikan itu dirasakan sejak pertengahan 2015 yakni saat kemarau berkepanjangan.
Bahkan kalaupun ada harga bibit ikan mujair cukup mahal yakni mencapai Rp 700/ekor dengan ukuran kecil, aku Djairan dan Paryoto serempak.
Menurutnya, selain bibit, para petani juga sempat kesulitan air karena saat musim kemarau berkepanjangan air sangat terbatas.
Apalagi ada perbaikan saluran irigasi sehingga kolam-kolam ikan milik petani tidak dapat digunakan, aku Djairan seraya menambahkan selain untuk menambah penghasilan mereka memanfaatkan tegalan untuk ditanami berbagai tanaman yang dapat dipanen dalam waktu singkat seperti bunga kol, terong, kacang panjang, tomat atau cabe.
Menurut Paryoto yang mengaku merupakan transmigrasi pertama yang ditempatkan di Koya Timur sejak 1984 itu, sebagai lahan pertanian di Koya Timur memang sudah beralih fungsi menjadi tambak ikan.
Beralihnya fungsi itu disebabkan bila tetap dijadikan persawahan hasilnya tidak memuaskan sehingga dialihkan menjadi tambak ikan, aku Paryoto.
Kelompok tani mina padi Koya Timur, Kota Jayapura, beranggotakan 50 orang petani.
Dari Koya Timur hanya dibutuhkan waktu sekitar 20 menit perjalanan dengan menggunakan jalan darat ke Wutung, PNG. (Ant)
Paryoto dan Djairan, petani yang tergabung dalam "kelompok Mina Padi" yang berlokasi di jalan Durian, Koya Timur, kepada Antara, Minggu (31/1) mengakui, sulitnya mendapatkan bibit ikan itu dirasakan sejak pertengahan 2015 yakni saat kemarau berkepanjangan.
Bahkan kalaupun ada harga bibit ikan mujair cukup mahal yakni mencapai Rp 700/ekor dengan ukuran kecil, aku Djairan dan Paryoto serempak.
Menurutnya, selain bibit, para petani juga sempat kesulitan air karena saat musim kemarau berkepanjangan air sangat terbatas.
Apalagi ada perbaikan saluran irigasi sehingga kolam-kolam ikan milik petani tidak dapat digunakan, aku Djairan seraya menambahkan selain untuk menambah penghasilan mereka memanfaatkan tegalan untuk ditanami berbagai tanaman yang dapat dipanen dalam waktu singkat seperti bunga kol, terong, kacang panjang, tomat atau cabe.
Menurut Paryoto yang mengaku merupakan transmigrasi pertama yang ditempatkan di Koya Timur sejak 1984 itu, sebagai lahan pertanian di Koya Timur memang sudah beralih fungsi menjadi tambak ikan.
Beralihnya fungsi itu disebabkan bila tetap dijadikan persawahan hasilnya tidak memuaskan sehingga dialihkan menjadi tambak ikan, aku Paryoto.
Kelompok tani mina padi Koya Timur, Kota Jayapura, beranggotakan 50 orang petani.
Dari Koya Timur hanya dibutuhkan waktu sekitar 20 menit perjalanan dengan menggunakan jalan darat ke Wutung, PNG. (Ant)