Masyarakat Pulau Kimaam Krisis Air Bersih
pada tanggal
Wednesday, January 27, 2016
SAPA (MERAUKE) – Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Merauke, Moses Yeremias Kaibu mengungkapkan masyarakat empat distrik di Kepulauan Kimaam, Kabupaten Merauke mengalami krisis air bersih sejak pertengahan tahun 2015 lalu.
“Krisis air bersih di Pulau Kimaam. Kami tinjau langsung ke lapangan. Itu di Distrik Waan, Kimaam, Tabonji dan Ilwayap,” sebut Moses, Senin (25/1).
Sebutnya, ada 9 kampung di Distrik Kimaam, 9 kampung di Tabonji, 11 kampung di Kimaam dan 3 kampung di Ilwayap. Rata-rata semua kampung mengalami krisis air bersih.
“Di Distrik Kimaam, masyarakat antri di sebuah sumur di Turiram. Itu untuk di wilayah kota distrik saja. Kalau di luar itu, masing-masing cari jalan untuk mendapatkan air bersih,” ungkapnya.
Sementara di Distrik Waan, masyarakat harus berjalan kaki dua malam untuk mendapatkan air bersih di Kampung Konorau.
“Kampung Sabon, Tor, Kladar, Waan itu ambil air di Konorau. Dua malam jalan kaki. Kalau angkut air pake perahu, mereka patungan beli bensin. Harga bensin pun naik Rp25.000/liter,” tuturnya.
Akibat kemarau, harga kebutuhan bahan pokok dan BBM di empat distrik pun naik signifikan. Antara lain, harga bensin Rp15.000/liter naik menjadi Rp25.000/liter.
Pada satu sisi, masyarakat tak bisa bercocok tanam karena krisis air di wilayah itu. Rawa-rawa kering, bahkan sebagian besar terbakar karena terlalu tandus.
“Beras juga demikian, dari Rp13.000/kg bisa sampe Rp17.000/kg. Mereka tidak bisa tanam, air tidak ada. Untuk masak, mandi dan cuci saja susah,” katanya.
Menyikapi masalah itu, Komisi A akan membentuk tim kecil guna mengkaji dan mendesak pemerintah agar segera mungkin menyalurkan bantuan ke Pulau Kimaam.
“Akibat kemarau juga munculnya berbagai wabah penyakit, salah satu serampah ini. Lalu masuk hujan, itu waspada diare,” pungkasnya. (emanuel)