Hidup itu Simbiosis

 

KEHIDUPAN yang ada ini merupakan satu mata rantai yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kita tidak bisa hidup sendiri tanpa ada bantuan atau dukungan dari orang lain, begitu sebaliknya. Dari itu, hal yang perlu diperhatikan adalah seluruh aspek dalam kehidupan, mulai sosial, budaya, politik, dan ekonomi.

Di aspek sosial budaya, bagaimana kita memberikan kesempatan atau saling menghargai perbedaan kebudayaan yang ada. Apabila perbedaan yang ada itu disatukan, maka akan menjadi satu kekuatan yang tidak bisa ditaklukkan. Tapi apabila perbedaan itu dijadikan kendala, maka kita akan terkotak-kotak dalam satu kelompok saja. Padahal kita hidup ini saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, simbiosis  (berhubungan).

Dari segi politik, perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar dalam bermasyarakat. Dengan adanya perbedaan pendapat, maka kita bersama-sama mencari solusi atau jalan tengah untuk perbedaan tersebut. Sehingga ditemukan titik temu atau mufakat yang disepakati bersama dan bisa dipertanggungjawabkan, baik secara moral kepada manusia dan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Secara ekonomi, kaya – miskin itu merupakan sebuah hasil usaha yang dilakukan oleh seseorang. Kalau kita mau berusaha, pasti ada jalan untuk menjadikan kita kaya dan sukses. Tapi kalau tidak mau berusaha, maka selamanya hidup kita tidak ada perubahan. Namun yang digarisbawahi disini adalah, si kaya akan membutuhkan si miskin, begitu juga sebaliknya. Dan si kaya tidak dipandang kaya kalau tidak ada si miskin, begitu juga sebaliknya.

Perbedaan-perbedaan yang ada dalam kehidupan, sebenarnya merupakan rangkain dan saling berhubungan. Tidak bisa dipisah-pisahkan. Kalau ada yang berusaha memisahkan, maka akan ada konflik. Apalagi Timika ini miniaturnya Indonesia, masyarakat dari Sabang sampai Merauke ada disini. Sehingga perbedaan-perbedaan itu pasti ada. Tapi tidak serta merta kita jadikan perbedaan itu pemicu konflik. Namun menjadi kekuatan yang luar biasa…Eme Neme Yauware.(redaksi)