Dubes AS Hadiri Peluncuran Program Lestari
pada tanggal
Friday, January 22, 2016
SAPA (JAYAPURA) - Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Robert O. Blake menghadiri peluncuran program dari USAID bernama "Lestari" mengenai pengelolaan hutan secara berkelanjutan di Provinsi Papua pada Kamis (21/1).
Benja Victor Mambai selaku Koordinator Program Lestasri di Provinsi Papua, di Jayapura, Kamis, mengatakan, proyek USAID ini mendukung Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan melestarikan keanekaragaman hayati pada hutan.
"Selain itu, proyek LESTARI ini juga mendukung pelestarian ekosistem bakau kaya karbon dan yang signifikan secara biologi dengan menerapkan pendekatan bentang alam untuk mengurangi emisi GRK," katanya.
Menurut Benja, aktifitas utama proyek Lestari adalah perbaikan tata kelola lahan, peningkatan pengelolaan dan perlindungan spesies kunci di dalam kawasan konservasi, perbaikan praktik sektor swasta serta industri juga perluasan konstituensi untuk konservasi.
"Khusus untuk Provinsi Papua, program Lestari akan bekerja sama dengan pemprov setempat, Kota dan Kabupaten Jayapura, Asmat, Mimika, Mappi, Boven Digoel dan Universitas Cenderawasih," ujarnya.
Dia menjelaskan program Lestari bekerja di enam daerah fokus dan lanskap di tiga pulau terbesar di Indonesia, yaitu Sumatera Utara (Lanskap Leuser), Kalimantan Tengah (Lanskap Katingan-Kahayan) dan Papua (Lanskap Dataran Rendah Lorentz, Mappi-Boven Digoel, Sarmi dan Cycloops).
"Program Lestari ini dibangun di atas landasan yang sudah diletakkan oleh proyek USAID IFACS, maka mengintegrasikan konservasi hutan dan lahan gambut dengan pembangunan rendah emisi pada lahan yang sudah terdegradasi," katanya lagi.
Dia menambahkan, terdapat paling tidak 30 juta orang atau 1,9 juta masyarakat Papua secara langsung bergantung pada hutan Indonesia dan jasa ekosistemnya, sehingga kerusakan hutan harus segera diatasi. (Ant)
Benja Victor Mambai selaku Koordinator Program Lestasri di Provinsi Papua, di Jayapura, Kamis, mengatakan, proyek USAID ini mendukung Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan melestarikan keanekaragaman hayati pada hutan.
"Selain itu, proyek LESTARI ini juga mendukung pelestarian ekosistem bakau kaya karbon dan yang signifikan secara biologi dengan menerapkan pendekatan bentang alam untuk mengurangi emisi GRK," katanya.
Menurut Benja, aktifitas utama proyek Lestari adalah perbaikan tata kelola lahan, peningkatan pengelolaan dan perlindungan spesies kunci di dalam kawasan konservasi, perbaikan praktik sektor swasta serta industri juga perluasan konstituensi untuk konservasi.
"Khusus untuk Provinsi Papua, program Lestari akan bekerja sama dengan pemprov setempat, Kota dan Kabupaten Jayapura, Asmat, Mimika, Mappi, Boven Digoel dan Universitas Cenderawasih," ujarnya.
Dia menjelaskan program Lestari bekerja di enam daerah fokus dan lanskap di tiga pulau terbesar di Indonesia, yaitu Sumatera Utara (Lanskap Leuser), Kalimantan Tengah (Lanskap Katingan-Kahayan) dan Papua (Lanskap Dataran Rendah Lorentz, Mappi-Boven Digoel, Sarmi dan Cycloops).
"Program Lestari ini dibangun di atas landasan yang sudah diletakkan oleh proyek USAID IFACS, maka mengintegrasikan konservasi hutan dan lahan gambut dengan pembangunan rendah emisi pada lahan yang sudah terdegradasi," katanya lagi.
Dia menambahkan, terdapat paling tidak 30 juta orang atau 1,9 juta masyarakat Papua secara langsung bergantung pada hutan Indonesia dan jasa ekosistemnya, sehingga kerusakan hutan harus segera diatasi. (Ant)