Semua Harus Perjuangkan Masa Depan Freeport
pada tanggal
Tuesday, July 5, 2016
SAPA (TIMIKA) – Tokoh masyarakat Papua, Silas Natkime meminta semua pihak, baik itu unsur pemerintah, tokoh masyarakat, stakeholders lain di Papua, termasuk para senior Papua yang saat ini bekerja di PT. Freeport Indonesia (PTFI) agar bersatu memperjuangkan masa depan PTFI.
“Sekarang ini Freeport dalam keadaan stagnan, produksinya menurun dan tidak ada investasi untuk pengembangan produksi karena tidak jelas apakah kontrak karya Freeport akan diperpanjang atau tidak oleh pemerintahan saat ini di tahun 2021 mendatang. Semua ini terjadi karena Pemerintah mengambil sikap menunggu sampai tahun 2019 baru mau membahas kontrak karya Freeport. Dua tahun ke depan ini sangat terlalu lama dan dampaknya sekarang sudah mulai dirasakan masyarakat,” kata Silas belum lama ini.
Silas menegas, perjuangan bersama ini harus dilakukan. Tidak boleh terjadi ada orang atau pihak yang masa bodoh, mau enaknya saja.
“Semua harus menjaga Freeport. Tapi yang terjadi, banyak yang hanya kerja di Freeport untuk cari uang saja, cari jabatan dan pangkat. Tidak melakukan apa-apa untuk mendukung perusahaan, hanya berjuang dalam kepentingan kelompok saja. Kami sebagai pemilik hak ulayat, sebagai tokoh, kami merasa kalau Freeport ini ditutup, maka akan memberi dampak negatif sangat berat dan luas bagi masyarakat Papua,” ujar Silas.
Menurut Silas, Freeport telah menghidupkan banyak orang, tapi dalam kondisi sekarang, di mana masa depan Freeport tidak jelas, hanya sedikit orang yang mau berjuang, melakukan sesuatu untuk kejelasan masa depan Freeport.
“Maka itu kami bentuk tim independen yang memperjuangkan perpanjangan kontrak karya ini. Tim ini diharapkan menjadi wadah menghimpun orang-orang Papua yang peduli terhadap masa depan Freeport untuk berdialog dengan pemerintah,” kata Silas.
Silas menegaskan, Freeport ini milik semua orang, milik dunia, milik Indonesia, milik Papua dan milik semua karyawan Freeport, tapi dalam kondisi seperti sekarang ini terkesan semua hanya menonton saja.
“Saya sebagai tokoh, saya mengajak semua pihak, semua senior Papua, termasuk sembilan orang Senior VP asli Papua di Freeport mari bersama-sama kita berjuang agar kontrak karya ini bisa segera diperpanjang oleh Pemerintahan Jokowi. Sekarang tim yang dibentuk hanya berapa orang saja, seperti dari Pangan Sari, KPI, internal Papua hanya sedikit saja, yang mendukung perjuangan perpanjangan kontrak Freeport ini. Semua ini kami lakukan bukan karena niat untuk menjadi nomor satu, atau karena kepentingan pribadi, tapi untuk kepentingan semua orang baik itu di Papua, Indonesian dan dunia,” ujar Silas.
Sebagai tokoh dan juga pemilik hak ulayat, Silas juga menegaskan, semua orang yang sekarang ini ada di Papua, ada di Mimika, baik yang bekerja di Freeport atau di bidang lain adalah tamu yang harus diperhatikan.
“Karena itu sebagai tuan rumah, sebagai tokoh sekaligus pemilik hak ulayat, kami tidak bisa diam terhadap masalah Freeport saat ini. Kami harus bertemu pemerintah, agar kontrak karya segera diperpanjang demi untuk kepentingan seluruh warga di Papua, Indonesia dan dunia. Tim kami sekarang sedikit orang, tapi Tuhan bersama kami karena kami berjuang dengan hati, menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran. Kami percaya sedikit orang ini akan berhasil berjuang untuk kepentingan banyak orang,” kata Silas. (yol
“Sekarang ini Freeport dalam keadaan stagnan, produksinya menurun dan tidak ada investasi untuk pengembangan produksi karena tidak jelas apakah kontrak karya Freeport akan diperpanjang atau tidak oleh pemerintahan saat ini di tahun 2021 mendatang. Semua ini terjadi karena Pemerintah mengambil sikap menunggu sampai tahun 2019 baru mau membahas kontrak karya Freeport. Dua tahun ke depan ini sangat terlalu lama dan dampaknya sekarang sudah mulai dirasakan masyarakat,” kata Silas belum lama ini.
Silas menegas, perjuangan bersama ini harus dilakukan. Tidak boleh terjadi ada orang atau pihak yang masa bodoh, mau enaknya saja.
“Semua harus menjaga Freeport. Tapi yang terjadi, banyak yang hanya kerja di Freeport untuk cari uang saja, cari jabatan dan pangkat. Tidak melakukan apa-apa untuk mendukung perusahaan, hanya berjuang dalam kepentingan kelompok saja. Kami sebagai pemilik hak ulayat, sebagai tokoh, kami merasa kalau Freeport ini ditutup, maka akan memberi dampak negatif sangat berat dan luas bagi masyarakat Papua,” ujar Silas.
Menurut Silas, Freeport telah menghidupkan banyak orang, tapi dalam kondisi sekarang, di mana masa depan Freeport tidak jelas, hanya sedikit orang yang mau berjuang, melakukan sesuatu untuk kejelasan masa depan Freeport.
“Maka itu kami bentuk tim independen yang memperjuangkan perpanjangan kontrak karya ini. Tim ini diharapkan menjadi wadah menghimpun orang-orang Papua yang peduli terhadap masa depan Freeport untuk berdialog dengan pemerintah,” kata Silas.
Silas menegaskan, Freeport ini milik semua orang, milik dunia, milik Indonesia, milik Papua dan milik semua karyawan Freeport, tapi dalam kondisi seperti sekarang ini terkesan semua hanya menonton saja.
“Saya sebagai tokoh, saya mengajak semua pihak, semua senior Papua, termasuk sembilan orang Senior VP asli Papua di Freeport mari bersama-sama kita berjuang agar kontrak karya ini bisa segera diperpanjang oleh Pemerintahan Jokowi. Sekarang tim yang dibentuk hanya berapa orang saja, seperti dari Pangan Sari, KPI, internal Papua hanya sedikit saja, yang mendukung perjuangan perpanjangan kontrak Freeport ini. Semua ini kami lakukan bukan karena niat untuk menjadi nomor satu, atau karena kepentingan pribadi, tapi untuk kepentingan semua orang baik itu di Papua, Indonesian dan dunia,” ujar Silas.
Sebagai tokoh dan juga pemilik hak ulayat, Silas juga menegaskan, semua orang yang sekarang ini ada di Papua, ada di Mimika, baik yang bekerja di Freeport atau di bidang lain adalah tamu yang harus diperhatikan.
“Karena itu sebagai tuan rumah, sebagai tokoh sekaligus pemilik hak ulayat, kami tidak bisa diam terhadap masalah Freeport saat ini. Kami harus bertemu pemerintah, agar kontrak karya segera diperpanjang demi untuk kepentingan seluruh warga di Papua, Indonesia dan dunia. Tim kami sekarang sedikit orang, tapi Tuhan bersama kami karena kami berjuang dengan hati, menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran. Kami percaya sedikit orang ini akan berhasil berjuang untuk kepentingan banyak orang,” kata Silas. (yol