Institut Teknologi Bandung (ITB) Ingin Bantu Pemprov Papua Barat
pada tanggal
Friday, July 15, 2016
SAPA (MANOKWARI) - Institut Teknologi Bandung (ITB) tertarik untuk membantu pemerintah Provinsi Papua Barat mencetak sumber daya manusia (SDM) ahli di bidang konstruksi di daerah tersebut.
Guru besar ITB Prof I Gede Widiadnyana Merati di Manokwari, Kamis, mengatakan ITB selama ini sudah membina cukup banyak perguruan tinggi di luar Jawa untuk menyiapkan ahli bidang konstruksi. Hal yang sama siap dilakukan di Papua Barat.
"Kami berkomitmen untuk menciptakan sumberdaya manusia di bidang teknik sipil. Di Papua Barat baru ISTI (Institut Sains dan Teknologi Indonesia) Manokwari yang diperkenalkan kepada kami," katanya.
Dia mengutarakan, ITB memiliki banyak pakar dan tenaga dosen pada berbagai jurusan bidang konstruksi. Mereka siap diperbantukan untuk mengajar di kampus ISTI maupun Universitas Papua (Unipa) Manokwari.
Pada kesempatan yang sama, Eksekutif Pengawas Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) H Soeharsono mengatakan, tenaga ahli dan tenaga terampil di Papua Barat masih sangat minim.
Di sisi lain, Papua Barat memiliki alokasi anggaran khusus yang bisa dimanfaatkan untuk menjawab persoalan tersebut.
"Keluhan dari para kontraktor di sini masalah kesiapan tenaga ahli. Tenaga ahli maupun tenaga terampil di Papua Barat masih minim sehingga harus mendatangkan dari Sulawesi dan Jawa," katanya.
Dia menyebutkan, dari kondisi tersebut menggambarkan bahwa peluang tenaga kerja terutama untuk tenaga ahli dan terampil di daerah tersebut masih cukup besar.
"Hal ini harus dimanfaatkan pemerintah daerah untuk menekan angka pengangguran. Namun, pemerintah harus berani mengeluarkan anggaran untuk menyiapkan SDM agar peluang pekerjaan ini tidak diambil oleh SDM dari luar," katanya lagi.
Dia menambahkan, dampak negatif dari keterbatasan SDM konstruksi sangat dirasakan para pelaksana konstruksi dan konsulitan di Papua Barat. Mereka sering kalah dalam tender proyek karena tidak memiliki tenaga ahli dan terampil yang dibutuhkan.
"Kondisi ini harus dilihat sebagai peluang dan tantangan. Peluangnya adalah ruang pekerjaan masih terbuka lebar, sementara tantangannya adalah kita dituntut untuk bisa menciptakan SDM untuk menjawab persoalan ini," ucapnya. (ant)
Guru besar ITB Prof I Gede Widiadnyana Merati di Manokwari, Kamis, mengatakan ITB selama ini sudah membina cukup banyak perguruan tinggi di luar Jawa untuk menyiapkan ahli bidang konstruksi. Hal yang sama siap dilakukan di Papua Barat.
"Kami berkomitmen untuk menciptakan sumberdaya manusia di bidang teknik sipil. Di Papua Barat baru ISTI (Institut Sains dan Teknologi Indonesia) Manokwari yang diperkenalkan kepada kami," katanya.
Dia mengutarakan, ITB memiliki banyak pakar dan tenaga dosen pada berbagai jurusan bidang konstruksi. Mereka siap diperbantukan untuk mengajar di kampus ISTI maupun Universitas Papua (Unipa) Manokwari.
Pada kesempatan yang sama, Eksekutif Pengawas Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) H Soeharsono mengatakan, tenaga ahli dan tenaga terampil di Papua Barat masih sangat minim.
Di sisi lain, Papua Barat memiliki alokasi anggaran khusus yang bisa dimanfaatkan untuk menjawab persoalan tersebut.
"Keluhan dari para kontraktor di sini masalah kesiapan tenaga ahli. Tenaga ahli maupun tenaga terampil di Papua Barat masih minim sehingga harus mendatangkan dari Sulawesi dan Jawa," katanya.
Dia menyebutkan, dari kondisi tersebut menggambarkan bahwa peluang tenaga kerja terutama untuk tenaga ahli dan terampil di daerah tersebut masih cukup besar.
"Hal ini harus dimanfaatkan pemerintah daerah untuk menekan angka pengangguran. Namun, pemerintah harus berani mengeluarkan anggaran untuk menyiapkan SDM agar peluang pekerjaan ini tidak diambil oleh SDM dari luar," katanya lagi.
Dia menambahkan, dampak negatif dari keterbatasan SDM konstruksi sangat dirasakan para pelaksana konstruksi dan konsulitan di Papua Barat. Mereka sering kalah dalam tender proyek karena tidak memiliki tenaga ahli dan terampil yang dibutuhkan.
"Kondisi ini harus dilihat sebagai peluang dan tantangan. Peluangnya adalah ruang pekerjaan masih terbuka lebar, sementara tantangannya adalah kita dituntut untuk bisa menciptakan SDM untuk menjawab persoalan ini," ucapnya. (ant)