Empat Warga Itali Jadi Korban Tewas Serangan Nice
pada tanggal
Tuesday, July 19, 2016

Carla Gaveglio, Maria Grazia Ascoli, Gianna Muset dan Angelo D'Agostino meninggal, kata kementerian itu, tanpa memberikan keterangan lebih lanjut tentang mereka.
Pria kelima Italia, Mario Casati, diketahui meninggal pada Senin.
Dari Jerman dikabarkan, seorang guru dari Berlin dan dua muridnya termasuk di antara korban serangan truk pada pekan lalu di loka wisata Prancis Nice, yang menewaskan 84 orang, kata Kementerian Luar Negeri Jerman memastikan pada Selasa.
"Ketakutan kami sayangnya sekarang menjadi kepastian menyedihkan. Dalam serangan mengerikan di Nice pada pekan lalu, perempuan guru dan dua perempuan muridnya dari Berlin meninggal," kata pernyataan Menteri Luar Negeri Frank-Walter Steinmeier.
Dia menambahkan bahwa perempuan lain muridnya terluka dan dirawat. Jiwanya tidak dalam bahaya, kata Steinmeier.
Kementerian itu tidak menyebutkan nama korban tersebut.
Polisi menangkap seorang pria dan seorang wanita di kota Nice pada Minggu pagi terkait dengan serangan dalam perayaan Hari Bastille itu, kata sumber peradilan.
Pihak berwenang telah menahan tujuh orang atas pembunuhan itu, yang diakui dilakukan IS.
Pelaku, warga keturunan Tunisia berusia 31 tahun bernama Mohamed Lahouaiej Bouhlel, melaju menabrak kerumunan di kota Riviera pada Kamis malam. Ia mengemudikan truk dengan zig-zag sepanjang pinggir laut Promenade des Anglais sejauh dua kilometer saat pertunjukkan kembang api menandai berakhirnya peringatan hari nasional Prancis itu, hingga polisi menembaknya mati.
Petugas Prancis belum menghasilkan bukti bahwa ia berpaling ke kelompok keras. Namun, Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve mengatakan Bouhlel mungkin mengalami perubahan cepat.
Perdana Menteri Prancis Manuel Valls mengatakan, pria tersebut terkena radikalisasi.
Serangan Nice itu kembali membuat Prancis berduka dan ketakutan setelah delapan bulan lalu, Paris diserang sekelompok pria bersenjata, yang menewaskan 130 orang.
Serangan itu, serta satu lagi di Brussel empat bulan lalu, mengguncang Eropa barat, di tengah tantangan terkait kedatangan besar-besaran pengungsi, perbatasan terbuka serta kantong radikalisme. (ant)