-->

Umat Paroki St Stefanus Lakukan Ritual Adat Perdamaian

SAPA (TIMIKA) - Umat Paroki Santo Stefanus Sempan, pada Minggu (12/6) menggelar ritual adat perdamaian dengan melibatkan kelompok warga yang bertikai pada akhir April lalu. Prosesi ritual adat perdamain yang akan dilangsungkan di Gereja Paroki St Stefanus akan dipimpin langsung Pater Lambert Nita,OFM.

Pater Lambert Nita,OFM kepada Salam Papua mengatakan, tujuan diadakan ritual adat perdamian ini untuk dapat mempersatukan kembali kerukunan yang selama ini dibina lewat gereja. Selain itu, agar keamanan dan perdamaian selama ini terjalin dan pernah pecah akan kembali seperti biasa.

“Ritual adat perdamaian antara Suku Kei dan Suku Toraja ini sebelum dilaksanakan telah kami melakukan pertemuan bersama, sehingga prosesi ritual adat perdamaian ini dikakukan agar dapat mempersatukan kembali kerukanan dan persatuan yang selama ini dibina lewat gereja dan keimanan dari dua suku ini,” kata Pater, Rabu (8/6).

Dalam prosesi ritual adat ini, Pater menjelaskan, akan diawali dengan mengangkat sirih pinang oleh tua-tua adat. “Ritual adat perdamaian ini akan diawali dengan prosesi adat dengan tradisi mengangkat sirih pinang oleh tua-tua adat kepada leluhur, agar dapat merestui prosesi ritual ini selama berlangsung,” ujar Pater.

Dikatakan Pater, ritual adat perdamian ini berbeda dengan pelaksanaan ibadah seperti setiap minggunya. Karena dalam ritual ini akan dilaksanakan misa perdamaian, yang mana nantinya dari dua kelompok warga yang bertikai ini akan menggunakan pakaian adat mereka masing-masing.

“ Ritual adat ini akan berbeda dengan pelaksanaan ibadah seperti minggu biasanya. Karena dalam ritual adat ini juga akan dilaksanakan misa perdamaian. Dan untuk meramaikan ritual adat ini, masing-masing suku akan menampilkan pakaian adat mereka,” tutur Pater.

Pater berharap, dua kelompok warg yang bertikai dan sudah berdamai dapat mengikuti ritual adat perdamian ini. 

“Saya harapkan agar dalam prosesi adat ini kepada masyarakat Suku Kei dan Toraja agar hadir dalam misa ritual adat perdamaian, demi menjalin kembali keharmonisan dua suku ini,” harap Pater.(Maurits Sakbal)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel