Stop Sebar Fitnah Untuk Rebut Freeport Satu (F1)
pada tanggal
Thursday, June 2, 2016
![]() |
Janes Natkime, Komisaris SKH Salam Papua, Joe Manurung,Silas Natkime dan Yunus Omabak |
SAPA (TIMIKA) – Tiga tokoh masyarakat Amungme, Silas Natkime, Janes Natkime dan Yunus Omabak dengan tegas meminta pihak mana pun yang menyebar fitnah dan mencemarkan nama baik marga Natkime, Magal, Bokaleng, Omabak, Jamang dan Omaleng untuk stop melakukan itu. Kalau ingin mendapat kursi Freeport1 (Presiden Direktur-Red) atau uang dan emas, lakukanlah dengan cara-cara yang benar, sesuai aturan perusahaan serta norma hukum, agama, budaya dan adat istiadat.
“Tuhan kutuk oknum-oknum yang menyebar fitnah dan mencemarkan nama baik marga Natkime, Magal, Bokaleng, Omabak, Jamang dan Omaleng yang berdomisili di Kampung Waa, Banti dan sekitarnya,” kata Silas, didampingi Janes dan Yunus kepada Salam Papua, Senin (30/5).
Silas menjelaskan, Suku Amungme dan Kamoro adalah tuan rumah dari seluruh masyarakat yang saat ini datang dan bekerja di PT Freeport Indonesia (PTFI). “Kami adalah pemilik hak ulayat. Saudara-saudara kami yang dari Timur, Barat, Utara dan Selatan mari menyatu dengan kami, menciptakan yang terbaik. Jangan karena ada keinginan mendapat jabatan, emas dan uang, kita dengan kita baku makan, mencemarkan harga diri orang lain, mengorbankan, menjual nama dan memfitnah orang lain. Kita harus mengutamakan hati, hati satu dengan yang lain harus baik, harus ikuti norma-norma yang ada, baik itu agama, hukum, etika, budaya dan adat istiadat,” ujar Silas.
Silas menegaskan, siapa pun yang datang bekerja di Mimika, harus berlaku jujur, adil, menegakkan kebenaran, menjaga Papua sebagai zona damai dan tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat menciptakan konflik. Jangan menjual nama marga Natkime dan lain-lain untuk mengambil emas di Mile 72, 73 atau 74.
“Kami orang Amungme ini ingin kedamaian, Amungme netral dan tidak membenci siapa pun. Harus hormati dan hargai harga diri Amungme, siapa pun yang datang cari makan di sini harus hargai orang Amungme dan Kamoro. Kami sudah kasih tanah yang luas dari Grasberg sampai Portsite untuk semua. Kami sudah memberi kesempatan kepada orang asli Papua lain dan pendatang mencari nafkah di sini, jadi harus hargai dan sopan, hormati budaya kami, harus jaga hubungan kekeluargaan, jaga harmonisasi, jangan menciptakan konflik, jangan menjual nama, yang menghancurkan adat istiadat karena kepentingan kelompok, kepentingan pribadi. Kami orang Amungme ingin damai dengan siapa pun,” kata Silas.
Sementara Janes Natkime mengatakan, ada oknum-oknum tertentu yang mengatakan karena ada ketidakpuasan terhadap Freeport maka masyarakat Waa, Banti dan sekitarnya bertindak untuk mengambil produksi tambang atau ingin tutup tambang. “Ini adalah pernyataan yang tidak benar,” tegas Janes.
Tidak hanya itu, menurut Janes, ada juga yang mengatakan putra-putra daerah Waa Banti telah menuntut PT Freeport ke pengadilan sehubungan dengan masalah ganti rugi tanah ulayat.
“Pernyataan kami telah menggugat Freeport ke pengadilan itu tidak benar. Kami juga tidak ada niat untuk batalkan ijin penambangan Freeport. Maka orang-orang yang menyebarkan itu sekaligus mencemarkan nama baik klen dan marga yang berdomisili di Waa Banti dan sekitarnya, juaga di muara dan sekitarnya, untuk kepentingan pribadi harus dikutuk,” tegas Janes.
Janes mengatakan sudah waktunya anak-anak asli Amungme Kamoro memimpin Freeport. Kader-kader terbaik sendiri dari Freeport, pemilik hak ulayat, yang punya wawasan bagus, kemampuan memimpin, merangkul, mengerti tentang pertambangan, yang mau membangun Freeport dan masyarakat sudah saatnya dipercaya memimpin Freeport.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Yunus Omabak. “Anak-anak Papua, khusus Amungme Kamoro yang sudah siap harus diangkat pimpin Freeport. Kami yang punya gunung emas, jadi juga punya hak untuk pimpin Freeport,” kata Yunus.
Diakhir wawancara, tiga tokoh Amungme ini, Silas Natkime, Janes Natkime dan Yunus Omabak menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada SKH Salam Papua yang selama ini selalu mengakomodir, bahkan memberi prioritas kepada suara rakyat dan juga tokoh masyarakat Amungme untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah dan pihak lain.
“Terima kasih kepada Salam Papua. Kami akan selalu datang ke Salam Papua untuk menyampaikan aspirasi kami,” kata Yanes. Ketiga tokoh Amungme ini juga menyempatkan diri foto bersama Komisaris SKH Salam Papua, Joe Manurung. (yol)
“Tuhan kutuk oknum-oknum yang menyebar fitnah dan mencemarkan nama baik marga Natkime, Magal, Bokaleng, Omabak, Jamang dan Omaleng yang berdomisili di Kampung Waa, Banti dan sekitarnya,” kata Silas, didampingi Janes dan Yunus kepada Salam Papua, Senin (30/5).
Silas menjelaskan, Suku Amungme dan Kamoro adalah tuan rumah dari seluruh masyarakat yang saat ini datang dan bekerja di PT Freeport Indonesia (PTFI). “Kami adalah pemilik hak ulayat. Saudara-saudara kami yang dari Timur, Barat, Utara dan Selatan mari menyatu dengan kami, menciptakan yang terbaik. Jangan karena ada keinginan mendapat jabatan, emas dan uang, kita dengan kita baku makan, mencemarkan harga diri orang lain, mengorbankan, menjual nama dan memfitnah orang lain. Kita harus mengutamakan hati, hati satu dengan yang lain harus baik, harus ikuti norma-norma yang ada, baik itu agama, hukum, etika, budaya dan adat istiadat,” ujar Silas.
Silas menegaskan, siapa pun yang datang bekerja di Mimika, harus berlaku jujur, adil, menegakkan kebenaran, menjaga Papua sebagai zona damai dan tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat menciptakan konflik. Jangan menjual nama marga Natkime dan lain-lain untuk mengambil emas di Mile 72, 73 atau 74.
“Kami orang Amungme ini ingin kedamaian, Amungme netral dan tidak membenci siapa pun. Harus hormati dan hargai harga diri Amungme, siapa pun yang datang cari makan di sini harus hargai orang Amungme dan Kamoro. Kami sudah kasih tanah yang luas dari Grasberg sampai Portsite untuk semua. Kami sudah memberi kesempatan kepada orang asli Papua lain dan pendatang mencari nafkah di sini, jadi harus hargai dan sopan, hormati budaya kami, harus jaga hubungan kekeluargaan, jaga harmonisasi, jangan menciptakan konflik, jangan menjual nama, yang menghancurkan adat istiadat karena kepentingan kelompok, kepentingan pribadi. Kami orang Amungme ingin damai dengan siapa pun,” kata Silas.
Sementara Janes Natkime mengatakan, ada oknum-oknum tertentu yang mengatakan karena ada ketidakpuasan terhadap Freeport maka masyarakat Waa, Banti dan sekitarnya bertindak untuk mengambil produksi tambang atau ingin tutup tambang. “Ini adalah pernyataan yang tidak benar,” tegas Janes.
Tidak hanya itu, menurut Janes, ada juga yang mengatakan putra-putra daerah Waa Banti telah menuntut PT Freeport ke pengadilan sehubungan dengan masalah ganti rugi tanah ulayat.
“Pernyataan kami telah menggugat Freeport ke pengadilan itu tidak benar. Kami juga tidak ada niat untuk batalkan ijin penambangan Freeport. Maka orang-orang yang menyebarkan itu sekaligus mencemarkan nama baik klen dan marga yang berdomisili di Waa Banti dan sekitarnya, juaga di muara dan sekitarnya, untuk kepentingan pribadi harus dikutuk,” tegas Janes.
Janes mengatakan sudah waktunya anak-anak asli Amungme Kamoro memimpin Freeport. Kader-kader terbaik sendiri dari Freeport, pemilik hak ulayat, yang punya wawasan bagus, kemampuan memimpin, merangkul, mengerti tentang pertambangan, yang mau membangun Freeport dan masyarakat sudah saatnya dipercaya memimpin Freeport.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Yunus Omabak. “Anak-anak Papua, khusus Amungme Kamoro yang sudah siap harus diangkat pimpin Freeport. Kami yang punya gunung emas, jadi juga punya hak untuk pimpin Freeport,” kata Yunus.
Diakhir wawancara, tiga tokoh Amungme ini, Silas Natkime, Janes Natkime dan Yunus Omabak menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada SKH Salam Papua yang selama ini selalu mengakomodir, bahkan memberi prioritas kepada suara rakyat dan juga tokoh masyarakat Amungme untuk menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah dan pihak lain.
“Terima kasih kepada Salam Papua. Kami akan selalu datang ke Salam Papua untuk menyampaikan aspirasi kami,” kata Yanes. Ketiga tokoh Amungme ini juga menyempatkan diri foto bersama Komisaris SKH Salam Papua, Joe Manurung. (yol)