Pemerintah Harus Selesaikan Insiden di Kampung Netar dan Harapan
pada tanggal
Saturday, June 25, 2016
SAPA (JAYAPURA - Tokoh adat masyarakat Sentani, Kabupaten Jayapura, Agus Donald Ohee mengharapkan pemerintah segera mengambil langkah penyelesaian insiden pemalangan di sekitar Kampung Netar dan bentrok antarwarga di Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur yang terjadi pada Jumat.
"Saya kira kehadiran pemerintah dan instansi berwenang dalam persoalan siang tadi di dua kampung di Kabupaten Jayapura sangat diperlukan," katanya ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Papua, Jumat malam.
Aksi pemblokadean dengan menggunakan pagar besi, dahan pohon, balok dan batu di ruas jalan utama penghubung Kota dan Kabupaten Jayapura, bukan pertama kali terjadi sehingga merugikan banyak pihak.
"Lalu, aksi saling lempar dan kejar seperti di Kampung Harapan, bisa saja terjadi di kampung-kampung lainnya di Papua, jika pemerintah tidak segera turun tangan," katanya.
Akar persoalan yang memicu warga lakukan kedua aksi tersebut, menurut Agus yang juga Ketua Badang Musyawarah 7 Wilayah Adat Papua perlu diselesaikan, agar tidak terulang dan menyebar ke daerah lain.
"Kami semua tahu bahwa aksi pagi hingga siang tadi telah melumpuhkan aktivitas umum, pekerjaan terganggu, banyak penumpang yang akan berangkat ditunda dan yang utama ada korban materi serta jiwa," katanya.
Selain itu, lanjut Agus, peran para pemangku kepentingan seperti tokoh adat, tokoh masyarakat, ketua-ketua kerukunan serta para tokoh agama sangat diperlukan dalam meredam persoalan ditengah masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik horisontal.
"Jangan sampai persoalan ini membesar, kemudian aparat Polri dan TNI menjadi pemadam kebakaran. Lalu mulai menunjuk itu atau ini yang salah. Saran saya, para pemangku kepentingan segera buat pertemuan guna penyelesaian persoalan di kedua kampung tadi yang dimaksud," ujar Agus.
Seperti diberitakan sebelumnya, terjadi aksi blokade jalan di sekitar Kampung Netar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, tepatnya di kawasan yang biasa disebut "tikungan hati hilang" oleh sekelompok warga buntut dari insiden pada Kamis (23/6) malam.
Blokade jalan ini juga membuat antrean panjang di kedua ruas jalan yang menghubungkan Kota dan Kabupaten Jayapura, terutama warga yang akan ke Bandara Sentani.
Di tempat lain, tak jauh dari Kampung Netar, di Kampung Harapan terjadi bentrok antarwarga dengan cara saling lempar batu dan benda lainnya.
Dalam dua peristiwa itu dikabarkan belasan orang terluka dan sejumlah harta benda hancur, seperti mobil, motor dan rumah.
Kapolres Jayapura Kota,AKBP Marison Tober H Sirait telah menggelar patroli malam dan mengimbau agar peristiwa di Sentani, Kabupaten Jayapura tidak melebar ke Kota Jayapura.
"Saya imbau juga agar warga tidak mudah terpancing atau termakan isu peristiwa di tempat lain. Mari bersama menjaga keamanan dan kenyamanan hidup yang sudah terjaga dengan baik," imbaunya. (ant)
"Saya kira kehadiran pemerintah dan instansi berwenang dalam persoalan siang tadi di dua kampung di Kabupaten Jayapura sangat diperlukan," katanya ketika dihubungi dari Kota Jayapura, Papua, Jumat malam.
Aksi pemblokadean dengan menggunakan pagar besi, dahan pohon, balok dan batu di ruas jalan utama penghubung Kota dan Kabupaten Jayapura, bukan pertama kali terjadi sehingga merugikan banyak pihak.
"Lalu, aksi saling lempar dan kejar seperti di Kampung Harapan, bisa saja terjadi di kampung-kampung lainnya di Papua, jika pemerintah tidak segera turun tangan," katanya.
Akar persoalan yang memicu warga lakukan kedua aksi tersebut, menurut Agus yang juga Ketua Badang Musyawarah 7 Wilayah Adat Papua perlu diselesaikan, agar tidak terulang dan menyebar ke daerah lain.
"Kami semua tahu bahwa aksi pagi hingga siang tadi telah melumpuhkan aktivitas umum, pekerjaan terganggu, banyak penumpang yang akan berangkat ditunda dan yang utama ada korban materi serta jiwa," katanya.
Selain itu, lanjut Agus, peran para pemangku kepentingan seperti tokoh adat, tokoh masyarakat, ketua-ketua kerukunan serta para tokoh agama sangat diperlukan dalam meredam persoalan ditengah masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik horisontal.
"Jangan sampai persoalan ini membesar, kemudian aparat Polri dan TNI menjadi pemadam kebakaran. Lalu mulai menunjuk itu atau ini yang salah. Saran saya, para pemangku kepentingan segera buat pertemuan guna penyelesaian persoalan di kedua kampung tadi yang dimaksud," ujar Agus.
Seperti diberitakan sebelumnya, terjadi aksi blokade jalan di sekitar Kampung Netar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, tepatnya di kawasan yang biasa disebut "tikungan hati hilang" oleh sekelompok warga buntut dari insiden pada Kamis (23/6) malam.
Blokade jalan ini juga membuat antrean panjang di kedua ruas jalan yang menghubungkan Kota dan Kabupaten Jayapura, terutama warga yang akan ke Bandara Sentani.
Di tempat lain, tak jauh dari Kampung Netar, di Kampung Harapan terjadi bentrok antarwarga dengan cara saling lempar batu dan benda lainnya.
Dalam dua peristiwa itu dikabarkan belasan orang terluka dan sejumlah harta benda hancur, seperti mobil, motor dan rumah.
Kapolres Jayapura Kota,AKBP Marison Tober H Sirait telah menggelar patroli malam dan mengimbau agar peristiwa di Sentani, Kabupaten Jayapura tidak melebar ke Kota Jayapura.
"Saya imbau juga agar warga tidak mudah terpancing atau termakan isu peristiwa di tempat lain. Mari bersama menjaga keamanan dan kenyamanan hidup yang sudah terjaga dengan baik," imbaunya. (ant)