LGBT Sudah Terbentuk Sejak Janin
pada tanggal
Friday, February 12, 2016

Ia mengungkapkan alasan kaum homoseksual jumlahnya jauh lebih sedikit adalah karena, mereka tak bisa menurunkan sifatnya. Hal ini berbeda dengan manusia heteroseksual.
"Ini semua adalah variasi kehidupan. Kenapa orang homo lebih sedikit, ya mereka tidak bisa menurunkan sifatnya. Tapi dari sebagian keturunan homoseksual itu ada yang berorientasi ke homoseksual," kata Ryu di Kantor LBH Jakarta pada Selasa (9/2).
Lebih lanjut, dia menjelaskan, jika dilihat dari sudut pandang sains, fenomena ini bukan perkara jujur-tidak atau baik-buruk. Perilaku seseorang, kata dia, dikendalikan penuh oleh hormon yang ada dalam tubuh.
Dia mengungkapkan, pada awalnya semua manusia adalah perempuan saat berada dalam janin. Namun kemudian, terjadi perubahan atau diferensiasi. Sehingga, sebagian tetap menjadi perempuan dan sebagian lagi bergeser menjadi laki-laki.
"Yang memicu adalah impuls pada syaraf. Kenapa pada syaraf? Karena organ yang pertama kali terbentuk sebelum organ-organ (seks)," ujar Ryu.
Ia melanjutkan, sebelum organ seks terbentuk, otak sudah terbentuk. Sehingga, otak lah yang berperan mengatur pembentukan organisasi-organisasi di bawahnya. Adapun yang memicu otak bekerja demikian adalah lonjakan dari hormon testosteron.
"Kenapa? Itu peran kromosom Y. Adanya kromosom Y yang di dalamnya ada gen SRY. Itu yang memicu lonjakan testosteron pada minggu ke-8 usia janin manusia," imbuhnya.
Dari titik itu lah, lanjut Ryu, terjadi perubahan dari jenis perempuan ke laki-laki. Adapun setelah itu, terdapat proses maskulinisasi dan defeminisasi. Maskulinisasi adalah proses pembentukan karakter laki-laki dan defeminisasi adalah proses penghilangan karakter perempuan.
"Nah, ada yang maskulinisasinya berjalan, tapi defeminisasinya tidak berjalan dengan baik," paparnya. Hal inilah yang kemudian memunculkan adanya homoseksual.
Untuk itu kata Ryu LGBT bukan suatu kelainan atau penyakit. "LGBT bukan penyakit. Dulu kita melihatnya sebagai kelainan, sekarang variasi kehidupan saja. Dalam biologi, enggak ada yang enggak normal. Semua hanya variasi," kata Ryu.
Ryu menjelaskan, bakat seseorang menjadi lesbian, gay, biseksual, ataupun transjender sebenarnya sudah terbentuk sejak ia menjadi janin di dalam kandungan.
Terbentuknya jenis kelamin, jender, dan orientasi seksual merupakan proses yang terpisah, meski saling berkaitan. Hal ini menyebabkan ada orang dengan jenis kelamin laki-laki, tetapi jendernya belum tentu maskulin, dan orientasi seksualnya belum tentu ke perempuan.
Ryu juga mengungkapkan, seseorang yang berkromosom XX belum tentu berjenis kelamin perempuan, demikian halnya kromosom XY yang belum tentu berjenis kelamin laki-laki. Fakta biologisnya, menurut Ryu, terjadi banyak variasi genetik, baik kromosom hilang maupun berlebihan.
LGBT pun memiliki variasi struktur otak yang berbeda-beda dan sulit untuk diubah.
Jika LGBT disebut sebagai variasi kehidupan, mengapa jumlahnya lebih sedikit? Ryu mengatakan, hal itu terjadi karena seseorang yang homoseksual tidak bisa menurunkan sifatnya, berbeda dengan mereka yang heteroseksual dan memiliki keturunan.
Menurut Ryu, semua pada akhirnya kembali pada pilihan hidup masing-masing dan kenyamanan seseorang. "Misalnya, saya suka main drum, ada bakatnya. Saya pilih main drum daripada gitar, boleh-boleh saja, kan?" katanya.(kps)