-->

Wanita Muda Meninggal Setelah Terapi Chiropractic


SAPA (JAKARTA) – Awal Agustus 2015 menjadi hari yang paling memilukan bagi Alfian Helmy dan keluarganya. Tepatnya pada 7 Agustus 2015, untuk terakhir kalinya Alfian melihat wajah putri keempatnya, Allya Siska Nadya, yang akrab disapa Siska.

Siska yang lahir di Bandung, 28 Desember 1982 itu meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Jakarta Selatan setelah sebelumnya menjalani terapi di klinik Chiropractic di kawasan Pondok Indah.

Afian menceritakan, mulanya Siska mengeluhkan nyeri pada leher dan tulang belakangnya. Menurut dia, keluhan itu mungkin saja muncul karena Siska selalu menenteng bawaan berat, yakni tas berisi laptop. Siska pun sempat menjalani fisioterapi atau sekedar pijat.

Setelah sembuh, ia kembali bekerja seperti biasa. Namun, keluhan pada bagian tulang belakang muncul lagi setelah beberapa bulan kemudian.

Siska berencana pergi ke Perancis untuk meneruskan pendidikan S2 pada 18 Agustus 2015. Sebelum berangkat, ia ingin mengatasi masalah pada tulang belakangnya terlebih dahulu.

“Lalu dia bilang sama mamanya, kepengin kalau ke sana (Perancis) sudah enggak punya keluhan lagi. Jadi dia mau pengobatan dulu di sini (Jakarta) biar bisa fokus belajar nanti,” terang Alfian.

Pilihan pengobatan pun jatuh pada terapi Chiropractic. Pada 5 Agustus 2015, Siska mendatangi klinik terapi chicopractic di kawasan Pondok Indah karena berada tak jauh dari rumahnya. Siska menjalani konsultasi terlebih dahulu dan bertemu dengan dokter asing Randall Caferty.

Setelah konsultasi itu, menurut Randall, Siska perlu menjalani terapi sebanyak 40 kali dengan membayar Rp 17 juta. Namun, Siska menolak karena ia harus berangkat ke Perancis pada 18 Agustus 2015. Akhirnya, Randall menawarkan paket terapi 40 kali menjadi dilakukan dua kali sehari.

Dengan anggapan Randall adalah dokter yang ahli, Siska pun percaya dan menyetujui untuk menjalani terapi.
Keesokan harinya, pada 6 Agustus 2015, Siska kembali ke klinik pukul 13.00 untuk menjalani terapi chiropractic dan telah membayar biaya Rp 17 juta. Sore harinya, Siska kembali terapi dengan ditemani ibunya.

Alfian mengatakan, terapi itu dikerjakan langsung oleh Randall. Sang ibu pun sempat terkejut melihat bagaimana terapi dilakukan sangat singkat.

“Mamanya waktu lihat pengerjaanya sudah terkejut. Dia (siska) ditengkurepin, terus datang si Randall ngangkat dia punya kepala dan puter ke kiri, ke kanan, kretek, kretek. Lalu diambil dipinggulnya, puter ke kiri, ke kanan. Prosesnya paling 5 menit saja,” terang Alfian.

Alfian pun saat itu menjemput istri dan anaknya di klinik. Sekitar pukul 20.00, mereka tiba di rumah. Alfian melihat sedikit perubahan pada Siska saat itu.

“Dia diam enggak seperti biasanya, seperti ada sesuatu. Dia karakter anaknya selagi dia bisa tahan, dia tahan (sakit). Dia enggak mau ngerepotin orang,” lanjut Alfian.

Sekitar pukul 11 malam, Siska meringis kesakitan pada bagian lehernya. Baru kali ini Alfian melihat putri bungsunya terlihat kesakitan luar biasa. Siska pun langsung dilarikan ke UGD di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) pada tengah malam itu.

Alfian mengungkapkan, berdasarkan catatan medis tim dokter di RSPI, Siska juga mengalami kesemutan pada bagian leher hingga lengan dan bagian belakang lehernya membengkak. Diduga ada pembuluh darah yang pecah.

Untuk memastikannya harus segera dilakukan MRI. Sayangnya, Siska sempat kehilangan kesadaran dan denyut jantungnya melemah sehingga MRI tak bisa segera dilakukan jika kondisi tidak stabil.

Dalam kondisi itu, sekitar pukul 06.00, dokter menyatakan Siska sudah tiada.  Keluarga pun harus merelakan kepergian Siska yang telah pergi dalam waktu singkat.

Tempuh jalur hukum

Alfian tak pernah menyangka, Siska meninggal dunia hanya awalnya karena masalah di tulang belakang. Keluarga pun melaporkan kasus dugaan malpraktik oleh dokter asing ke Polda Metro Jaya pada 12 Agustus 2015.

Saat itu, Randall sudah dua kali dipanggil untuk dimintai keterangannya oleh pihak kepolisian. Namun, ia tak pernah memenuhi panggilan dan diketahui sudah kembali ke negara asalnya di Amerika Serikat. Randall diduga tak memiliki izin praktik di Indonesia.

Alfian berharap, pihak berwenang bisa memberikan pengawasan lebih atau peraturan yang ketat mengenai kompetensi dokter maupun terapis yang berpraktik. Alfian juga mengingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih pengobatan.(Kps)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel