Ucapan Syukur Sejati
pada tanggal
Monday, January 25, 2016
Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. (Ibrani 13:15)BANYAK orang yang mengerti bahwa sebagai umat yang percaya kepada Tuhan, mereka sudah seharusnya menaikkan ucapan syukur kepada Tuhan. Sayangnya, ada orang yang keliru dalam mengucap syukur, yang membuat mereka tidak makin dekat pada Tuhan, tapi justru sebaliknya.
Hal inilah yang terjadi pada orang Farisi dalam Luk 18:11-12 (Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.)
Orang Farisi ini mengucap syukur pada Tuhan, tapi tanpa ia sadari sebenarnya ia hanya memuji dan meninggikan dirinya sendiri serta membanggakan diri atas apa yang ia lakukan bagi Tuhan.
Hal ini harus kita waspadai, karena secara naluri sebagai manusia kita memiliki kecenderungan untuk membanggakan diri dan merendahkan orang lain. Tetapi jika kita hendak mengucap syukur, mari kita memberikannya dengan benar. Ibrani 13:15-16 dengan jelas menuliskan bahwa korban syukur adalah ucapan dan perbuatan yang berkenan pada Tuhan dan untuk kemuliaan namaNya.
Sebenarnya, kehidupan orang Farisi itu sudah baik, dia tidak melakukan kejahatan, rutin berpuasa, dan setia mengembalikan perpuluhan. Hanya ia melupakan satu hal, yaitu: mengembalikan semuanya bagi kemuliaan nama Tuhan. Bila kita memiliki kehidupan yang diberkati, jangan terlena karenanya, tapi naikkan senantiasa ucapan syukur yang sejati, karena hanya bagi Dialah segala puji, hormat, segala kemuliaan sampai selama-lamanya.
Banyak orang percaya sekarang ini enggan bersaksi di kebaktian. Alasannya sederhana, acapkali kesaksian mereka dianggap salah satu bentuk kesombongan rohani. Bahwa ada orang-orang yang menggunakan ruang kesaksian untuk menyombongkan diri memang tidak dapat disangkal. Tetapi janganlah preasumsi negative tersebut menghalangi kita untuk bersaksi. Sebab bagaimana pun juga kita harus terus bersaksi tentang kemurahan Tuhan yang berlaku atas kita sebagai bentuk ucapan syukur kita.
Ketika Allah menolong, memulihkan, melepaskan atau menyembuhkan kita, sesungguhnya itu dilakukan juga untuk orang lain. Selain terutama untuk kita tentu saja. Alkitab mencatat dalam Kisah pasal 3, akibat dari mujizat si lumpuh berjalan dan melompat-lompat, seluruh rakyat Yerusalem yang menyaksikan mujizat tersebut memuji Allah. Allah ingin kesaksian kita juga menggugah orang untuk bertobat dan hidup dalam takut akan Allah.
Jadi bersaksi itu penting untuk kita lakukan. Pertama-tama sebagai bentuk ucapan syukur atas pertolongan Tuhan kepada kita. Kedua, kesaksian kita adalah salah satu alat Allah untuk menjamah hati jemaat agar mereka senantiasa hidup dalam takut akan Allah. Mungkin dapat dikatakan pula bahwa orang yang tidak mau bersaksi akan kemurahan Tuhan yang berlaku adalah orang yang tidak tahu bersyukur. Beberapa di antara Anda pasti ada yang mengernyitkan alis ketika membacanya. Tetapi itulah faktanya. Adakah gunanya, kesaksian sebagai bentuk ucapan syukur kita ucapkan di dalam hati saja?
Hari ini, bila Anda menghadiri pertemuan ibadah dan Roh Kudus mendorong Anda untuk bersaksi. Majulah dengan berani. Jangan terlalu banyak pertimbangan dan kekhawatiran. Bukan pada kata-kata indah dan tersusun rapi, kesaksian kita baru dapat disebut berguna. Tetapi ucapan syukur yang keluar dari hati kepada Allah apa adanya, itulah yang akan jadi alat efektif Allah melawat umatNya. Itulah ucapan syukur yang berkenan kepada Allah.
Roh Kudus, karyaMu besar atas hidupku. Mampukanlah aku bersaksi akan semua karyaMu, agar orang lain juga mendapat lawatan yang sama sepertiku. Ajar kami senantiasa bersyukur kepadaMu Tuhan, dengan ucapan syukur yang mempermuliakan namaMu. Amin. (***)
