-->

SSSB Belanda Seleksi Siswa Ambon

SAPA (AMBON)  - Yayasan Stichting Sekolah Sepak Bola (SSSB) Belanda melakukan seleksi terhadap 400 siswa untuk dilatih di Ambon. Seleksi dilakukan melalui kompetisi antarusia 6-12 tahun yang berLangsung di Lapangan Mandala Remaja Karang Panjang Ambon, Jumat (15/1).

Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy mengapresiasi kerja sama antara Yayasan SSSB Belanda dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku dan Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon.

"Kerja sama ini diharapkan menjadi embrio untuk memilih anak Ambon yang berbakat guna dibina melalui konsep pembinaan jangka panjang," katanya.

Richard menegaskan, kerja sama tersebut merupakan program jangka panjang, di mana Yayasan SSSB melakukan berbagai persiapan pembentukan sekolah sepak bola tersebut tanpa meminta bantuan dari pemerintah.

"Yang menjadi masalah adalah penggunaan stadion Mandala Remaja untuk kegiatan latihan dan seleksi ini harus membayar sewanya. Saya meminta Pemprov Maluku untuk meminjau ulang, agar setiap kegiatan olah raga tidak dipungut biaya sewa lapangan," tandasnya.
Menurut Richard biaya sewa lapangan jauh lebih mahal sehingga berdampak kurang baik terhadap proses pembinaan olah raga di ibu kota provinsi Maluku tersebut.

Ketua SSSB Belanda Eric Reynders menyatakan kehadiran timnya di Maluku untuk membuka sekolah bola di Ambon, di mana tahap awal melakukan seleksi siswa usia 6-12 tahun dari 10 sekolah untuk mengikuti kompetisi.

Setiap sekolah mengutus 40 siswa masing-masing 10 siswa usia enam tahun, tujuh tahun, delapan tahun, serta sembilan hingga 10 tahun dan 11-12 tahun.

Selanjutnya tim Belanda akan memilih siswa yang memiliki kemampuan olah raga sepak bola yang nantinya akan dilatih di SSBB.
"Kami berada di Ambon untuk membuka sekolah sepak bola dengan tujuan melatih dan membina siswa-siswa berbakat di daerah ini," katanya.

Eric menambahkan, pihaknya tertarik dengan talenta muda pesepak bola di Maluku untuk dilatih secara berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan prestasi sepakbola Maluku di masa mendatang.

"Saat kunjungan liburan ke Indonesia khususnya di Maluku, kami melihat anak-anak sekolah dasar usia 6 tahun - 11 tahun tidak melakukan aktifitas sepak bola di lapangan besar maupun lingkungan perumahan," katanya.

Sekolah sepak bola yang dibuka di Ambon tidak berbentuk asrama untuk menampung para siswa, tetapi menyiapkan dan membina para siswa usia 6 - 11 tahun yang memiliki talenta di cabang olah raga tersebut.

"Pengertian SSBB bukan asrama untuk menampung anak-anak. Anak tinggal di rumah masing-masing dan bersekolah seperti biasanya dan hanya menggunakan waktu istirahat untuk berlatih," ujar Eric. (ant)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel