Penobatan Paku Alam X Diringi Tari Bedhaya Angron Akung
pada tanggal
Friday, January 8, 2016
SAPA (YOGYAKARTA) - Tarian klasik ciptaan Paku Alam II yang diberi nama Tari Bedhaya Angron Akung mengiringi proses penobatan Adipati Kadipaten Pakualaman Kanjeng Gusti Aryo Adipati (KGPAA) Paku Alam X. Tarian tersebut ditampilkan seusai Paku Alam X menyampaikan sabda di Bangsal Sewatama Kadipaten Pakualaman, Kamis, 7 Januari 2016.
Tarian tersebut diciptakan Paku Alam II yang hidup pada 1829-1858. Kemudian disempurnakan oleh Paku Alam VIII yang hidup pada masa 1937-1998. Tampak tujuh perempuan menarikan tarian yang berdurasi lebih dari 15 menit itu. Mereka mengenakan kain kemben atau sebatas dada dan berselendang merah.
“Tarian itu khusus ditarikan saat jumenengan. Penyempurnaan tarinya diambil dari naskah perpustakaan di Pakualaman,” kata Ketua I Panitia Jumenengan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Indrokusumo saat konferensi pers pada 4 Januari 2016.
Tarian itu menceritakan kisah Panji Inu Kertapati yang tengah menyamar untuk mencari Dewi Anggraeni. Adapun Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Bawono Kasepuluh tampak hadir dan duduk berdampingan dengan permaisurinya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas.
Sultan terlihat berbincang dengan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang duduk bersebelahan dengan Hemas. Megawati datang didampingi anaknya, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani yang mengenakan kebaya warna putih.
Beberapa tamu penting lainnya yang hadir adalah Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, juga Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Tamu lainnya adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo serta sejumlah raja dari Cirebon, Jawa Barat, dan Karangasem, Bali. (Ant)