-->

Pencurian 9 Kapal jadi Modus Hindari Pajak


SAPA (JAKARTA) -Sebanyak 9 kapal pencuri ikan yang ditahan di Pelabuhan Timika, dibawa kabur 39 anak buah kapal (ABK) asal China. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, aksi pencurian kapal asal China itu merupakan modus untuk lari dari tanggung jawab membayar pajak.

Susi mengatakan, sebelumnya pihaknya juga telah membahas penahanan 9 kapal pencuri ikan itu dengan Duta Besar (Dubes) China dan pihak agen kapal sebelum peristiwa pencurian itu terjadi. Susi menyampaikan kepada Dubes China dan pihak agen bahwa 9 kapal itu boleh pulang setelah melunasi tunggakan pajak dan deregistrasi, salah satunya dengan mengganti bendera kapal.

"Saya bilang uruskan deregistrasi, bayar kewajiban pajak dan sebagainya lalu pulang," ujar Susi ditemui di Istana Presiden, Jakarta, Selasa (12/1).

Namun, Susi justru mendapat laporan 9 kapal itu dibawa kabur 39 ABK asal China. Susi menerima laporan saat Tahun Baru, 1 Januari 2016.

"Modus untuk kabur tanpa menyelesaikan kewajiban kepada negara. Kewajiban pajak kan ada tiap tahun, bertahun-tahun mereka nggak bayar," kata Susi

Kini, setelah peristiwa pencurian itu, Susi memperketat pengamanan kapal-kapal yang ditangkap dan ditahan di pelabuhan.
"Kita sekarang perketat semua, mereka tidak boleh pergi-pergi begitu saja," kata Susi.

Kapal yang dicuri itu memiliki bobot rata-rata 300 gross ton (GT). Menurut Susi, peristiwa pencurian kapal itu bisa terjadi dalam kondisi pengamanan yang sedang longgar.

Sebelumnya ia menyatakan kegeramannya karena kaburnya 9 kapal pencuri ikan merupakan buah kelalaian aparat keamanan yang menjaga kapal tersebut. Selain itu, kejadian tersebut juga dinggap sebagai pelanggaran serius China atas kedaulatan Indonesia.

"Kita akui ini keteledoran aparat kita yang dalam hal ini kurang memberi perhatian. Apa yang dilakukan ABK Tiongkok sangat tidak menghormati negara kita," ujar Susi saat konferensi pers di kantornya, Jalan Ridwan Rais, Jakarta, Senin (11/1).

Lalu, kenapa 9 kapal yang sedang ditahan itu justru bisa dibawa kabur? Menurut Susi, 9 kapal yang dibawa kabur itu luput dari pengamanan karena lokasinya jauh dari pelabuhan.

"Pertama, kapal-kapal itu ditempatkan di perairan yang memudahkan bagi kapal melarikan diri. Itu jauh dari pelabuhan dan pos pengamatan," terang Susi.

Kedua, ada 31 ABK asal China yang datang ke lokasi penahanan kapal. Mereka datang membantu 8 ABK lainnya yang telah lebih dulu di lokasi untuk menjaga kapal.

Menurut Susi kehadiran 31 ABK itu sengaja memanfaatkan situasi pengamanan di lokasi penahanan kapal yang longgar.

"Mereka memilih datang menjelang Natal dan tahun baru, juga saat kunjungan Presiden Jokowi ke Papua. Ini bukan kebetulan, tapi dipilih waktu saat aparat pengawas dikerahkan mengamankan kepala negara," papar Susi.

Dia menuturkan, dirinya sudah mendeteksi keberadaan 9 kapal tersebut, yang kini dalam perjalanan 'pulang' ke China lewat Papua Nugini.

"Hasil pantauan AIS (automatic identification system) pada 10 Januari pukul 12.00 9 kapal tersebut ada di perairan barat Pulau Manus, Papua Nugini. Diduga kapal-kapal itu sedang menuju China melalui jalur Laut China Selatan bagian Filipina," tutupnya. (dtc)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel