-->

Mengenal Carl Icahn, Pemegang Saham Terbesar Freeport McMoRan.Inc

SAPA (JAKARTA) - Carl Celian Icahn secara mengejutkan menjadi perbincangan hangat di Indonesia di penghujung tahun 2015, menyusul mundurnya Direktur Utama sekaligus pendiri Freeport McMoran Inc, James Bob Moffett, dari jabatannya mulai Kamis, 31 Desember 2015.

Dilansir The New York Times, Selasa, 29 Desember 2015, keputusan pengunduran diri Moffett, yang dikenal dengan nama Jim Bob, dianggap menjadi langkah yang tepat untuk mengembalikan kepercayaan investor, sebagai akibat saham Freeport yang terus anjlok dari titik tertinggi US$ 60 menjadi menjadi US$6,86 pada Senin 28 Desember 2015. Perusahaan juga melaporkan kerugian US$3,8 miliar pada kuartal ketiga.  

Saham Freeport terus anjlok hingga 80 persen sejak perusahaan melakukan akuisisi perusahaan minyak pada 2012. Seperti diketahui, Freeport menggelontorkan US$20 miliar untuk mengakuisisi Plains Exploration & Production dan menggabungkan dengan Mcmoran Exploration. Sebagian pendanaan berasal dari pinjaman.

Situs berita CNBC, pada Agustus lalu melaporkan, perusahaan penambang emas dan tembaga terbesar di dunia, Freeport McMoRan Inc sebagian besar sahamnya ternyata milik Carl Icahn. Icahn dilaporkan memiliki 88 juta (8,8 persen) saham dari perusahaan penambang ini.  Dengan kepemilikan saham tersebut, Icahn menjadi pemegang saham terbesar perusahaan tersebut. Kehadiran Icahn sebagai pemilik saham baru membawa misi perubahan yang serius di tubuh Freeport. Salah satunya, menekan Moffett agar mengundurkan diri dari jabatannya.

Carl Icahn adalah tokoh bisnis terkemuka Amerika Serikat yang berangkat dari seorang trader di pasar saham. Beliau adalah pendiri dan pemilik saham mayoritas perusahaan investasi besar Icahn Enterprises. Pada tahun 2008 nama Carl Icahn masuk dalam urutan 46 daftar orang terkaya dunia versi majalah Forbes. Ia dikenal sebagai negosiator ulung dalam melakukan transaksi besar. Di Wall Street ada istilah "Icahn Lift" untuk menyebut trend harga saham yang berbalik naik ketika Carl Icahn mulai membeli saham perusahaan tersebut.

Lahir di Brooklyn dan tumbuh di Queens, New York, Carl Icahn mengenyam pendidikan ilmu filosofi di Princeton University dan sempat kuliah di Fakultas Kedokteran New York University's School of Medicine. Ia kemudian bekerja di perusahaan broker saham Dreyfus & Company selama 7 tahun sebelum trading options dengan modal sendiri di New York Stock Exchange (NYSE). Tak lama kemudian ia mendirikan Icahn & Co., sebuah perusahaan sekuritas yang fokus pada resiko arbitrase dan options trading.

Pada akhir tahun 1970-an, Icahn mulai melakukan pembelian dalam jumlah besar pada saham-saham tertentu. Dengan negosiasi yang cukup alot, pada tahun 1985 perusahaannya berhasil mengambil alih TWA. Menyusul kemudian beberapa perusahaan besar seperti RJR Nabisco, Texaco, Phillips Petroleum, Western Union, Gulf & Western, Viacom, Revlon, Fairmont Hotels, Blockbuster, Kerr-McGee, Time Warner dan Motorola. Tahun 2013 Icahn juga membeli sebagian saham Herbalife, sebuah perusahaan supplement makanan.

Icahn tidak mengenal pensiun. Ketika wawancara dengan Time Magazine, Icahn mengatakan bahwa ia tetap kompetitif dan tak ingin pensiun dengan hanya bermain golf di Florida. "Saya ingin memperoleh profit. Tak ada yang salah dengan itu, dan itulah yang ingin saya lakukan, dan saya menikmatinya." kata Icahn yang pada Pebruari 2013 memperoleh penghargaan sebagai salah seorang dari 40 hedge fund manager yang berpenghasilan tinggi itu.

Strategi investasi Icahn adalah mengincar perusahaan yang nilai sahamnya ditaksir dibawah harga normalnya (undervalued).  Icahn kemudian melakukan akumulasi saham hingga jumlahnya mencukupi untuk mengincar posisi pada jajaran direksi. Biasanya ia melakukan penggantian CEO atau memecah perusahaan tersebut menjadi beberapa bagian dan menjualnya secara terpisah. Dengan caranya ia berhasil meyakinkan para investor untuk membeli saham tersebut hingga harganya terus naik.

Boleh jadi nama Icahn kurang begitu terkenal jika dibandingkan Bill Gates, Warren Buffet atau miliarder lain di dunia. Yang pasti Icahn adalah salah satu orang terkaya di dunia. Dari data yang dirilis Forbes, Icahn adalah orang terkaya dunia nomor 31, dan di Amerika, pria berumur 79 ini adalah yang terkaya ke-20.

Dikutip dari Forbes, Minggu (13/12/2015), kekayaan pria yang kini menetap di New York ini mencapai US$ 20,3 miliar, atau jika dirupiahkan bisa mencapai Rp 282,4 triliun dengan kurs Rp 13.914/dolar.

Selain membeli saham Freeport,  dia juga membeli 5,5 juta saham internet video service provider, Netflix di 2012.  Dia membeli sekitar 10 persen dari total saham perusahaan itu. Dia juga membeli saham produsen ponsel dan gadget, Apple Inc. Dan masih banyak jajaran perusahaan besar yang di dalamnya terdapat nama Icahn sebagai pemegang saham.

Selain hobinya berinvestasi, Icahn juga adalah seorang filantropis alias dermawan. Salah satu buktinya adalah Icahn Stadium di New York adalah pemberiannya. Juga Icahn Center dan program beasiswa di Choate Rosemary Hall, sekolah di wilayah Connecticut Amerika Serikat.  Icahn juga dikenal sebagai donatur beberapa yayasan pendidikan dan riset kesehatan di New York.

Sepak terjang Icahn memang tak perlu dipertanyakan lagi. Dia telah memiliki bukti keberhasilan mengatasi perusahaan di sektor energi yang sedang bermasalah. Pada 2012, Icahn berhasil mengatasi permasalahan di perusahaan energi besar, Chesapeake Energy, dalam waktu satu tahun dengan melakukan perubahan manajemen.

Sebagai pemegang saham baru, Carl Icahn sudah menempatkan dua direktur di Freeport dan berniat merombak kembali jajaran manajemen perusahaan tambang itu. Menurut dia cost control & spending, termasuk gaji dan bonus petinggi-petinggi di Freeport perlu diperbaiki atau diturunkan sesuai nilai saham dan tambang yang menurun.

Pada Agustus lalu, Freeport McMoRan mengumumkan rencana efisiensi besar-besaran yang mencakup pemotongan belanja, produksi, dan sekitar 10 persen dari tenaga kerjanya. Freeport juga akan mempertimbangkan alternatif strategis pada bisnis minyak dan gasnya.
Pengganti Moffett, Gerald J Ford, yang sebelumnya adalah Direktur Independen Freeport diyakini akan menghadapi sejumlah tantangan yang cukup serius. Namun langkah besar yang diputuskan Freeport McMoRan ini diyakini investor akan membawa perubahan positif bagi perusahaan. (*/l6c/yol)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel