Ilmuwan Amerika Temukan Galaksi Baru Bernama IDCS 1426
pada tanggal
Friday, January 15, 2016

SAPA (JAKARTA) - Gugusan galaksi raksasa bernama IDCS J1426.5+3508, atau yang disingkat IDCS 1426 baru-baru ini ditemukan oleh tim ilmuwan. Tidak tanggung-tanggung, gugusan galaksi ini memiliki berat yang luar biasa, bahkan mencapai 500 triliun kali matahari.
Tim ilmuwan yang dipimpin oleh Mark Brodwin dari University of Missouri ini pun sangat antusias untuk meneliti gugusan galaksi ‘bongsor’ ini.
"Kami sangat melampaui batas dengan penemuan ini," ungkap Brodwin.
Sebelumnya, ilmuwan tidak pernah menemukan gugusan galaksi lainnya yang sejenis IDCS 1426 yang merupakan sebuah gugugan galaksi muda, namun ‘bongsor’.
Letak gugusan galaksi ini juga memang begitu jauh, yaitu sekitar 10 miliar tahun cahaya dari bumi. Hal ini pun berarti usianya baru mencapai 3,8 miliar tahun ketika tim astronomi melakukan observasi terhadapnya.
"Sebagai salah satu strukstur raksasa terdahulu yang terbentuk di alam semesta, gugusan ini memberikan standar tinggi untuk teori yang dapat menjelaskan bagaimana gugusan galaksi berevolusi," tambahnya.
Ilmuwan pertama kali berhasil mengidentifikasi galaksi raksasa ini menggunakan teleskop antariksa Spitzer di tahun 2012. Selanjutnya, penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan teleskop antariksa Hubble, serta observatorium Keck dan observatiorium sinar X Chandra.
IDCS 1426 yang merupakan kumpulan dari ratusan, bahkan ribuan galaksi ini adalah salah satu objek terbesar di alam semesta, di mana diperkirakan membutuhkan waktu beberapa miliar tahun untuk bisa terbentuk.
"Mereka terlihat seperti kota-kota di luar angkasa, di mana galaksi-galaksi ini terletak saling berdekatan. Di alam semesta, bila anda melihat sebuah gugusan galaksi, anda pada dasarnya akan melihat mereka semua karena mereka terlihat mirip satu dengan yang lainnya," kata Michael McDonald dari Massachusetts Institute of Technology.
Meskipun ilmuwan baru pertama kali menemukan jenis gugusan galaksi seperti ini, namun fenomena penggabungan galaksi yang diperkirakan menjadi latar belakang pembentukkan IDCS 1426 adalah hal yang lumrah terjadi di alam semesta, sebagaimana diungkapkan McDonald.
"Sepertinya penggabungan tersebut telah menjadi hal yang penting dari pembentukan gugusan yang begitu cepat," jelas McDonald.
Hasil observasi menunjukkan bahwa massa gugusan galaksi ini ternyata 90 persen didominasi oleh ‘materi gelap’, sebuah materi ‘misterius’ yang berhasil terdeteksi melalui tarikan gravitasnya pada materi normal yang terdiri dari atom.
Ilmuan pun menggunakan cara unik yang dikenal dengan lensa gravitasi untuk bisa 'menimbang' galaksi raksasa ini.
Dengan menganalisa data optik yang digunakan untuk menentukan jumah cahaya yang membelok di sekitar gugusan sebagai dampak dari gravitasi. Semakin besar ukuran gugusan galaksi, maka semakin besar gaya gravitas yang dihasilkan sehingga semakin banyak pula cahaya yang dibelokkan.
Sementara, data hasil pemeriksaan menggunakan sinar x dari observatorium Chandra menunjukkan bahwa gugusan galaksi ini diketahui memiliki suhu tinggi yang menjadikannya galaksi semakin memuai.
Sementara, hasil penemuan ini pun menjadi salah satu suatu bahan pembelajaran penting bagi para ilmuan untuk bisa memahami alam semesta beserta proses pembentukannya.
"Gugusan galaksi ini terlihat seperti lokasi konstruksi, berantakan, berisik, dan kotor, serta banyak yang masih tidak lengkap. Dengan melihat ketidaklengkapan ini, kami dapat mempelajari bagaimana sebuah gugusan galaksi bertumbuh," tambah McDonald.
Tim ilmuwan pun berharap bisa mendapatkan penglihatan yang lebih jelas dari IDCS 1426 setelah teleskop antariksa James Webb akan diluncurkan. Teleskop inframerah yang 100 kali lebih sensitif daripada teleskop Spitzer yang pertama kali berhasil menemukannya di antariksa.
Mereka pun berencana untuk mengidentifikasi galaksi-galaksi pembentuk IDCS 1426 lebih lanjut.(Cnn)