Bulog Merauke Datangkan 5.000 Ton Beras
pada tanggal
Wednesday, January 27, 2016
SAPA (MERAUKE) – Antisipasi krisis pangan di wilayah selatan Papua akibat turunnya produksi beras tahun 2015/2016, Bulog mendatangkan (move) beras 5.000 ton dari Provinsi Jawa Timur (Jatim).
“Penyerapan beras tahun 2015 tak maksimal karena kemarau. Lalu musim tanam 2015/2016 bergeser juga karena kemarau. Otomatis kita bergerak dari luar untuk stok 5 kabupaten,” terang Kepala Bulog Sub Divre Merauke, Zulkarnaen Nurdin kepada Salam Papua, Senin (25/1).
Ia katakan, beras Jatim ini didatangkan dari daerah Ponorogo sebanyak 2.000 ton, Surabaya Utara 2.000 ton dan Surabaya Selatan 1.000 ton.
Beras 5.000 ton itu untuk kebutuhan 3 bulan ke depan, terhitung Februari hingga April. Beras itu akan mengantisipasi krisis pangan pada 5 kabupaten wilayah kerja Bulog Merauke.
“Laporan BMKG bahwa el nino kuat hingg Maret 2016. Makanya kita laporkan ke pusat, dan pusat memberikan kuota kita 5.000 ton untuk 5 kabupaten,” terangnya.
Menurutnya, saat ini beras asal Jatim yang sudah masuk sekitar 500 ton, sedang sisanya masih dalam proses pengiriman bertahap.
“Kebutuhan 5 kabupaten itu setiap bulan 1.800 ton. Nanti kita lihat lagi perkembangannya, apakah akan didatangkan lagi? Itu kebijakan pusat,” ujarnya.
Akibat 2015, tambah Nurdin, produksi beras menurun dan penyerapan tak maksimal. Ironisnya lagi, kemarau diprakirakan hingga Maret 2016. Otomatis musim tanam bergeser, dan penyerapan di 2016 pun berdampak negatif.
“Makanya kita antisipasi dengan move beras dari luar. Dari pusat alokasikan untuk kita 5.000 ton. Kita lihat saja nanti, kalau masih perlu ditambah ya itu tergantung situasi,” pungkasnya.
Jatah OP
Selanjutnya Nurdin menjelaskan, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dijatah masing-masing 1.500 ton beras untuk kegiatan Operasi Pasar (OP) pada 2016. Kuota beras OP ditentukan oleh Bulog Pusat.
“Secara nasional, untuk Papua dan Papua Barat digulirkan beras OP 1.500 ton tahun ini,” sebut dia.
Kendati begitu, menurutnya, kuota beras OP untuk setiap kabupaten/kota di Papua dan Papua tak dibatasi. Operasi pasar dilakukan hanya jika harga beras di daerah tersebut melambung tinggi.
“Tidak ada pembatasan berapa banyak di setiap daerah, bisa saja 1.500 ton itu terfokus di satu daerah saja. Jadi sifatnya situasional, terangnya.
Untuk wilayah Merauke,, demikian Nurdin, OP belum dilakukan. Lantaran harga beras di pasar relatif stabil.
Ia justeru kagum dengan pedagang beras di Merauke yang tetap menjaga stabilitas harga, di saat produksi beras lokal alami penurunan akibat kemarau panjang sejak pertengahan 2015.
“Menang naik, tapi tidak signifikan seperti tahun-tahun sebelumnya. Kami pantau masih relatif stabil. Harga berkisar Rp8.000-Rp9.000/kg,” sebutnya.
OP akan dilaksanakan di Kabupaten Boven Digul, karena harga beras di daerah itu naik cukup signifikan.
“Hanya di Boven, itu laporannya hingga Rp11.000/kg. Kami masih punya stok di sana 600 ton, kita akan OP di sana,” tuturnya.
Ditambahkan, 5.000 ton beras akan didatangkan dari Provinsi Jawa Timur, dan sebagiannya akan dicadangkan untuk kegiatan operasi pasar pada wilayah kerja Bulog Merauke.
“Kalau harga melambung, kita sudah siap OP di 5 kabupaten. Dan setiap saat kami laporkan perkembangan harga ke pusat. Kami juga berkoordinasi dengan Pemda,” pungkasnya. (Emanuel)
“Penyerapan beras tahun 2015 tak maksimal karena kemarau. Lalu musim tanam 2015/2016 bergeser juga karena kemarau. Otomatis kita bergerak dari luar untuk stok 5 kabupaten,” terang Kepala Bulog Sub Divre Merauke, Zulkarnaen Nurdin kepada Salam Papua, Senin (25/1).
Ia katakan, beras Jatim ini didatangkan dari daerah Ponorogo sebanyak 2.000 ton, Surabaya Utara 2.000 ton dan Surabaya Selatan 1.000 ton.
Beras 5.000 ton itu untuk kebutuhan 3 bulan ke depan, terhitung Februari hingga April. Beras itu akan mengantisipasi krisis pangan pada 5 kabupaten wilayah kerja Bulog Merauke.
“Laporan BMKG bahwa el nino kuat hingg Maret 2016. Makanya kita laporkan ke pusat, dan pusat memberikan kuota kita 5.000 ton untuk 5 kabupaten,” terangnya.
Menurutnya, saat ini beras asal Jatim yang sudah masuk sekitar 500 ton, sedang sisanya masih dalam proses pengiriman bertahap.
“Kebutuhan 5 kabupaten itu setiap bulan 1.800 ton. Nanti kita lihat lagi perkembangannya, apakah akan didatangkan lagi? Itu kebijakan pusat,” ujarnya.
Akibat 2015, tambah Nurdin, produksi beras menurun dan penyerapan tak maksimal. Ironisnya lagi, kemarau diprakirakan hingga Maret 2016. Otomatis musim tanam bergeser, dan penyerapan di 2016 pun berdampak negatif.
“Makanya kita antisipasi dengan move beras dari luar. Dari pusat alokasikan untuk kita 5.000 ton. Kita lihat saja nanti, kalau masih perlu ditambah ya itu tergantung situasi,” pungkasnya.
Jatah OP
Selanjutnya Nurdin menjelaskan, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat dijatah masing-masing 1.500 ton beras untuk kegiatan Operasi Pasar (OP) pada 2016. Kuota beras OP ditentukan oleh Bulog Pusat.
“Secara nasional, untuk Papua dan Papua Barat digulirkan beras OP 1.500 ton tahun ini,” sebut dia.
Kendati begitu, menurutnya, kuota beras OP untuk setiap kabupaten/kota di Papua dan Papua tak dibatasi. Operasi pasar dilakukan hanya jika harga beras di daerah tersebut melambung tinggi.
“Tidak ada pembatasan berapa banyak di setiap daerah, bisa saja 1.500 ton itu terfokus di satu daerah saja. Jadi sifatnya situasional, terangnya.
Untuk wilayah Merauke,, demikian Nurdin, OP belum dilakukan. Lantaran harga beras di pasar relatif stabil.
Ia justeru kagum dengan pedagang beras di Merauke yang tetap menjaga stabilitas harga, di saat produksi beras lokal alami penurunan akibat kemarau panjang sejak pertengahan 2015.
“Menang naik, tapi tidak signifikan seperti tahun-tahun sebelumnya. Kami pantau masih relatif stabil. Harga berkisar Rp8.000-Rp9.000/kg,” sebutnya.
OP akan dilaksanakan di Kabupaten Boven Digul, karena harga beras di daerah itu naik cukup signifikan.
“Hanya di Boven, itu laporannya hingga Rp11.000/kg. Kami masih punya stok di sana 600 ton, kita akan OP di sana,” tuturnya.
Ditambahkan, 5.000 ton beras akan didatangkan dari Provinsi Jawa Timur, dan sebagiannya akan dicadangkan untuk kegiatan operasi pasar pada wilayah kerja Bulog Merauke.
“Kalau harga melambung, kita sudah siap OP di 5 kabupaten. Dan setiap saat kami laporkan perkembangan harga ke pusat. Kami juga berkoordinasi dengan Pemda,” pungkasnya. (Emanuel)

