Manajemen Kampus Unmus Merauke Didemo
pada tanggal
Wednesday, May 25, 2016
SAPA (MERAUKE) – Forum mahasiswa dan masyarakat adat peduli pendidikan bersama kelompok Cipayung, melakukan unjuk rasa damai di depan Kampus Universitas Negeri Musamus (Unmus) Merauke, Selasa (24/5). Kelompok ini mendesak agar Kementerian Ristek Dikti memberhentikan Rektor Unmus Merauke, Philipus Betaubun.
“Terdapat beberapa kasus yang tersembunyi di Unmus. Diantaranya dugaan pemalsuan dokumen dosen jalur P2K tahun 2012-2013, dugaan korupsi bidik misi dan lain-lain,” kata koordinator aksi, Idelfonsius Cambu dalam orasinya siang tadi.
Katanya, ada 26 persoalan di Unmus yang perlu diseriusi pemerintah. Forum ini juga mengkritik masa jabatan Rektor Unmus yang akan berakhir, namun tak ada tanda-tanda proses pergantian.
“Sebenarnya ini bukan hak kami, tapi karena banyaknya persoalan dalam tata kelola Unmus, maka kami minta perguruan tinggi negeri ini diaudit dan dibenahi tata kelolanya,” tuturnya.
Forum mahahsiswa dan masyarakat adat juga menyoroti Pos Polisi yang dinilai tak tepat berada dalam lingkungan Kampus Unmus.
“Terdapat beberapa kasus yang tersembunyi di Unmus. Diantaranya dugaan pemalsuan dokumen dosen jalur P2K tahun 2012-2013, dugaan korupsi bidik misi dan lain-lain,” kata koordinator aksi, Idelfonsius Cambu dalam orasinya siang tadi.
Katanya, ada 26 persoalan di Unmus yang perlu diseriusi pemerintah. Forum ini juga mengkritik masa jabatan Rektor Unmus yang akan berakhir, namun tak ada tanda-tanda proses pergantian.
Baca Juga
“Sebenarnya ini bukan hak kami, tapi karena banyaknya persoalan dalam tata kelola Unmus, maka kami minta perguruan tinggi negeri ini diaudit dan dibenahi tata kelolanya,” tuturnya.
Forum mahahsiswa dan masyarakat adat juga menyoroti Pos Polisi yang dinilai tak tepat berada dalam lingkungan Kampus Unmus.
“Kami minta agar pemerintah menata kembali Unmus,” singkatnya.
Salah satu tokoh adat Selatan Papua, John Wop menegaskan pihaknya menilik dari perspektif adat. Eksistensi Unmus Merauke hendaknya menciptakan intelektual-intelektual pribumi Papua.
“Mahasiswa putera daerah mau jadi manusia sejati, dan menurut adat itu bukan dibentuk oleh manusia-manusia yang tangannya kotor oleh korupsi, kolusi dan nepotisme,” tegas Wop. Seraya menegaskan, masyarakat adat tak akan membiarkan kondisi itu.
“Contoh kasus, Kampus B PGSD di Boven Digoel, itu mahasiswanya buat skripsi hanya 16 halaman. Pembentukan SDM seperti apa ini?” ungkapnya.
Ketika hendak dikonfirmasi oleh sejumlah awak media, staf rektorat Unmus Merauke menyatakan beberapa pejabat tak dapat melayani konfirmasi karena sedang sibuk. Sementara Rektor Unmus, Philipus Betaubun dikabarkan sedang keluar daerah. (emanuel)