Pemkab Mimika dan LPMAK Diminta Prioritaskan Anak Daerah
pada tanggal
Wednesday, January 6, 2016

Tema Natal Nasional tahun ini berbunyi Hidup bersama sebagai keluarga Allah. Katedral Timika mengambil sub tema melalui keluarga, Allah mengunjungi umat Manusia. Hidup bersama kata ini mengandaikan adanya saling memahami antar para warga, menghargai antar tetangga, dan saling menerima antar penduduk. Keluarga Allah mengandaikan suatu relasi kedekatan antara mereka yang menyebutkan diri sebagai keluarga Allah. Allah lahir di dalam sebuah keluarga.
Yesus lebih besar dari segalanya, tapi kenyataan penyambutannya Dia lahir di Kandang Betlehem. Palungan adalah akibat penolakan, mereka di tolak karena mereka orang miskin, meraka pendatang bukan orang asli Betlehem, dan karena mereka bukan keluarga pejabat melainkan rakyat biasa. Karena itu pada malam Natal ini ada tiga pesan dan dua seruan yang di tujukan kepada umat asli Amungme dan Kamoro juga pendatang yang berada di tanah Amungsa.
Pesan pertama berjuanglah agar keluargamu tidak miskin, karena orang miskin tidak punya tempat di masyarakat, buktinya Yosep dan Maria. Fakta lain, karena miskin bapak tidak bisa bayar uang sekolah, mama tidak bisa kasih makanan bergizi untuk anak-anak, anak tidak bersekolah apalagi kuliah ke perguruan tinggi, anak disekolah merasa minder karena pakaian dan sepatu seadanya, dan keluar rumah sakit tidak ada biaya yang menyebabkan keluargaa disandera pihak Rumah Sakit. Khusus umat pemilik tanah ini anda itu kaya, pulau ini berlimpah harta tambang, tanah ini berlumuran lumpur tailing emas.
“Beberapa waktu lalu saat saya berada di Jakarta, ada salah satu media yang menulis tentang Kabupaten-Kabupaten termiskin di Indonesaia sesuai hasil survei. Dan yang membuat saya kaget adalah Kabupaten Mimika merupakan Kabupaten termiskin nomor dua di Indonesia. Kenyataannya Kabupaten ini penuh emas dan terbesar di Dunia, tetapi kenapa penduduknya termiskin di Indonesia,”ungkap Pastor Amandus.
Lanjut Pastor Amandus, karena itu Inti pesan pertama adalah keluarga Papua khususnya Amungme Kamoro, anda tidak boleh miskin di tanah yang kaya ini. Kalau tidak mendengar pesan ini maka engkau tetap miskin, dan ditolak seperti Yosep dan Maria yang tinggal di tempat penolakan.
Pesan kedua, berjuanglah agar anggota keluarga tidak jadi asing ditanah ini karena orang asing sulit mendapat tempat, khusus Amungme dan Kamoro ini tanah leluhur milikmu. Sangat disayangkan banyak orang salah gunakan hak kepemilikan tanah, tanah di jual sembarangan, tanah jatuh ke tangan orang lain sehingga tidak ada sisa untuk anak cucu. Kalau situasi ini tetap berlangsung, maka cepat atau lambat anda akan menjadi orang asing justru di tanah leluhurmu. Nantinya anak-anak dan keluarga menjadi penonton dalam menggarap tanah dan menonton keberhasilan orang lain.
Pesan ketiga jadilah tuan dan orang besar serta pejabat diatas tanah leluhurmu. Umat Amungme dan Kamoro pada khususnya dan Papua pada umumnya, jadilah tuan diatas tanahmu ini, jadilah pimpinan ditanah ini. Konsekwensinya Amungme dan Kamoro sekolahkan anak baik-baik.
“Bupati adalah anak Amungme dan Kamoro hak kesulungan ada ditangan dan pelukanmu. Seruannya buatlah orang-orang Amungme dan Kamoro kaya ditanahnya sendiri, buatlah jadikan anak Amungme dan Kamoro tuan diatas tanahnya sendiri. Untuk LPMAK harus berikan prioritas untuk anak pemilik tanah ini. Usahakan disekolahkan sampai tinggi-tinggi, agar anak-anak pemilik tanah ini kembali sebagai seorang Sarjana dan mereka mengambil hak kesulungan mereka ditanah ini dan menjadi tuan ditanah ini,”ungkap Pastor Amandus.
Sementara itu ada Dua seruan yang harus di dengar, seruan pertama ditujukan kepada semua anak Papua khususnya anak Amungme dan Kamoro yang saat ini punya posisi dan jabatan strategis di Pemerintahan, lahirkan kebijakan-kebijakan Daerah yang berpihak pada anak-anak Daerah, lahirkan perda-perda yang melindungi anak-anak ini, sehingga kemiskinan dijauhkan, jabatan strategis dipegang anak-anak ini sehingga jadi tuan diatas tanahnya.
Seruan kedua untuk semua pendatang yang berada di tanah ini, sebagian besar datang ke Papua untuk cari hidup yang baik dan sejahtera. Karena itu bangunlah keluargamu supaya anda juga jangan miskin, berjuanglah untuk tidak miskin tetapi catatannya perhatikan hak-hak orang asli setempat, dalam berusaha untuk meningkatkan hidupmu maka hormatilah mereka pemilik tanah ini.
“Karena itu dalam kesempatan ini untuk menjadi keluarga Allah seperti dalam Tema Natal maka saya mengajak pendatang dan asli daerah, mari kita bergandengan tangan untuk menghadirkan tiga pesan Natal dan dua seruan Natal supaya jangan lagi ada kemiskinan, dan merasa asing dan tertinggal,”tambah Pastor Amandus. (Maria Welerubun)