-->

Investasi Sawit Perlu Ditinjau Kembali

SAPA (JAYAPURA) - Legislator Papua, Laurenzus Kadepa menyoroti program investasi perkebunan sawit Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) dengan embel-embel meciptakan lapangan kerja di Tanah Papua.

Ia mengatakan, program itu perlu ditinjau kembali. Alasannya, tiga perusahaan sawit di Papua dan Papua Barat yang ditetapkan Jokowi dalam program investasi sarat dengan berbagai masalah.

"Kalau perlu batalkan program itu. Tiga perusahaan telah ditetapkan Jokowi dalam program investasi menciptakan lapangan kerja tahap III di wilayah Papua dan Papua Barat yakni PT. Nabire Baru di Nabire Papua, PT. ANJ Agri Papua di Sorong, Papua Barat dan PT. Bio Inti Agrindo di Merauke, Papua," kata Kadepa via pesan singkatnya kepada Salam Papua, Selasa (26/1).

Menurutnya, ketiga perusahaan itu tak lepas dari berbagai masalah. Termasuk sengketa dengan pemilik ulayat, lahan masyarakat adat yang dipakai sebagai area perkebunan sawit.

"Mungkin tujuan Presiden Jokowi baik. Menciptakan lapangan pekerjaan. Tapi apakah keberadaan perusahaan-perusahaan itu akan berdampak baik juga kepada pemilik ulayat dan masyarakat asli Papua di sekitar perkebunan," ucapnya.

Katanya, kalaupun keberadaan perusahaan itu membuka peluang lapangan kerja, belum tentu bisa presentasi pekerja asli Papua lebih besar dibanding orang dari luar Papua. Pengalaman selama ini, kehadiran perusahaan sawit justru membuat masyarakat asli Papua di sekitar area perkebunan tersingkir. Mereka hanya jadi penonton. Kalaupun ada yang dipekerjakan, jumlahnya minim. Itupun kebanyakan sebagai buruh harian.

"PT. Nabire Baru disebut memiliki investasi hingga Rp804 miliar dengan jumlah pekerja 2.157 orang. PT. ANJ Agri Papua, Sorong, Papua Rp.836 miliar dan pekerja 1.200 orang. PT. Bio Inti Agrindo Rp 279 miliar dengan pekerja 2.000 orang," katanya.

Legislator Papua lainnya, Mustakim mengatakan, pemerintah perlu teliti dalam mengeluarkan ijin perkebunan sawit di Papua. Ia menduga, selama ini yang diincar investor adalah kayu dari area yang akan dijadikan lahan sawit.

"Selama ini ketika lahan sawit sudah berjalan beberapa tahun, investor meninggalkan lahan begitu saja. Alasannya tak produktif lagi. Padahal kalau memang niat, sebelum tanaman sawit itu tak produktif, sudah disiapkan tanaman pengganti," kata Mustakim kala itu. (Arjun)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel